Mohon tunggu...
Putu Windy Nareswari
Putu Windy Nareswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panca Sraddha Sebagai Dasar Pelaksanaan Tanggung Jawab Manusia Hindu dan Pemahaman Mengenai Covid-19 Beserta Pengobatannya dalam Hindu

12 September 2023   23:18 Diperbarui: 13 September 2023   09:20 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumen pribadi

Menurut Hindu Swayambu Manu, yang juga dikenal sebagai Manu, adalah orang pertama yang berjalan di bumi. Swayambu Manu adalah nama spesies, bukan nama orang. Swayambu Manu berarti "makhluk berpikir yang membuat dirinya sendiri" dalam bentuk aslinya. Istilah "manusia" secara etimologis terkait dengan kata "manu", yang berarti "pikiran" atau "berpikir". Karena mereka adalah spesies yang berpikir, manusia diberi nama "manusia". Karena diciptakan dari pikiran Tuhan, manusia berevolusi dari istilah manah yang berarti pikiran.

Menurut Sarasamuscaya, manusia terlahir ke dunia dengan tujuan tertentu. Setiap manusia berbeda satu sama lain saat dilahirkan. Perbedaan yang dimaksud mulai dari perbedaan sikap dan perilaku hingga perbedaan warna (Catur Warna), perbedaan pangkat dan kemakmuran, dan masih banyak lagi. Perbuatan baik dan jahat yang dilakukan oleh manusia akan mendapatkan balasannya dalam kehidupan.Ada orang yang kaya dan ada yang miskin, tetapi itu bukanlah standar untuk perbedaan antara manusia. Tujuan dari keberadaan manusia adalah untuk meringankan ketidakbahagiaan atau penderitaan mereka sendiri dengan mengikuti jalan dharma. Kesempatan untuk terlahir sebagai manusia harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempraktikkan kebajikan sesuai dengan ajaran Dharma. Selain itu, dapat menerapkan prinsip-prinsip agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hakikat manusia Hindu terdapat pembahasan mengenai martabat serta tanggung jawab dari manusia hindu. Menurut agama Hindu, ada dua jenis tanggung jawab manusia : tanggung jawab vertikal dan tanggung jawab horizontal. Tanggung jawab vertikal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kewajiban seseorang kepada Sang Pencipta, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sedangkan tanggung jawab terhadap makhluk hidup lain dan manusia lain termasuk dalam kewajiban horizontal (juga dikenal sebagai Tatwam Asi). Untuk melaksanakan semua tanggung jawab tersebut diperlukan sebuah dasar yang kuat yaitu keyakinan, yang dalam Agama Hindu disebut Panca Sradha.

Panca Sraddha adalah lima jenis keyakinan dalam Agama Hindu.Keyakinan ini dapat menghasilkan gaya hidup yang selalu mengikuti hukum, dan dapat mendorong seseorang untuk melakukan bhakti dengan niat untuk menyembah Tuhan.Panca Sraddha berasal dari kata "Panca" yang berarti "lima" dan "Sraddha" yang berarti "keyakinan atau kepercayaan", Panca Sraddha dapat diartikan sebagai lima keyakinan. Bagian-bagiannya adalah: (1) Widhi Sraddha kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai manifestasinya, (2) Atma Sraddha kepercayaan kepada atma yang menjiwai semua makhluk, (3) Karmaphala Sraddha kepercayaan kepada kebenaran hukum sebab akibat atau buah dari perbuatan, (4) Punarbawa Sraddha kepercayaan kepada kelahiran kembali, (5) Moksa Sraddha kepercayaan kepada kebebasan tertinggi yaitu bersatunya Atma dengan Brahman.

  • Widhi Sraddha
  • Widhi Sraddha adalah keyakinan bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman) itu ada dan memiliki segala manifestasinya. Ada dua cara Brahman dapat direalisasikan, yaitu sebagai saguna Brahman dan nirguna Brahman. Saguna Brahman adalah Tuhan yang dirasakan atau digambarkan dalam bentuk material, sedangkan nirguna Brahman adalah Tuhan yang berada di luar alam, di luar alam pikiran manusia. Segala sesuatu yang ada di planet ini diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi. Sloka "Wyapi Wyapaka Nirwikara" menggambarkan bagaimana keyakinan bahwa keberadaan Ida Sang Hyang Widhi merasuk ke dalam segala sesuatu dan hadir di mana-mana. Segala sesuatu yang ada di bumi berasal dari Sang Hyang Widhi. Anda harus terlebih dahulu percaya akan keberadaan Tuhan sebelum Anda dapat mengembangkan bhakti kepada-Nya. Jika seseorang tidak percaya akan keberadaan Tuhan, maka ia tidak dapat bersujud kepada-Nya. Oleh karena itu, memiliki "Sraddha" atau kepercayaan adalah hal yang sangat penting.
  • Atma Sraddha
  • Atman berasal dari istilah An, yang berarti bernapas dan hidup. Makna ini kemudian meluas hingga mencakup kehidupan, jiwa, roh, dan individu yang memiliki roh. Atman adalah partikel terkecil dari Paramatman (Ida Sang Hyang Widhi), atau mikrokosmos, yang merupakan asal mula kehidupan dan kehidupan semua makhluk hidup lainnya di alam semesta. Atma hanyalah sebuah partikel uap embun dari uap air ketika Ida Sang Hyang Widhi divisualisasikan sebagai samudera. Akibatnya, atma berasal dari Tuhan dan pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Karakteristik atma, seperti yang dijelaskan dalam Bhagavadgita II. 20-25, adalah sebagai berikut: Sthanu berarti tidak bergerak, Acala berarti tidak bergerak, Sanatana berarti selalu sama, Awyakta berarti tidak terlahir, Acintya berarti tidak terpikirkan, Acchedya berarti tidak terluka oleh senjata, Adahya berarti tidak terbakar oleh api, Akledya berarti tidak terkikis oleh angin, Acesya berarti tidak terkikis oleh air, Nitya berarti abadi, Sarwagatah berarti ada di mana-mana, dan Awikara berarti tidak berubah.
  • Karmaphala Sraddha
  • Semua tindakan yang berhubungan dengan kerja dianggap sebagai Karma karena kata "Karma" berasal dari kata kerja bahasa Sansekerta "Kri", yang berarti melakukan atau bekerja. Secara teknis, istilah ini juga dapat merujuk pada hasil dari suatu kegiatan, dan dalam istilah metafisika, istilah ini juga dapat merujuk pada suatu akibat, di mana penyebabnya adalah tindakan sebelumnya (Maswinara, 1996). Karmaphala adalah hasil dari tindakan-tindakan kehidupan. Karma mengacu pada semua tindakan, baik yang disadari maupun tidak disadari, baik atau jahat, benar atau salah.Terdapat 3 jenis Karmaphala yaitu :
  • Sancita Karmaphala
  • Merupakan phala, atau efek, dari perbuatan di masa lalu yang belum sepenuhnya dituai, tetapi masih merupakan benih yang membentuk keberadaan saat ini
  • Prarabda Karmaphala
  • Merupakan Phala atau hasil dari perbuatan kita yang langsung dinikmati dalam kehidupan ini tanpa perlu menunggu
  • Kriyamana Karmaphala
  • Kriyamana Karmaphala adalah phala, atau hasil dari kegiatan, yang harus diterima di kehidupan berikutnya karena tidak dapat dituai pada saat melakukan kegiatan.

Tujuan dari memahami Karmaphala Sraddha ini adalah untuk menanamkan dalam diri kita sebagai umat Hindu akan pentingnya bertindak secara konsisten sesuai dengan ajaran agama kita dan menjauhkan diri dari semua larangan-Nya. Setiap tindakan yang dilakukan dalam hidup ini memiliki sebab dan akan memiliki dampak.

  • Punarbhawa Sraddha
  • Punarbhawa mengacu pada reinkarnasi atau kelahiran kembali ke dunia. Hasil dari kelahiran yang berulang-ulang ini meliputi kebahagiaan dan kesedihan. Samsara dan reinkarnasi adalah nama lain dari Punarbhawa. Atma masih terombang-ambing oleh kesenangan duniawi, itulah sebabnya mengapa Punarbhawa ini diperlukan. Selama atma terikat pada hal-hal ini, maka atma akan terus berpindah-pindah dari satu tubuh ke tubuh lainnya. Sesuai dengan karma wesana yang dilakukan pada inkarnasi sebelumnya, jiwa melakukan perjalanan untuk menemukan atau memesan tubuh yang baru. Dalam situasi ini, jelaslah bahwa kelahiran kembali atau reinkarnasi merupakan kesempatan untuk menikmati karmaphala yang tidak tersedia pada periode kelahiran sebelumnya. Kelahiran kembali juga dianggap sebagai kesempatan untuk menebus segala keburukan atau dosa yang dilakukan selama periode kelahiran sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelahiran kembali adalah kesempatan untuk mencapai kesempurnaan dalam hidup dan hidup sampai akhir pembuahan.
  • Moksa Sraddha
  • Istilah Sansekerta moksa berasal dari akar kata Muc, yang menandakan "pembebasan" atau "pelepasan". Oleh karena itu, moksa menandakan pembebasan dan kebebasan. Dalam konteks lain, Moksa sering disebut sebagai Mukti atau Nirvana. Karena kematian tidak mungkin ada tanpa kelahiran, moksa adalah pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Ketika seseorang mampu menghubungkan jiwanya dengan Tuhan, ia akan mengalami kebahagiaan sejati. Seseorang hanya dapat mencapai penyatuan dengan Tuhan setelah ia memutuskan semua ikatan dengan dirinya sendiri. Kepalsuan, atau maya, adalah istilah untuk kemelekatan yang melekat pada diri. Dalam agama Hindu, maya dikenal dengan nama sakti, prakti, kekuatan, dan pradhana. Maya selalu mengalami perubahan yang pada dasarnya tidak ada. Satu-satunya alasannya untuk ada adalah karena hubungannya yang mendalam dengan benda material ini.

Tidak banyak penelitian mengenai Covid-19 berdasarkan pandangan Hindu. Menurut temuan para peneliti, perspektif Hindu tentang Covid-19 hanya didasarkan pada data tentang wabah penyakit menular. Namun, hal ini telah disebutkan dalam kitab Mahabharata mengenai fenomena umum dan prediksi pandemi di era Kali. Penggalan Kitab Mahabharata menjelaskan:

Ayurhanya balagla nirbalaglanya

vivarnata vaivarnyadvya dhisampida

nirvedo vyadhipidanat

(Bhavishya Parva 3.4.4)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun