Manusia selalu hidup berdampingan dengan sampah, baik sampah organik, anorganik, maupun sampah B3. Bagaimana tidak? Setiap kebutuhan manusia menghasilkan material buangan seperti sisa makanan, kemasan makanan, kantong plastik, botol obat-obatan, masker dan lain sebagainya.Â
Masyarakat zaman sekarang seakan enggan direpotkan oleh permasalahan sampah, akibatnya sampah-sampah tersebut hanya berakhir percuma di tempat pembuangan sampah.Â
Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, sampah sebagai material buangan tersebut masih dapat memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan, salah satu produk yang dapat dihasilkan dari sampah organic adalah ecoenzym.
Dikutip dari laman Wikipedia, ecoenzym dapat diartikan sebagai "...Larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan sayuran dengan gula merah atau molase dan air dengan bantuan mikroorganisme selektif dari kelompok jamur dan bakteri selama 3 bulan..."
Ecoenzym biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk cair organic (POC) untuk tanaman. Berdasarkan bahan pembuatannnya, ecoenzym ini tergolong sebagai solusi pengelolaan sampah organic sederhana yang dapat dibuat oleh masyarakat secara mandiri untuk mengatasi sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari dari kegiatan memasak dan mengkonsumsi makanan.Â
Namun sangat disayangkan, belum banyak masyarakat yang mengetahui informasi mengenai ecoenzym, terkhususnya masyarakat Nagari Aua Kuniang.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik UPI yang tergabung dalam kelompok 144 dengan tema kegiatan KKN: Konsumsi dan Produksi Desa, tertarik untuk mengadakan sosialisasi mengenai pembuatan ecoenzym kepada masyarakat agar kedepannya sampah-sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna.Â
Windi (Mahasiswa KKN Jurusan PGSD UPI) berkoordinasi dengan Bank Sampah Tuah Basamo mengadakan sosialisasi pembuatan ecoenzym sebagai solusi sederhana pengelolaan sampah organik.
Sosialisasi diadakan pada 29 Juli 2022 di posko Bank Sampah Tuah Basamo, kegiatan diisi dengan memberikan penjelasan mengenai ecoenzym, manfaat larutan ecoenzym, prosedur pemakaian ecoenzym, serta bahan dan cara pembuatan ecoenzym. Masyarakat antusias mendengarkan penjelasan sosialisasi yang disampaikan pihak Bank Sampah.Â
Setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan pendemonstrasian pembuatan ecoenzym. Windi sebagai mahasiswa KKN mengkomandoi jalannya pendemonstrasian pembuatan ecoenzym setelah sebelumnya melakukan mentoring pembuatan ecoenzym bersama pihak Bank Sampah Tuah Basamo.
Alat dan bahan pembuatan ecoenzym disediakan oleh mahasiswa dan pihak bank sampah sehingga masyarakat tinggal mengikuti prosedur pembuatan. Alat-alat yang diperlukan yaitu:Â
- Jirigen ukuran 20 Liter;Â
- Ember; danÂ
- Pisau.
Sedangkan bahan pembuatan diantaranya:
- 3 kg sampah organik;Â
- 1 kg gula merah;Â
- 10 liter air bersih.
Cara pembuatannya sebagai berikut:
- potonglah 1 kg gula merah menjadi bagian-bagian kecil lalu larutkan dengan 10 liter air hingga tercampur rata;Â
- kemudian masukan 3 kg sampah organic kedalam jirigen ukuran 20 liter;Â
- tambahkan larutan air gula merah kedalam jirigen;Â
- tutup jirigen dengan rapat dan fermentasi selama 3 bulan.
Untuk setiap bulannya wadah ecoenzym harus dibuka selama 5 menit untuk mengeluarkan gas yang ada didalamnya. Jika setelah 3 bulan fermentasi larutan ecoenzym tidak mengeluarkan ulat, maka pembuatan ecoenzym dinyatakan berhasil dan siap pakai.Â
Dalam hal pemakaian sebagai pupuk tanaman, 1 liter ecoenzym dapat dicampurkan dengan 5 liter air bersih kemudian tinggal disemprotkan pada tanaman.
Dari kegiatan sosialisasi hingga pendemonstrasian pembuatan ecoenzym, terlihat pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan sampah organik cukup meningkat.Â
Kegiatan diakhiri dengan pemberian ecoenzym siap pakai kepada masyarakat untuk memperkenalkan salah satu produk dari Bank Sampah dan agar masyarakat dapat mencoba secara langsung manfaat ecoenzym untuk tanaman dirumah masing-masing.
Penulis:
Windi (1901296)
Mahasiswi Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Indonesia
KKN Kelompok 144: Konsumsi dan Produksi Desa
Dosen Pembimbing Lapangan: Dwi Iman Muthaqin, M.H.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI