Mohon tunggu...
Windi Meilita
Windi Meilita Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Content Writer

Introvert muda yang senang menghabiskan waktu di kamar sambil scroll layar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lembar Data Diri

22 Januari 2024   06:36 Diperbarui: 22 Januari 2024   07:07 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun alasannya, faktanya aku memang tidak bisa mengisi lembar data diri. Aku tidak berbohong soal latihan mengisi lembar data diri setiap malam, juga tidak berbohong soal tidak bisa mengisi lembar data diri. Orang-orang selalu berpikir, kalau sudah latihan harusnya sudah bisa. Aku juga pernah berpikir begitu tapi entah kenapa teori itu seperti ada pengecualian, sialnya aku termasuk dalam daftar pengecualian itu.

Usaha orang tuaku untuk menyelesaikan masalah ini pun nggak main-main. Mereka pernah membawaku ke psikiater, berkonsultasi selama 6 bulan, analisis ini itu, latihan ini itu, tapi tidak ada kemajuan. Aku melakukannya selama 3 tahun terakhir, entah berapa banyak uang yang dihabiskan demi aku yang harus bisa mengisi lembar data diri seorang diri.

Jika dipersempit, ttik masalahnya adalah aku tidak bisa mengisi lembar data diri seorang diri, bukan tidak bisa melakukan hal lain. Ini mungkin terdengar tidak masuk akal bagi banyak orang, sampai hari ini pun aku masih dianggap tidak masuk akal. Sekedar informasi, aku juara nasional lomba sains, juara nasional lomba seni dan musik, juara nasional lomba debat dan di sekolah selalu menjadi juara umum. Posisiku di sekolah nggak pernah bergeser sejak pertama kali masuk. 

Mungkin kalau kau melihatku secara langsung, tatapanmu akan sama seperti orang-orang di sini yang beranggapan kalau  ini acting. Ya seandainya aku  bisa bertemu diriku sendiri pun, aku akan berpikiran seperti itu. Memang, terlalu aneh dan sulit dijelaskan. 

"Masih." Jawabku sambil menatap lingkungan sekitar sekolah. Aku dan Ali biasa mampir kalau kami bosan di rumah. Ibu warung pun sudah hafal dengan kami, karena katanya kami selalu datang tiap kamis atau selasa. Susunan kebiasaan yang kami berdua pun tidak sadar kalau selama ini sudah membentuk itu. 

Secara pribadi aku tidak pernah mempermasalahkan kekuranganku soal mengisi data diri. Tidak bisa mengisi data diri bukan berarti aku tidak bisa hidup. Apalagi di jaman sekarang yang bisa di print atau serba digital, aku cukup menyiapkan satu file untuk dibawa kemana-mana. 

Masalahku sebenarnya bukan masalah, asalkan penyelesaiannya bisa diterima. Selama ini orang-orang berusaha menyelesaikan dengan standar mereka, termasuk orang tuaku. Seolah-olah tidak bisa mengisi data diri adalah kegagalan dan seumur hidup aku akan kesulitan jika tidak memiliki kemampuan ini. Padahal sejauh ini aku baik-baik saja.

"Kau nggak mau orang tau identitasmu ya?" Pertanyaan Ali terkesan seperti penasaran, tapi aku tau dia cuman basa-basi. 

"Bukan begitu, aku merasa itu hal yang kurang penting, itu aja." ya memang begitulah kenyataannya kan. 

"Dan anggapan mu itu secara nggak langsung memblokir kemampuan mu?"

"Iya, katanya gitu." Jawabku sekenanya lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun