Kalau saja dynasti Roschild tidak memperkenalkan awal mula sistem pembayaran ke dunia ini, mungkin sampai saat ini kita masih melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan sitem barter. Beli cabe ditukar pakai ayam, atau beli beras ditukar sama ubi.
Sejak dikenal adanya mata uang, sistem pembayaran menjadi lebih mudah dan sesuai dengan nilainya.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kebutuhan manusia pun berubah. Dari dahulu kala yang hanya memikirkan soal pertukaran barang, berubah menjadi kemudahan, sekarang kebutuhan bertambah menjadi kepentingan kepraktisan dan keamanan. Yup, jadi belanja dan bertransaksi dengan menggunakan uang tunai , saat ini pun dianggap sudah ketinggalan jaman dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern.
Ada banyak hal yang mendasarinya.
Perkembangan teknologi salah satunya. Â Teknologi berkembang, manusia pun berubah. Semua ingin praktis, semua ingin cepat, semua ingin aman, termasuk kegiatan transaksi sehari-hari.
Bank Indonesia selaku Bank Sentral di negara ini, saat ini sedang menggalakkan dan mengharapkan peran serta masyarakat untuk lebih memasyarakatkan dan membiasakan diri melakukan transaksi tanpa menggunakan uang tunai. Pokoknya ngga bawa-bawa uang fisik kalau belanja. Program ini dinamakan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).
Hal ini didasari pada kenyataan bahwa dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, sementara dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Selain itu masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa banyak hal yang bisa dilakukan jika penggunaan uang tunai diminamilisir. Pertama dari segi keamanan, kebersihan, lingkungan dan tentu saja ongkos produksi untuk penyediaan uang tunai setiap tahunnya yang mencapai angka 3 T. Padahal uang sejumlah itu bisa digunakan untuk pengendalian inflasi atau untuk mengembangkan sektor ekonomi kita yang lain.
Ada banyak sekali pilihan media dan cara pembayaran yang sudah dikembangkan oleh system perbankan tanah air. Untuk bisa melakukan transaksi , masyarakat bisa melakukannya via kartu atau via ponsel atau via internet, bank sudah mengembangkan yang namanya e-channel. E-channel ini adalah perpanjangan tangan dari bank berupa merchant-merchant non konvensional yang fungsinya sama dengan bank. Contohnya seperti ATM, EDC, Internet Banking, Mobile Banking, dsb. DI Indonesia, E-Channel mulai diperkenalkan sejak tahun 1998 dan semakin berkembang sampai hari ini.
Nah melalui e-channel tersebut, kita bisa bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai sama sekali.
Dari sisi Konsumen, beberapa metode pembayaran tanpa menggunakan uang tunai yang bisa menjadi pilihan
Melalui Kartu
Kartu Debet
Kalau yang ini pasti sudah pada tahu yah, soalnya sudah familiar dalam kehidupan sehari-hari. Entah ada isinya entah ngga, sebagian besar masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di perkotaan pasti memiliki minimal satu kartu debet. Apalagi untuk para pekerja yang dewasa ini pembayaran gajinya setiap bulan ditransfer ke rekening tabungannya. Tidak hanya masyarakat kota, masyarakat di pelosok tanah air pun sudah demikian akrab dengan yang namanya bank, karena bank-bank yang ada di Indonesia sudah mengembangkan sayapnya sampai di pelosok tanah air.
Untuk memiliki kartu debet terlebih dahulu kita harus membuka rekening di bank. Kalau dulu kartu debet hanya berfungsi sebagai kartu ATM untuk menarik uang di mesin ATM, sekarang kartu debet juga berfungsi sebagai kartu belanja. Belanja pakai kartu debet itu sama saja dengan belanja pakai uang tunai tetapi tanpa membawa fisik uangnya, diganti pakai kartu. Yang pasti di dalam rekening harus ada uang alias ada saldonya. Jadi perlakuan kita juga sama seperti pegang uang tunai.
Belanja dengan menggunakan kartu debet sangat aman, karena saat bertransaksi kita harus memasukkan PIN yang bersifat pribadi. Kartu debet bisa digunakan di semua tempat belanja yang memiliki mesin EDC.
Â
Kartu Kredit
Nah, kalau belanja pakai kartu kredit, berbeda dengan kartu debet, kita tidak perlu memiliki uang atau saldo di rekening tabungan, yang penting kita punya kartu kredit, masih ada sisa plafond kreditnya, tinggal gesek deh. Mau belanja, beli tiket, makan, bayar cicilan, bisa saja. Tapi ingat, di bulan depannya bakalan datang tagihan. Ini nih yang harus dibayar.
Sampai saat ini masih banyak orang yang anti bahkan takut untuk memiliki kartu kredit. Padahal kalau digunakan dengan benar kartu kredit itu banyak sekali manfaatnya lho. Point pentingnya, jangan menganggap kartu kredit sebagai uang tambahan di luar gaji. Kartu kredit digunakan hanya sebagai alat bayar, setelah itu segeralah lunasi kartu kredit sebelum jatuh tempo biar tidak dibebani bunga dan jangan hanya membayar 10 % cicilan saja karena nanti tagihan bakal membengkak terus setiap bulan.
Saya contohkan beberapa situasi yang kartu kredit bisa menjadi pilihan sebagai alat bayar kita.
- Ada program / diskon khusus
Seperti di Carrefour dan Transmart tuh, kalau pakai KK bank terentu bakal dapat diskon 10 %, nah disini bolehlah dipakai kartu kredit. Atau saat promo-promo dari maskapai penerbangan. Â
Bagi yang suka wisata kuliner, penawaran diskon dari kartu kredit untuk tempat-tempat makan juga sangat bermanfaat lho, karena bisa dapat diskon sampai 50 persen saat promo tertentu, lumayan kan?.
   2. Pengeluaran yang Akan Diganti
Contohnya kayak saya, kalau mau berobat, atau imunisasi anak saya, atau periksa kehamilan, ntar biayanya semua akan diganti kantor. Nah daripada saya duluin uang tunai saya, mending saya pakai kartu kredit saja dulu. Begitu kuitansi saya reimburse ke kantor, dan uang masuk rekening segera saya lunasi biaya perobatan tadi. Jadi sama saja saya tidak mengeluarkan uang kan yah, dan tidak kena bunga juga.
   3. Untuk Deposit
Contohnya saat lagi jalan-jalan keluar negeri atau luar kota, saat bayar penginapan di hotel kita harus menyerahkan sejumlah deposit tertentu buat bayar kamar. Daripada kita serahkan uang tunai untuk deposit, mending pakai kartu kredit saja. Uang yang untuk deposit bisa digunakan untuk hal lain, soalnya kalau lagi liburan gitu kan, suka banyak printilan yang perlu uang tunai. Demikian juga saat ada keluarga yang mau opname di rumah sakit, biasanya rumah sakit minta deposit kamar terlebih dahulu. Nah daripada serahkan uang tunai mending pakai kartu kredit dulu.
Di luar itu sih, saya lebih menyarankan penggunaan kartu debet daripada kartu kredit, agar tidak kebablasan saat bertransaksi, karena kartu debet, sepanjang tidak ada saldo di tabungan ya kita tidak bisa gesek untuk transaksiÂ
Uang Elektronik ( E_money)
Berbeda dengan kartu debet  dimana kita harus memiliki rekening di bank, maka untuk e-money kita tidak perlu membuka rekening untuk memilikinya. E-money ini adalah kartu yang berisi uang dengan jumlah terbatas, maksimal sejumlah Rp 1 juta. Jadi fungsi kartunya benar-benar seperti uang tunai, bisa dipindahtangankan kepada siapa saja, dan saat bertransaksi tidak menggunakan PIN dan tidak perlu tanda tangan. Bisa dibilang mirip sama beli kartu perdana telepon gitu, bisa diulang juga.
Contoh E-money yang dikeluarkan oleh bank di Indonesia yaitu BRizzi nya BRI salah satunya.
Untuk memiliki E-Money ini kita cukup datang ke bank dan membeli di customer servicenya. Bahkan beberapa kartu dijual di minimarket kayak Indomart, Alfamart sehingga tidak perlu ke bank.
Â
Cara pakainya, cukup tunjukkan kartu ke kasir, nanti kasirnya bakal men-tap kartu tersebut ke card reader yang ada, lalu saldo di kartu kita akan berkurang sejumlah belanjaan kita. Kalau saldo di kartu habis, tinggal top up saja, bisa melalui EDC bank tersebut atau bisa melalui ATM-nya.
Brizzi ini bisa dipakai di banyak tempat, seperti di minimarket Indomart, di Mc DOnalds maupun supermarket besar. Selain untuk belanja, Brizzi juga bisa digunakan untuk pembayaran transportasi seperti Trans Jakarta, Trans Jogja, maupun di Rail link Kuala Namu. Jadi tidak perlu ribet nyediain uang receh ya tiap naik busway, cukup tap-kan brizzi ke card reader di terminal busway, udah deh bisa langsung lompat ke buswaynya, ngga nunggu-nunggu kembalian dari mba penjaga tiket.
E-money ini bisa juga lho kita gunakan sebagai perencanaan keuangan keluarga. Jadi misalnya seperti ini nih:
Belanja Bulanan             : Rp 1 Juta        : siapkan 1 kartu isinya Rp 1 juta
Uang Parkir                   : Rp 300 ribu      : siapkan 1 kartu isinya Rp 300 ribu
Uang Toll                      : Rp 500 ribu      : siapkan 1 kartu isinya Rp 500 ribu
Â
Kalau yang sehari-hari pakai busway, bisa juga mengalokasikan satu kartu untuk anggaran ongkos busway.
Fungsinya sama seperti amplop-amplop anggaran tapi ini bentuknya kartu, malah lebih aman, kalau amplop kan masih ada kemungkinan duitnya kita ambil, kalau kartu kemungkinannya kecil.
Menggunakan Hape atau Mobile Banking
Uang Ponsel
Seperti namanya, uang ponsel memang adanya di dalam ponsel kita. Untuk memiliki uang ponsel kita harus buka rekening. Tapi rekeningnya bukan rekening bank, melainkan rekening di ponsel. Jadi, misalnya kita punya rekening ponsel, trus suami punya rekening ponsel, bisa saling transfer antar ponsel saja. Kalau sudah ditransfer trus kita mau ambil uangnya bisa melalui ATM. Uniknya ngga perlu pakai kartu ATM, cukup masukkan no T-bank kita dan kode referensi (semacam token) yang ada. Jadi, kalau tiba-tiba kita pergi, butuh duit, ngga bawa dompet, tapi bawa hape, yo wis tinggal minta transfer ke rek T-bank. Gampang kan. Dengan T-bank juga kita bisa melakukan transaksi untuk pengisian pulsa.
Â
Kalau mocash ini salah satu cara bertransaksi tanpa menggunakan kartu. Ini merupakan layanan dari BRI yang memudahkan nasabahnya. Jadi kita harus punya rekening tabungan konvensional dulu, kemudian daftarkan no hape kita di Customer Service. Setelah kita Download aplikasi Mobile bankingnya di hape, maka kita dapat bertransaksi dengan sumber uang dari rekening kita tapi melalui hape.
Â
Berbeda dengan bertransaksi melalui kartu, transaksi pakai Mocash, yang punya toko ngga harus pasang EDC, cukup mendaftar saja ke Bank, trus nanti dapat No ID Strore yang terkoneksi ke rekening dia. Jadi saat ada pelanggan yang bertransaksi dengan menunjuk ID Store toko itu, uangnya langsung masuk ke rekening beliau. Praktis banget, ngga pakai mesin dan kartu.
Mobile Banking
Disamping untuk belanja, mobile banking juga bisa digunakan untuk transaksi pembayaran lain, seperti pembayaran tagihan listrik, telepon pasca bayar, isi ulang pulsa, bayar air, bayar pajak, bayar tiket pesawat, tiket kereta api,cicilan motor,bayar SPP anak kuliah, tivi berbayar,bahkan zakat dan infaq pun bisa dilakukan dengan menggerakkan jari-jari saja. Coba sebut saja, sepertinya sudah hampir seluruh pembayaran bisa dilakukan tanpa menggunakan uang tunai. Makanya saya sendiri, lebih pusing kalau ketinggalan hape, dibanding ketinggalan dompet.
Menggunakan Internet
Internet Banking.
Sesuai namanya, internet banking adalah cara bertransaksi dengan menggunakan media internet. Sumber uang bisa dari rekening tabungan. Bisa digunakan untuk transaksi belanja, bayar tiket, transfer, maupun pembayaran cicilan dan tagihan bulanan. Penggunaan internet banking menggunakan user dan password .
Transaksi melalui internet juga bisa dengan menggunakan kartu kredit. Namun, kebanyakan masyarakat masih takut menggunakan kartu kredit melalui internet. Tips yang bisa saya berikan, saat menggunakan internet banking yang mungkin bermanfaat :
- Saat menggunakan internet banking, usahakan hanya menggunakan perangkat gadget milik pribadi
- Selalu Logout setelah bertransaksi
- Jika menggunakan kartu kredit dalam transaksi via internet, kita diwajibkan memasukkan kode CVC, yaitu 3 angka terakhir di belakang kartu. Nah jadi jangan sekali-kali memberitahu 3 angka terakhir tersebut. Kalau saya, bisanya saya tutup pakai selotip biar ga terlihat orang.
- Jangan pernah meminjamkan kartu debet maupun kartu kredit kita ke orang lain, Jangan PERNAH.
Kalau sudah dilakukan, mudah-mudahan internet banking itu aman kok untuk bertransaksi.
Â
Menggunakan Cek dan Bilyet
Walaupun cek dan BG sudah sering beredar di masyarakat, tapi masih banyak juga lho yang belum ngeh, sebenarnya cek dan Bg itu pemakaiannya bagaimana. Palingan kita lihat di film-film, orang-orang merobek cek dari buku ceknya, tulis nominal, tanda tangan, trus bisa dicairin deh itu cek. Yuk kita kenal lebih dekat.
Jadi, semua media bayar yang saya jabarkan di atas itu, punya batas maksimal transaksi. Seperti kartu debet, kalau kita menggunakan kartu debet yang jenis clasisc, maksimal kita bisa belanja itu cuma 10 juta per hari , kalau kita punya kartu yang jenis platinum bisalah sampai 50 juta. Demikian juga kalau menggunakan internet banking, maksimal itu hanya sampai 100 juta.Â
Padahal untuk usaha-usaha tertentu seperti kontraktor, para suplier, eksportir, importir, jumlah segitu ya hanya remah-remah dibanding transaksi rutin mereka. Makanya bank menyediakan fasilitas cek dan Bilyet Giro ( BG). Soalnya kalau menggunakan cek atau BG, tidak ada limit untuk transaksinya, sepanjang ada dana di rekeningnya ya ngga masalah.
Jadi, bagi nasabah yang ingin menggunakan fasilitas cek atau BG, ia harus buka rekening dulu di bank. Tapi bukan rekening biasa melainkan rek giro. hanya rekening giro ya yang bisa diberikan cek dan BG. Trus nanti nasabahnya dikasih buku cek/BG. Setiap ia mau bertransaksi, misalnya mau bayar pembelian barang kepada suppliernya yo wis tinggal kasihkan cek/BG nya, tandatangani. Ntar si penerima cek harus ke bank untuk mencairkannya. Kalau BG harus masuk ke rekening si penerima, kalau cek boleh saja kalau mau ambil tunai langsung. Prinsipnya yaitu memindahkan saldo di rekening pemilik cek ke rek penerima. Itu saja
Kekurangannya, cek dan BG hanya bisa dicairkan di hari kerja, padahal yang namanya pelaku usaha itu mana ada tanggal merah, semua tanggal di kalender hitam. Nah, kalau di BRI, rekening gironya ditambahkan fasilitas kartu lho. Jadi, keuntungannya bisa bertransaksi 24 jam non stop dengan jumlah maksimal 1 Milyar (via internet banking). Ini solusi bagi para pengusaha yang transaksi beratus juta sampai bermilyar itu.
Bagaimana?. Itu adalah contoh-contoh cara pembayaran dan cara bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai. Silahkan dipahami dan dipilih mana cara transaksi yang paling sesuai dengan keuangan dan lifestyle kita. Tapi sebelum pilah pilih, kita harus tahu juga apa saja keuntungan jika menggunakan cara-cara transaksi non tunai tersebut.
Ada banyak keuntungan jika kita bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai
- Praktis
Tidak perlu membawa uang berlembar-lembar di dompet, Tidak perlu ke ATM dulu sebelum mau belanja, dan tidak akan ada cerita sudah capek-capek pilah pilih barang, tahu-tahu duit di dompet kurang, tsaaaah.
- Selalu Pas
Kalau belanja di supermarket biasanya nominal yang harus kita bayar bukanlah angka genap. Dan sialnya kembalian dari nilai belanja kita tadi tidak ada dalam bentuk uang tunai. Makanya kasir menyiasatinya dengan memberi kembalian permen. Wah, tidak sama dong nilai permen dengan nilai tunai yang harus kita terima. Makanya kalau menggunakan alat pembayaran non tunai hal tersebut tidak akan terjadi. Disamping itu kita bisa terhindar juga dari risiko kelebihan bayar. Mungkin karena buru-buru atau memang salah hitung. Wah rugi banget kalau sampai kejadian.
- Keuangan Lebih Teratur dan Tercatat
Iya, kalau kita belanja tidak pakai uang tunai, keuangan dan pengeluaran kita lebih terpantau. Kalau misalnya pakai kartu debet, langsung terecord dalam rekening kita. Kalau menggunakan e-money, kita juga sudah mengalokasikan uangnya sebelumnya.  Hal ini tentu berguna untuk evaluasi pengeluaran kita selanjutnya. Di samping itu, kalau ada apa-apa kita juga mudah menelusuri kemana larinya uang kita. Tinggal cek rekening saja atau cek tagihan kartu kredit.
- Lebih Aman
Sering kan melihat video pencurian di pasar tanah abang atau di pasar-pasar lain. Lihatlah begitu lihai para pencopet itu mengambil dompet atau uang di dalam tas korban tanpa ketahuan. Duh, bisa nangis darahlah kalau sampai uang segepok di dalam dompet raib diambil orang. Kalau belanja ngga pakai uang tunai, kejadian kayak begitu tidak akan terjadi.
Wah, setelah dijembrengin keuntungan bertransaksi tanpa uang tunai, rasanya tidak ada masalah ya untuk melaksanakannya. Dan rasanya Gerakan Non Tunai dari BI ini tidak akan mengalami kesulitan.
Â
Dari Sisi Pelaku Usaha
Nah yang jadi perhatian, semua alat pembayaran di atas, terutama yang berbasis kartu tidak akan bermanfaat kalau toko-toko atau tempat belanja yang ada tidak menyediakan media untuk bertransaksinya. Misalnya seluruh rakyat Indonesia sudah punya kartu debet, atau E-money tapi cuma segelintir toko yang pasang EDC , bagaimana bisa bertransaksi?.
Makanya, Gerakan Non Tunai ini disamping harus dihimbau ke para pelanggan, atau ke konsumen juga harus dihimbau ke para pelaku usaha. Sehingga dari dua sisi saling mendukung, pihak konsumen dan produsen.
Untuk itu yang harus dimiliki oleh penjual, toko, ataupun pemilik usaha adalah sebagai berikut :
Â
EDC
Mesin EDC berguna untuk transaksi bagi konsumen yang memiliki kartu debet atau kartu kredit. Untuk beberapa Bank, EDC yang beredar juga sudah dilengkapi dengan card reader sehingga sekaligus bisa digunakan untuk men-tap E-money.
Â
- Terhindar dari Uang Palsu
Saat ini teknologi pemalsuan uang pun sudah semakin canggih, sehingga penampakan uang palsu hampir tidak bisa dibedakan dengan uang asli. Masalahnya tidak semua toko juga memiliki alat pendeteksi uang palsu. Dengan menyediakan EDC untuk transaksi di tempat usahanya, pemilik usaha sudah terhidar dari risiko menerima uang palsu. Apalagi mendekati lebaran seperti sekarang ini, waspadalah dengan peredaran uang palsu.
Â
- Terhindar dari Risiko Kurang atau lebih bayar
Yang namanya manusia pasti ada saat lengah atau saat kurang konsentrasi. Dengan jumlah pembeli yag berjubel bisa jadi kasir salah dalam menerima uang pembayaran dari konsumen atau memberikan uang kembalian ke kosumen. Kalau hal ini terjadi tentu akan terjadi selisih kas, dimana hal tersebut merupakan hal yang tabu untuk kegiatan usaha dan merugikan tentu saja. Nah kalau transaksi dengan menggunakan EDC hal tersebut tidak akan terjadi. Jumlah belanja Rp 524.321,- yang diterima ya juga sejumlah itu tanpa berkurang sepeserpun.
Â
- Transaksi Keuangan Tercatat Langsung
Jadi dalam satu hari, pemilik usaha bisa langsung merecord berapa jumlah pemasukannya dari transaksi yang ada di EDC nya. Tidak perlu repot menghitung lembaran-lembaran uang tunai lagi.
Â
- Aman dari Tindak kejahatan
Perampokan di toko-toko sudah sering kita dengar di berita. Bisanya para perampok tersebut memang mengincar uang yang ada di kasir. Kalau itu terjadi, bukan hanya kerugian materil yang kita tanggung, bahkan nyawa pun bisa melayang. Dengan menggunakan EDC, meminimalkan jumlah uang yang ada di kasir, karena uang hasil transaksi langsung masuk ke rekening penjual.
Â
Program Laku Pandai dari OJK
Disamping gerakan Non Tunai yang diluncurkan BI, baru-baru ini OJK juga meluncurkan program Laku Pandai. Yaitu Layanan Keuangan Tanpa Kantor bekerja sama dengan perbankan nasional. Laku Pandai adalah layanan inklusif yang memungkinkan masyarakat bertransaksi tanpa melalui perbankan. Laku Pandai ini sejalan dengan gerakan Non Tunai dari BI.
Â
Agent Bank
Jadi, di program Laku Pandai, bank-bank akan memiliki agent-agent sebagai perpanjangan tangan dari mereka. Target khususnya adalah untuk masyarakat di daerah yang belum terjangkau oleh layanan perbankan. Agent tersebut akan diberikan EDCdi tempat usahanya. Namun EDC nya berbeda dengan EDC Merchant yang biasa ada di toko-toko. EDC yang ditempatkan di tempat usaha para agent adalah EDC yang bisa melakukan transaksi lengkap, seperti pembayaran telepon, listrik, spp, tivi,angsuran motor, beli pulsa, transfer, tarik tunai dsb. Setiap transaksi , si agent akan mendapat fee dengan persentase yang disepakati.
Â
Â
Id Store
Bagi kebanyakan toko-toko kelontong ataupun tempat makan yang segmennya masih kecil-kecil atau omzetnya masih sedikit, penggunaan mesin EDC dinilai tidak cukup menguntungkan, karena dalam bertransaksi menggunakan kartu, terdapat jumlah minimal pembayaran yang harus dipenuhi. Misalnya 50 ribu atau bahkan 100 ribu. Padahal pelanggan yang belanja di toko kelontong atau warung makan pinggir jalan paling hanya bertransaksi sejumlah di bawah itu. Nah untuk menjembatani kebutuhan para penjual yang masih dalam sektor mikro ini, BRI mengeluarkan produk Mocash, seperti yang saya jelaskan di atas tadi.
Untuk bertransaksi dengan Mocash, tidak ada jumlah minimumnya, bahkan belanja Rp 2000 pun bisa dilakukan menggunakan Mocash. Kemudahan yang ditawarkan, pemilik usaha tidak perlu pasang EDC,cukup daftar di bank, nanti akan mendapatkan ID store untuk warung atau kedainya. Pelanggan yang bisa menggunakan mocash semua nasabah bank yang sudah memiliki mobile banking. Sama seperti melakukan transaksi lain di mobile banking, cukup masukkan jumlah belanjanya, masukin ID store, masukin Pin, selesai, transaksi sudah terjadi. Jadi tidak perlu pakai EDC, tidak perlu pakai kartu. Asal ada ID store, Mocash bisa digunakan. Tidak ada alasan bagi pelaku usaha kecil-kecil untuk tidak ikut menyukseskan Gerakan Non Tunai ini.
Banyak sekali keuntungan kalau Gerakan Non Tunai menjadi kebiasaan bertransaksi di Indonesia, baik dari sisi konsumen, pelaku usaha maupun pemerintah. Ayo tunggu apalagi. Para konsumen, segera siapkan kartumu, mobile banking-internet banking, e-money, mocash. Bagi para pelaku usaha,siapkan media di tempat usahamu agar bisa mendukung konsumenmu, termasuk perusahaan besar agar segera bekerjasama dengan pihak perbankan agar pembayaran produk mereka bisa terakomodir di dalam menu Mobile Banking bank,dan bagi pemerintah dan perbankan, sempurnakan kembali segala infrastrutur yang ada untuk mendukung konsumen dan pelaku Usaha. Sinergi semua pihak akan menyukseskan GNNT di Indonesia. Â Coba deh baca spanduk di bawah ini >
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H