Produk Imitasi Mempengaruhi Kebutuhan Masyarakat Generasi Milenial
Oleh: Ayu Windya Dewi AM. (Mahasiswa Prodi S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha)
Â
Â
Pendahuluan
Pada awalnya istilah dari kata imitasi ini digunakan untuk suatu kondisi dalam sebuah pendidikan dan dalam perekonomian suatu negara. Imitasi berasal dari kata standar yang berarti dasar, pedoman, batas. Dalam zaman yang sudah serba digital dan modern banyak konten-konten yang digunakan memasarkan produk sepert kecantikan, olahraga dan fashion. Setiap konten dari influencer yang dikonsumsi oleh publik tanpa disadari akan langsung menjadi sebuah standar mengenai gaya hidup dari masyarakat generasi milenial ini.
Kebutuhan konsumen di pasaran yang selalu berubah-ubah dan terus meningkat dan tidak ada batasnya, mengakibatkan suatu perusahaan atau pembisnis terus memperbaharui brand hingga barang-barang produksinya agar terus mampu berkembang dipasaran. Tak heran banyaknya brand-brand besar yang terus menciptakan produk-produk baru yang diproduksi original dengan bahan serta memiliki kualitas yang mewah dijual dengan harga mencapai jutaan hingga milyaran. Tingginya minat konsumen dipasaran terhadap brand mewah seringkali tidak sesuai dengan kemampuan finansial. Dan tidak sedikit konsumen yang tetap ingin mengasosiasikan dirinya terhadap produk mewah melalui produk imitasi sebagai alternatif.
Terkadang dalam menentukan pembelian dari produk original dan imitasi terhadap produk mewah, konsumen salah dalam melakukan keputusan. Konsumen dalam menentukan keputusan pada produk yang dibelinya berupa, produk melalui brand luar yang mewah dengan harga yang mahal atau menggunakan produk imitasi dengan hampir menyerupai produk originalnya namun dengan harga yang relatif lebih rendah. Tanpa disadari semakin banyaknya pola tindakan yang diperlihatkan oleh influencer terkadang akan diikuti oleh generasi milenial yang mana hal tersebut membawa dampak dalam sebuah permasalahan sosial seperti budaya shopaholic, hedonism, dan konsumtif. Sehingga hal ini menyebabkan generasi milenial lebih mementingkan perspektif dari pada kebutuhan yang harusnya dilebih dahulukan.
Kajian Teori
Menurut Litner (1998:7) perilaku keuangan adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaiman bereaksi dan menyikapi sesuatu atas informasi yang ada dalam upaya untuk memperhatikan risiko yang melekat dalam dirinya. Dimana perilaku keuangan lebih mudah untuk memahami mengapa suatu konsumen membuat keputusan tetapi sering kali mengalami hambatan dalam melakukan pengukuran terhadap efek dari tindakan yang telah diambil. Perilaku keuangan juga mempelajari aspek interaksi manusia yang dihadapkan pada suatu ketidakpastian dalam membuat suatu keputusan ekonomi. Perilaku keuangan juga suatu perilaku yang dilakukan oleh individu dalam melakukan pengelolaan terhadap keuangan pribadinya.Â
Menurut Robb dan Woodyard (2011) mengatakan bahwa cara seseorang dalam mengelola keuangan pribadi dan pengelolaan keuangannya dapat menjadi salah satu faktor utama dalam kontribusi pada kepuasan atau ketidakpuasan keuangan dari seseorang. Menurut Cohen dan Nelson (2011) mengatakan bahwa pengetahuan keuangan mencangkup kemampuan untuk memahami pilihan keuangan, membelanjakan dengan bijak, merencanakan masa depan dan melakukan pengelolaan tantangan yang terkait dengan peristiwa kehidupan seperti kehilangan pekerjaan, membayar pendidikan anak, dan menabung untuk pension dihari tua.
Sehingga, dalam hal ini penting konsumen harus memahami mengenai pengetahuan tentang keuangan yang akan memiliki dampak kedepannya. Ketika konsumen terlalu mengikuti keinginan yang tidak terbatas dan hanya digunakan untuk sesuatu yang kurang bermanfaat dimasa depan agar kembali menimbang untuk melakukan pembelian pada suatu produk yang mewah dan dilakukan suatu pertimbangan lagi apakah produk tersebut merupakan suatu kebutuhan atau hanya suatu keinginan yang dapat dibeli dikemudian hari.
Pembahasan
Memiliki pengetahuan yang baik terhadap sikap keuangan dapat membantu seseorang dalam mengerti bagaimana suatu manusia dan uang memiliki keterkaitan. Dimana sikap dari keuangan memiliki pengertian yaitu dapat sebagai pendapat, pikiran serta penilaian mengenai keuangan. Menurut Walgito (2003), pembentukan dan perubahan sikap individu akan ditentukan oleh 2 faktor, yaitu:
- Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu dengan cara bagaiaman individu dalam menanggapi dunia luar dengan secara sadar untuk selektif hingga tidak semua yang datang akan langsung ditolak atau diterima, sehingga dapat dipikirkan lebih baik lagi.
- Faktor eksternal yang mana suatu keadaan yang ada pada diluar individu yang dapat membantu untuk membentuk atau mengubah sikap individu.
Sehingga, penting bagi kita diera digital dan modern, untuk lebih meneliti kembali mengenai kebutuhan yang harus diutamakan, sehingga nantinya tidak menjadi permasalahan mengenai faktor ekonomi dimasa yang akan datang. Tidak dipungkiri banyak masyarakat yang menyukai barang branded atau barang mewah. Namun, hal tersebut juga harus kita teliti kembali kedepannya apakah hal tersebut sudah memenuhi kebutuhan primer.Â
Dan banyak juga suatu bisnis yang akan terus berupaya untuk terus memenuhi keinginan dari konsumennya, sehingga barang imitasi menjadi salah satu alternative seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam menggunakan barang mewah. Bahkan kini, semakin modern dan canggih dari suatu teknologi menjadikan barang imitasi memiliki rupa yang benar-benar seperti produk original, hingga susah untuk mengenali barang tersebut imitasi atau original.Â
Beredarnya barang branded dari luar negeri, hingga konsumen lupa bahwa produk dalam negeri memiliki produk yang tak kalah mewah dan berkualitas dari produk luar dengan jangkauan harga yang relatif lebih murah.
Saran
Dalam menyikapi konsumen yang memiliki keinginan terbatas dalam suatu barang mewah dan tanpa ditimbangkan kembali apakah hal tersebut hanya sebagai suatu kebutuhan yang penting atau sebaliknya. Konsumen juga perlu memiliki pemahaman bahwa barang branded dapat dijadikan suatu investasi kedepannya atau tidak. Sehingga penting bagi konsumen sebaiknya menimbang kembali sebelum memutuskan sesuatu untuk melakukan suatu transaksi pada suatu barang.Â
Dan sebaiknya konsumen dapat melihat kembali bahwa barang yang diproduksi oleh dalam negeri yaitu produk dari Indonesia kini semakin berkembang dan memiliki kualitas yang semakin mengedepankan kenyamanan untuk penggunanya, sehingga tidak perlu lagi konsumen untuk mengkonsumsi barang yang bersifat imitasi.
Â
Â
Daftar Pustaka
Â
Riadi, Muchlisin. (2023). Perilaku Keuangan (Financial Behavior), https://www.kajianpustaka.com/2023/02/perilaku-keuangan-financial-behavior.html . Diakses pada 28 September 2023
Kritinova, Jessica Claudia. 2022. Tindakan Imitasi Gaya Hidup Pemengaruh Pada Generasi Milenial. Jurnal Analisa Sosiologu, Vol. 11 No. 2, E-ISSN: 1615-0778
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H