"Sugestimu sangat kuat, tapi mau sampai kapan kamu kayak gitu?"Â
Aku mengangkat bahu. Kalimat seperti itu udah sering aku dengar dari para dokter, psikiater dan beberapa guru. Mau sampai kapan aku ngga bisa mengisi data diri? Entahlah.Â
"Kau beneran latihan ngisi data diri? Katanya 10 form tiap malem?"
"Iya. Aku masih punya tumpukanya di kamar. Kapan-kapan kalo kau mampir bisa lihat."
"Ada pengaruh?" pertanyaan Ali kali ini bikin aku agak berpikir sedikit.Â
"Kayaknya, anggapanku makin kuat."Â
Ali melihat langit sebentar, seperti berpikir. Aku senang melihat orang yang sedang berpikir seperti ini, tapi juga kasihan karena yang ia pikirkan justru masalahku. Padahal aku sama sekali nggak pernah mikirin itu.
"Masalahnya bukan kau ngga mampu tapi anggapanmu soal sesuatu yang bikin kau ngga mampu. Aku heran kenapa kau malah disuruh latihan ngisi data diri, padahal kunci masalahnya bukan itu."
Aku tersenyum mendengar penjelasan Ali. Ternyata menyenangkan mendengar hal seperti ini dari teman seangkatan. Rasanya seperti main tebak-tebakkan. Aku akui tebakannya benar.Â
"Ya, namanya juga hidup."
Ali menatapku sejenak, lalu menghela nafas "Ternyata kau lebih tenang dari yang dipikirkan orang-orang."