Mohon tunggu...
Windi Meilita
Windi Meilita Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Content Writer

Introvert muda yang senang menghabiskan waktu di kamar sambil scroll layar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Terminal 01, Bukan Cerita Romantis

14 April 2024   10:49 Diperbarui: 14 April 2024   11:14 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan foto di kaca terminal (pexels.com/Foto oleh Ayenaz  Bilgin)

Aku bingung. Tapi sebagai orang dewasa, aku merasa tidak harus bersikap ekspresif. 

"Selamat sore" ucapku. Sejujurnya aku heran, kenapa anak ini harus berbicara menggunakan bahasa baku padahal intonasinya terdengar aneh. Lalu saat mendengar suara di ujung telepon, keherananku semakin menjadi-jadi. Suara di ujung telepon malah menggunakan bahasa Inggris yang nggak kupahami.

Anak muda itu langsung mengeluarkan kertas lalu memintaku membacanya 

"jangan khawatirkan keponakan Anda karena di sini kami akan menjaganya dengan baik. Terima kasih sudah merawat Bobi kami dengan penuh perhatian. Sampai jumpa di lain waktu." Lalu telpon itu dimatikan. Rasanya seperti ada yang salah karena telponnya tiba-tiba mati, tapi sepertinya anak muda yang sepertinya bernama Bobi ini sudah biasa mengalami keanehan serupa.

"Terima kasih kak, kalo boleh tau namanya siapa?" tanyanya sambil mengambil telepon yang ada di tanganku.

"Itu tadi siapa?" Di situasi seperti ini bukankah lebih baik kalau aku mengetahui keadaannya daripada menjelaskan siapa aku? Sepertinya memang begitu.

"Orang asing. Aku selalu berpindah dari satu kota ke kota lain sambil menumpang hidup di rumah orang yang baru kukenal. Aku ngga pilih-pilih, asalkan mereka welcome maka aku akan melakukan hal yang sama. Nah, aku selalu mengalami ini setiap pindah kota. Katanya mereka khawatir terjadi sesuatu."

Aku hanya menanggapinya dengan mengangguk, karena rasanya sudah cukup info yang kubutuhkan. Aneh sekali sore ini, biasanya menunggu 10 menit bukan waktu yang lama, tapi sore ini justru terasa sangat lama. Bahkan anak muda ini bisa mengeluarkan kalimat sepanjang itu. 

"Kakak tinggal di mana, aku boleh ikut ke rumah kakak?" tanyanya lagi. Mendengar suaranya yang hangat, wajar saja ia bisa mendapat tempat tinggal dengan mudah. Energinya positif dan suaranya terasa akrab. Sepertinya orang yang baik juga. 

"Maaf, tapi nggak boleh. Kamu cari tumpangan di rumah orang lain aja" sayangnya aku agak kurang suka orang asing. Sebaik apapun penilaianku tentangnya.

"Wah, ini pertama kalinya aku ditolak. Apa aku mengganggu?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun