Mohon tunggu...
windhi putri purnamasari
windhi putri purnamasari Mohon Tunggu... Wiraswasta -

kenali dirimu dan buatlah sejarahmu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media Sosial, Demo, dan Perubahan

17 September 2018   11:53 Diperbarui: 25 September 2019   09:16 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hak mengemukakan pendapat memang dijamin dalam undang-undang di negara kita. Lalu apakah hak tersebut harus kita gunakan sebebas-bebasnya tanpa peduli dengan efek yang disebabkan dikemudian hari? Menurut saya, hak ini bersifat bebas terbatas. 

Terbatas agar tidak terjadi salah kaprah sehingga melenceng jauh dari tujuan awal. Setidaknya ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal ini yaitu agama, hukum, etika, budaya dan moral.

Selanjutnya bagaimana dengan pengolahan informasi untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu ? Hal ini lah yang terjadi saat ini. Setiap orang berusaha untuk menjadi pahlawan bagi sosok yang dikaguminya. 

Melakukan berbagai cara agar semua lawan atau musuh dari sosok tersebut melangkah mundur. Hal ini yang semakin membuat bias informasi. Apalagi saat tokoh terkenal yang memiliki banyak pengikut ikut memperkeruh dengan menjadi pahlawan.

Ya, inilah fenomena yang berkembang saat ini. Bagi mereka yang merasa tidak tertarik dengan dunia berbau politik, mungkin mereka bisa melewatkannya. Lalu bagaimana dengan mereka yang saat peduli dengan tokoh-tokoh dan keadaan negeri ini ? 

Ya, apabila aksi maya tidak berdampak apa-apa maka aksi nyata lah yang berbicara. Demo adalah jalannya. Mereka bersuara dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Merasa pemerintah tidak adil atau lebih parah lagi, mereka merasa pemerintah tidak becus. Sebenarnya kepentingan rakyat siapa yang mereka wakili ?

Tidak, saya bukan orang yang menganggap pemerintah adalah pihak yang benar. Saya hanya menggunakan logika saya. 

Demo? Ya saya pernah mengikutinya beberapa kali. Ikut bernyanyi Buruh Tani dan Darah Juang. Atau ikut mengepalkan tangan atas orasi-orasi yang diucapkan korlap. Lalu apa yang saya dapat ? Tidak ada.

Hanya rasa lelah dan ketidakpastian. Mungkin lelah bisa dibakar dengan ucapan motivasi atau embel-embel perjuangan. Tapi tidak dengan ketidakpastian. Yang saya pikirkan adalah sampai kapan saya seperti ini? Bukankah saya menempuh perguruan tinggi untuk mendapatkan ilmu yang setidaknya dapat mengubah sedikit demi sedikit keadaan negara ini ? 

Orang tua saya tidak melepas anaknya hanya untuk berteriak di gedung pemerintahan. Di pundak saya terdapat harapan orang tua agar saya dapat menjadi orang yang berguna bagi negara saya. 

Lalu bagaimana caranya ? Ubah sudut pandang. Perubahan yang disuarakan tidak dapat terjadi begitu saja. Pemerintah tidak hanya mengurusi satu atau dua permasalahan. Negara yang mereka urus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun