Karena kita hanya perlu menjadi bening diantara banyaknya warna.
Seperti angin yang tak terlihat namun menyejukan dunia.
Tidak perlu menjelaskan dirimu dengan rangkaian penjelasan.
Karena mereka yang menantimu tak membutuhkan pernyataan.
Hanya tindakan dan kebermanfaatan dari hadirmu yang dibanggakan.
Maka jadilah sosok yang dibanggakan dan dinantikan itu. Bukan untuk mengharap pujian. Namun untuk menghangatkan hati mereka yang kamu sayang.
...Â
Kan kau dapati hari ini tidak lagi sepi.
Lebih hangat dan bersemangat.
Karena gundah mu telah musnah, yakinmu telah utuh dan ragumu telah runtuh.
...Â
Hangatkan harimu dengan syukurmu.Â
Karena hidup perlu untuk dinikmati bukan untuk diratapi.Â
Lalu ingatlah selalu akan sosok rabbul izzati.Â
Maka harimu akan terus bersemi.Â
...
Biarkan samudera mengalir, lalu mainkan saja peranmu.
Biarlah penghuni bumi tidak mengenali.Â
Tetapi penghuni langit mengagumi dan menyanjungi.Â
Ku tanya,Â
Masihkah kau menjadi angin yang dulu selalu terdepan dalam kebaikan?Â
Masihkah kau ingat akan tujuan yang engkau selalu usungkan?Â
Oh jiwa-jiwa yang berada di tangan-Nya.Â
Tumbuhlah dengan baik.Â
Pinjam cahaya dari matahari.Â
Pinta bantuan dari hujan.Â
Jangan lupa untuk memandang langit.Â
Karena harapan itu tidak akan pernah menyempit.Â
Kuingatkan,Â
Tugasmu kini adalah merombak yang keliru, membangun yang runtuh dan menguatkan yang lemah.Â
Dan satu prinsip yang mesti kau genggam,Â
Pintarkan dirimu lalu pantaskan hadirmu.Â
...
Semangat kamu,Â