Mohon tunggu...
windinurlaili26
windinurlaili26 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Universitas Pamulang Jurusan PGSD

Menyukai hal-hal baru dan banyak mau belajar

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Fenomena 'Jaksel': Ketika Bahasa Indonesia jadi Korban Tren

30 Desember 2024   19:48 Diperbarui: 30 Desember 2024   19:48 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kamus (sumber:Pexels.com)

Berbahasa merupakan salah satu hal yang sangat penting karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan saling berusaha untuk  memahami. Bahasa juga termasuk ke dalam bagian unsur kebudayaan. Bahasa dapat menciptakan suatu kebudayaan ataupun sebaliknya. Maka dari itu terciptalah ragam bahasa yang ada di dunia. Bahasa mencerminkan budaya, tetapi di zaman sekarang, bahasa juga menjadi wadah untuk bereksperimen dengan berbagai gaya hidup. Salah satu fenomena yang muncul adalah gaya bahasa 'Jaksel', yang menggabungkan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris, khas anak muda Jakarta Selatan. Sebagai contoh, ungkapan seperti, "I'm literally ngga ngerti kenapa dia kayak gitu," menjadi salah satu ciri dari tren ini.

Apa itu fenomena Jaksel?

Fenomena Jaksel merupakan sebuah fenomena yang melibatkan pencampuran kode bahasa dalam percakapan sehari-hari. Dalam penggunaan bahasa ini, sering kali terlihat penggabungan antara bahasa asing dan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Beberapa kata yang muncul seringkali merupakan hasil adaptasi dari bahasa asing, dengan perubahan tertentu. Contohnya, kata "jujurly" yang berasal dari kata "honestly", di mana morfem "honest" diubah menjadi "jujur" dan diberi imbuhan --ly di akhir kata. Lalu, apa sebenarnya isu utama yang perlu diperhatikan terkait fenomena ini?

Penggunaan kalimat yang menggabungkan dua atau lebih bahasa sebenarnya merupakan hal yang alami dan telah menjadi bagian dari kajian linguistik. Fenomena ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah proses pembelajaran kosakata dalam bahasa tertentu. Selain itu, interaksi sosial dan pengaruh budaya juga memainkan peran penting, karena sering kali seseorang terpapar pada beragam kelompok yang menggunakan berbagai bahasa. Akibatnya, kebiasaan menggunakan campuran bahasa dalam percakapan menjadi hal yang umum, terutama di lingkungan yang multilingual.  

Mengapa ini bisa terjadi?

Fenomena 'Jaksel' semakin populer karena berbagai faktor yang saling mendukung. Salah satunya adalah pengaruh globalisasi dan budaya asing, khususnya dari negara-negara berbahasa Inggris. Anak muda Indonesia, yang terpapar konten global seperti film, musik, dan media sosial, menjadi lebih familiar dengan penggunaan Bahasa Inggris. Akibatnya, mencampur Bahasa Inggris dan Indonesia dalam percakapan sehari-hari menjadi sesuatu yang wajar dan alami bagi mereka.

Selain itu, media sosial berperan besar dalam mempercepat penyebaran tren ini. Platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memungkinkan gaya berbahasa yang santai dan kekinian menjadi populer di kalangan pengguna. Fenomena campur kode ini juga sering dikaitkan dengan identitas dan status sosial. Banyak orang menganggap penggunaan bahasa campuran sebagai simbol gaya hidup modern atau kelas sosial tertentu, sehingga hal ini menjadi cara untuk menunjukkan afiliasi dengan komunitas tertentu.

Dampak positif dan negatif dari fenomena ini?

Fenomena 'Jaksel' membawa sejumlah dampak, baik yang positif maupun negatif. Dari segi positif, fenomena ini mencerminkan tingginya kreativitas dalam penggunaan bahasa di kalangan anak muda. Gaya berbahasa yang menggabungkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris ini memperlihatkan kemampuan mereka dalam mengombinasikan dua bahasa untuk menciptakan cara berkomunikasi yang baru dan menarik. Selain itu, penggunaan campuran bahasa ini juga menggambarkan kemampuan bilingual yang semakin berkembang, dengan banyak generasi muda yang semakin terampil dalam menguasai dan menggunakan kedua bahasa tersebut secara bersamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak negatif dari fenomena ini antara lain dapat terlihat dalam degradasi penggunaan Bahasa Indonesia. Ketika campur kode dilakukan secara berlebihan, hal ini bisa mengurangi kelancaran dan keaslian bahasa Indonesia yang digunakan dengan benar dan sesuai kaidah. Selain itu, fenomena ini juga berpotensi menimbulkan kesenjangan dalam komunikasi. Tidak semua orang, terutama mereka yang lebih tua atau yang kurang familiar dengan Bahasa Inggris, dapat memahami gaya berbahasa seperti ini. Akibatnya, hal ini dapat memicu kesulitan dalam berkomunikasi dan menciptakan kesenjangan pemahaman antar individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun