Suatu hari cerah pada saat aku masih di kantor dengan suasananya yang khas. Tiba-tiba ponselku menyuruhku untuk membaca pesan di kolom WhatsApps. Ternyata di sana kudapati sebuah pesan dari Mba Sarie, seorang kompasianer yang seringnya menulis artikel tentang budaya.
Pesan Mba Sarie membuatku merasa takjub. Dalam pesannya, ia mengirimkan pula beberapa gambar. Bahwa ia sedang panen buah duwet. Whoa, how amazing!
[caption caption="Syzygium cumini segar saat masih di Solo"][/caption]Aku jadi teringat masa kecilku yang tak pernah ketinggalan makan buah ini ketika musimnya tiba, dan teringat juga kepada Kangmasku. Ia pernah mengatakan kepadaku untuk mencari buah dan sayuran berwarna ungu. Maka ketika Mba Sarie mengabari sedang panen buah duwet, langsung saja aku berteriak (via WA) kepadanya: Maaaauuuuuuuu... Dan tanpa malu-malu meminta Mba Sarie untuk mengirimkannya ke Bandung via jasa kurir. Betapa senangnya, ternyata Mba Sarie sehati denganku, sehingga Mba Sarie berkenan mengirimkannya ke Bandung. Aku sangat berterima kasih kepadanya.
Bercerita tentang perjalanan sang duwet hingga ke tanganku lumayan memerlukan perjuangan Mba Sarie - maaf nggih Mba... Â Mba Sarie sempat kebingungan mengenai pengemasannya, karena yang dikirimkan ini jenisnya buah. Mba Sarie kuatir buah duwet kirimannya cepat rusak saat dalam perjalanan. Hingga akhirnya, aku mengusulkan agar duwetnya dialasi daun pisang, bukan dialasi plastik. Ternyata Mba Sarie harus mencari daun pisang terlebih dahulu untuk mengalasi duwetnya. Kupikir daun pisang ada di belakang rumah Mba Sarie dengan pisangnya yang ranum-ranum :D - sekali lagi maaf -Â Itulah makanya duwet kirimannya disebut Duwet Perjuangan.
Perjuangan duwet tersayang belum selesai. Setelah beres dikemas, ternyata pengiriman untuk buah, tanaman, dan hewan dikenakan biaya karantina. Mba Sarie jadi harus konfirmasi terlebih dahulu kepadaku untuk memastikan pengiriman. Ada kejadian lucu ketika petugas jasa pengiriman bertanya kepada Mba Sarie tentang isi paket kirimannya, Mba Sarie menjawab, "Anggur,"
Inilah buah "anggur Indonesia" yang dikemas dengan penuh cinta kasih dan keikhlasan ketulusan :))
[caption caption="Duwet Perjuangan "Anggur Indonesia" sesaat setelah landing di Bandung "]
Sekilas tentang buah duwet (syzygium cumini) memang banyak manfaatnya (silakan bertanya kepada google). Bahwa pohon buah duwet sekarang ini sangat langka ditemui. Dahulu sewaktu aku masih kecil, apabila musim duwet tiba, di Bandung sangat berlimpah. Buah duwet dijual dengan ditaburi gula pasir, dikemas dalam plastik kecil. Kangen dengan masa itu. Namun aku masih berharap, semoga di pasar sekitar tempat tinggalku ini, kelak buah duwet dapat berlimpah kembali bila musimnya tiba.
Riwayat Duwet Perjuangan:Â Sent (Solo) 1 October 2015, received (Bandung) 2 October 2015.
Â
Special thanks to: Gusti Maha Wenang, Mba Sarie -nyuwun sewu, nembe diposting duwet perjuanganipun sakmeniko, juga kepada Kangmas Matahariku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H