Awalnya, aku mengira untuk menjadi kreator konten harus memiliki follower yang banyak. Persis kayak selebgram yang terkenal. Ternyata persepsiku salah.
Fokus ke kualitas konten dulu, masalah ada yang memberikan like sedikit atau banyak pikir nanti. Tutur, salah satu narsum kondang.
Saat mendengar kalimat itu langsung, semangat dalam diri kembali meningkat. Ya, kalau dibuat prosentase sekitar 85% .Hehe
Kesempatan terbuka luas. Aku tak boleh lelah seperti sebelumnya, yang merasa buat apa sih capek-capek bikin konten? Gaji bulanan, aman, bisa menabung dan bantu orangtua. Lantas, buat apa menekuni kreator konten?
Pergulatan hati yang cukup lama, bagiku. Ketika beberapa media sosial aku abaikan bahkan jarang banget update foto/ status karena kesibukan.
Aku mengakui, menyebut diri sebagai teacher blogger memang banyak tantangan. Harus pintar bagi waktu, upgrade skill dan lainnya agar aset digital tetap bisa long lasting.
Menyambut Ria Peluang itu
Aku menyebutnya peluang. Menjadi kreator konten tidak semua mau menekuni. Dari beberapa teman se-grup, mendapatkan ilmu sama, beban tugasnya pun sama, tinggal beberapa orang saja yang bertahan.
Satu alasan terkuatku, aku ingin menjadi pribadi bermanfaat dengan cara menjadi kreator konten yang bijak.
Cuan Datang, Relasi Berkembang
Telaten, sabar dan bergerak pasti. Cuan datang pada massanya akan menghampiri. Ketika personal branding diri semakin kuat, dengan rajin bikin konten ternyata perjalanan ini ada yang mencermati. Sisi lain, mengembangkan relasi itu penting. Dengan bergabung di kelas kreator konten lain serta aktif di dalamnya, lantaran hal itu pintu rejeki akan semakin terbuka.
- Conten plan
Jadwal ngonten tertata jelas. Pemula sekalipun, membuat conten plan akan memudahkan untuk membentuk personal branding. Misalnya, bisa disesuaikan dengan hobi, kebiasaan sehari-hari atau aktivitas yang paling di sukai.
- Riset