Rasanya hidup ini kok cepat sekali berlalu, hari demi hari berganti, minggu, bulan dan tahun. Dan tak terasa pula semua kehidupan berganti begitu cepat. Entitas biologi juga berubah, manusia, hewan, tumbuhan serta peradaban pun berubah. Tak terasa pula akupun juga berubah. Perubahan itu memang sebuah keharusan yang tidak dapat dilawan, perubahan fisik, mental dan juga spiritual. Bagiku sendiri sebuah perubahan layaknya sebuah bagian proses hidup yang harus dijalani apapun bentuk perubahan itu. Dari yang tadinya anak-anak, kini menjadi remaja lalu dewasa, tua dan ahirnya harus mati. Namun itulah hidup yang semata-mata sekedar menumpang di bumi ini. Menumpang dalam arti sebuah kenyataan bahwa tak selamanya kita akan menjalani hidup di dunia ini. Ketika ahirnya harus hilang dari bumi ini, maka tak ada yang mampu menolaknya. Liku-liku sebuah kehidupan tiap insan akan menjadi sejarah pahit atau manis, dan masing-masing memiliki catatan sejarah hidup yang akan dikenang bagi diri sendiri dan orang lain. Ketika awal kehidupan kita diciptakan dibumi, maka sejarah itulah telah dimulai dan seiring waktu akan berkembang sesuai zaman, menjadi dewasa dan seterusnya. Terkadang aku sering membayangkan suka duka ku dari kecil hingga saat ini, masa kecil yang menurutku gabungan dari semua peristiwa susah, senang, lucu, tangis dan indah perlahan kutinggalkan seiring dengan perubahan diriku. Saat remaja prilaku pun mulai berubah, prilaku kenakalan-kenakalan remaja dan layaknya gaya remaja masa itu mulai mengisi bagian sejarahku. Hingga ahirnya sebuah tahap kedewasaan mengisi jiwaku dimana sebuah tahap yang menguji prilaku, mental, dan spiritual harus kearah yang selalu lebih baik. Terkadang aku berfikir…” ga kerasa yah..umurku sudah tiiiiitt(Sensor)…dan apa yang sudah kulakukan selama ini”….terkadang kalimat itu menjadi penyemangat dalam hidupku. Dunia bersifat dinamis dan memang harus berubah, maka isi nya pun harus ikut berubah, juga manusia. Perubahan manusia seyogyanya tidak hanya di ikuti oleh perubahan fisik semata. Semua yang melekat dalam pembentukan diri manusia juga harus berubah dan seharusnya perubahan itu memiliki kenaikan grafik yang menandakan bahwa manusia bertumbuh lebih baik dari waktu ke waktu. Jika aku dulu hanya hanya seorang anak kecil yang di anggap tidak tahu apa-apa oleh mereka yang lebih dahulu dewasa, maka kini aku bisa tahu sesuatu karena belajar dari alam dan belajar dari mereka yang lebih dahulu memiliki keberuntungan untuk hidup lebih dahulu dibanding aku. Jika dahulu aku hanya seorang murid yang harus belajar dari para senior dan para guru, maka kini aku bisa sedikit berbagi apa yang aku ketahui kepada para generasi dibawahku. Itulah sebuah siklus hidup yang selalu berubah dan seharusnya memacu kepada siapapun untuk selalu berubah. Waktu membuktkan seberapa tinggi tingkat perubahan seseorang. Namun bagi mereka yang beranggapan bahwa perubahan itu selalu tetap, maka justru itulah yang akan menghambat perubahanya. Perubahan yang tetap itu maksudnya adalah, jika masa-masa dulu ada asumsi terhadap orang yang dianggap selalu bodoh dan mengganggap dirinya lebih pintar, maka seiring waktu asumsi itu tidak bisa lagi berlaku, karena mungkin si bodoh itu perubahanya lebih cepat dibandingkan si pintar, bahkan bisa saja si bodoh yang dulu, menjadi lebih pintar dari si pintar itu sendiri, artinya perubahan manusia itu bisa cepat seiring dengan motivasinya untuk menjalani keseriusan dalam hidup. Contoh lain adalah, sewaktu masa kuliah dulu ada dua orang dalam satu kelas sama-sama menuntut ilmu dibangku kuliah hingga selesai. Dan seiring waktu mereka berpisah untuk karir mereka masing-masing. Dan ahirnya setelah beberapa tahun mereka dipertemukan kembali dalam kondisi yang berbeda. Saat salah seorang diantara mereka melanjutkan program Master disebuah kampus dan tidak disangka bahwa yang menjadi dosen dikelasnya adalah teman sekelasnya dulu. Itulah sebuah perubahan dalam kehidupan yang sangat mungkin terjadi. Namun terkadang perubahan sebuah karakter agak susah untuk mengikuti perubahan gaya hidup,umur dan perkembangan zaman. Bayangkan saja ketika kita mengadakan reuni untuk level SMA dan bertemu dengan teman-teman SMA, maka naluri jiwa muda seolah-olah muncul dan menyegarkan ingatan kita kemasa-masa tersebut. Seolah keinginan kita untuk kembali ke masa itu hadir dibenak. Dan memang itulah yang terjadi ketika fisik menua, kedewasaan menjadi mantap, namun sejarah karakter jiwa muda akan selalu muncul ketika respon terhadap karakter itu terpancing. Ketika umur bertambah, fisik menua seharusnya di barengi dengan kemantapan karakter, mental dan spiritual sehingga munculah kebijaksanana dalam berfikir dan segala akses untuk menuju kesana pun terbuka lebar saat ini. Manfaatkan akses itu sebaik-baiknya agar lifecycle (Siklus kehidupan ) itu berjalan sesuai dengan kodratnya. Namun ketika perubahan itu berjalan lamban bahkan lamban sekali maka introspeksi dirilah dan temukan penghambat perubahan itu. Jika dalam sebuah ayat dalam kitab suci mengatakan “ Demi masa (demi waktu ), maka sesungguhnya manusia yang tidak memanfaatkan waktu dengan baik adalah orang-orang yang merugi. Sebuah kalimat yang sederhana namum bermakna sangat dalam. Sebuah kemantapan hidup memang akan nampak dari prilaku, cara berfikir, mental dan sisi spiritual manusia. Jika faktor-faktor tersebut mengalami perubahan kearah yang selalu lebih meningkat, maka itulah nilai hakiki seorang manusia yang selalu bertumbuh dan berkembang. Dalam sebuah perkembangan manusia dari mulai lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua hingga mati, memang selalu saja banyak kendala yang mungkin diluar kendali kita, namun itulah tantangan hidup dalam sebuah proses pencapaian menjadi manusia sejati. Semakin banyak tantangan yang dijalaninya, maka disitulah ujian hidup itu ada. Kamampuan manusia adalah untuk mengatasi tantangan hidup itu bukan menghindarinya. Semakin kita mampu untuk mengatasinya, maka disitulah kemampuan kita selalu akan meningkat dalam proses perkembangan diri kita. Sehingga pada saatnya kita menjadi dewasa dan tua, akan menjadi manusia yang sudah penuh dengan liku-liku kehidupan, pahit manisnya hidup, dan kematangan prilaku serta kemampuan yang terus meningkat yang nantinya modal itu harus di wariskan kepada generasi baru yang akan menggantikan posisi kita di muka bumi ini. Kemampuan dan kedewasaan kita dalam menjalani hidup akan menjadi bagian sejarah unik di dunia ini. Sehingga untuk sesuatu yang unik dan hidup hanya sekali, maka tunjukanlah itu apapun bentuknya selagi berguna bagi manusia lain. Berbagilah ilmu dan kemampuan yang dimiliki kepada siapapun dangan hati iklas meski ilmu itu hanya setitik. Menjadi berguna bagi orang lain itu adalah anugrah terindah yang diberikan sang pencipta kepada manusia. Dan akan menjadi sebuah kenangan indah bagi kita jika merasa berguna bagi orang lain hingga waktunya tiba untuk kita meninggalkan dunia ini. Terimakasih. (WD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H