Terlahir prematur, anak semata wayang Ibu Puni harus melalui perawatan intensif selama beberapa bulan di rumah sakit. Kehadiran gadis mungil bermata sipit yang dinanti belasan tahun, harus menghadapi ujian awal kehidupan. Putri butuh perawatan intensif di rumah sakit.
Bu Puni yang awalnya bekerja di sebuah instansi, harus resign demi merawat putri semata wayangnya tumbuh normal seperti anak-anak pada umumnya.
Siapa sangka, ujian mengamban amanah baru justru dihujani permasalahan baru. Seiring berjalannya waktu, perjalanan tumbuh kembang putri ada beberapa hal yang terhambat.
Sampai usia 2 tahun, Putri belum bisa berbicara layaknya anak-anak pada umumnya. Tidak bisa fokus. Tidak bisa melakukan komunikasi dua arah. Kurang bisa menyampaikan maksud, cenderung tertarik dengan hal apapun tanpa melihat objek benda yang dipegang. Kerap membuat rusuh ketika Putri main di luar. Tidak teratur, dan butuh pengawasan khusus ketika berhadapan dengan banyak orang .
Putri mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,bersosialisasi serta mengalami masalah perilaku. Orang-orang menyebutnya, Putri Anak Autis.
Anak Autis Di Lingkungan Masyarakat
Sebagai manusia , tak bisa kita menutup mata akan kehadiran anak autis dilingkungan kita. Menerimanya sebaik mungkin, adalah bentuk dukungan dan memberikan ruang bagi keluarga mereka untuk tetap menjalin komunikasi serta sosialisasi baik dengan masyarakat.
Mungkin, keluarga mereka juga telah berproses untuk mau menerima kenyataan pahit. Ketika tahu bahwa " anak mereka penyandang autis". Â Mengibaratkan diri ada diposisi tersebut. Tentu, kita memiliki respon berbeda agar mampu meregulasi emosi dan mau menerima kenyataan tersebut dengan penuh lapang dada. Ya, kan ?
Tak ada yang berani menanyakan detil perkembangan Putri sejauh ini. Mungkin ada momok akan stigma yang membuat Bu Puni merasa minder. Momok terhadap anak autisme, yang tak bisa disembuhkan.
Autisme memang tak bisa disembuhkan. Tapi bisa dilakukan terapi untuk membuat sang anak jauh lebih baik dari beberapa perilaku yang dimunculkan.Â
Jangan Percaya Stigma Begitu Saja
Autisme itu bukan penyakit. Autisme adalah suatu kondisi spesial yang membutuhkan pendampingan dan arahan khusus.Â
Dengan dilakukannya terapi yang optimal, anak autis dapat pulih dan menjalani hidup normal. (Alvinia Christiany)
Tak ada yang meminta. Anak yang lahir dari rahim seorang ibu terlahir tak sempurna. Justru, mereka adalah amanah terbaik yang wajib kita jaga dengan penuh tanggung jawab.
Menjadi teman autis akan lebih baik. Mencoba merangkul dan menerima mereka tanpa memberikan sekat. Jangan percaya stigma begitu saja. Karena autisme tidak menular, pun bukan suatu penyakit yang harus dihindari.
Tak perlu kita merasa aneh dengan sikapnya. Bahkan sampai menjustifikasi kalau anak autis itu nakal, sulit diatur, tidak paham instruksi, dan bentuk labeling lainnya. Mereka sebenarnya sama, hanya cara mereka berinteraksi saja yang berbeda.
Teman Autis Hadir Wujud Peduli Alvinia ChristianyÂ
Bersyukur, masih ada orang baik yang turut memikirkan nasib anak-anak autis. Berangkat dari latar belakang pengalaman dan panggilan hati, Alvinia adalah salah satu perempuan tangguh yang berusaha menebar kebaikan dengan mengajak kita sebagai masyarakat peduli dan menjadi teman autis.
Satu Indonesia Astra telah mencatat. Keberadaan teman autis mendapat anugerah penerima apresiasi bidang kelompok (tahun 2022). Salah satu wujud nyata yang lahir dari campur tangan Alvinia dan teman-temannya untuk merangkul teman autis memiliki masa depan lebih baik.
Temanautis.com -- adalah laman resmi yang diciptakan sebagai wadah, penyambung komunikasi dari para ahli kepada masyarakat tentang segala hal yang berhubungan dengan autisme.
Teman autisme lahir bukan suatu kebetulan.Tahun 2017, Alvinia dan beberapa temannya mulai mengenalkan teman autis dari acara car free day Sudriman. Bertajuk "Light It Up Project" Alvinia dan teman-teman berusaha dengan konsisten bertukar informasi tekait autisme.
Respon masyarakat bagus dan antusias. Menambah semangat Alvinia dan teman-temannya untuk terus go public. Hingga akhirnya tercetus www.temanautis.com, sebagai wujud nyata sekaligus rekam jejak digital kebaikan Alvinia dan teman-temannya. Yang dipersembahkan untuk masyarakat sebagai wadah berkomunikasi, mendapatkan tempat konsultasi bersama ahli serta berbagi pengalaman yang menginspirasi.
Telah tercatat 100 klinik lebih yang telah direkomendasikan Teman Autis untuk bisa dimanfaatkan masyarakat. Terdapat Komunitas pendukung, juga sangat perlu diikuti oleh orangtua dengan anak autisme sebagai bentuk menguatkan lengan bahu, meningkatkan kepercayaan diri sebagai teman saling support.
Semangat Untuk Hari Ini dan Masa Depan Indonesia, Pejuang Teman Autis Harus Tetap Eksis
Alvinia dan teman-temannya telah berani memulai untuk mendobrak stigma negatif akan autisme yang beredar di masyarakat. Teman Autis harus terus eksis. Semangat menebar manfaat, yang dimulai dari teman autis merupakan harapan besar bagi Indonesia menciptakan keharmonisan dan lingkungan yang mendukung untuk mendapatkan hidup yang layak bagi teman autis.
Siapapun berhak bahagia. Mendapatkan hak dan perlakuan yang sama tanpa memandang status apalagi mencela. Tidak boleh. Sehingga tak lagi ada perundungan berkelanjutan, ledekan bahkan cuitan yang tersebar dan justru akan memperburuk keadaan.
Teman autis, adalah wadah positif yang perlu dinyalakan terus agar tetap eksis dengan gotong royong bersama. Mendukung gerakan masif ini dengan cara menebar informasi keberadaan teman autis di dunia maya.
Dimulai hari ini, untuk mencetak masa depan Indonesia dengan semangat yang terus eksis dari hari ini. Anak autis, bagian dari anugerah. Yang perlu kita rangkul bersama, bahwa keberadaan mereka bukan dari sampah. Melainkan bagian dari mutiara terpendam yang perlu kita bantu. Agar mereka (penyandang autis) bisa terus survive dengan cara terbaiknya.
Menerima. Mau menerima segala kekurangan dan kelebihannya, sudah menjadi langkah terbaik. Menganggap bahwa mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki hak setara.
Mendekati, dengan lembah lembut. Perlakukan mereka dengan lemah lembut. Terlalu banyak instruksi atau berlebih justru akan memperparah keadaan anak autis. Beri kasih sayang dan perintah yang lemah lembut. Dengan begitu, akan lebih mudah dicernanya.
Penutup
Segala kebaikan pasti akan mendapatkan balasan. Karena setiap kebaikan, butuh pula usaha keras untuk tetap menjadi baik ke depannya. Teman autis, salah satu contoh wadah nyata yang harus tetap eksis sebagai ruang pelipur lara teman autis. Ketika kita bisa menjadi teman autis, itu artinya kita turut membantu Indonesia mencapai masa depan yang lebih baik.
Menerima mereka dengan segala kekurangan, tak mencela dengan keterbatasan. Karena mereka, adalah manusia yang butuh perlakuan sama nan penuh kelembutan.
Referensi Pendukung :
https://www.temanautis.com/tentang-kami
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pejuang-teman-autis/
https://www.idntimes.com/life/inspiration/fatma-roisatin-nadhiroh/kisah-teman-autis-c1c2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H