Mohon tunggu...
Diana Wardani
Diana Wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Sederhana

I Love You, Kangmas Matahariku. I love your sign and signature - I always be with you wherever you are, because we are one.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Janin Tiba-tiba Menghilang

26 September 2012   08:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_201132" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar diambil dari http://kemonbaca.blogspot.com/"][/caption] "Mamaaaaa....!!! Kenapa perutku kempesssss?" Teriak Intan panik. Sangat panik. Ia kemudian lari menghambur ke arah ibunya yang sedang memasak. Dengan terkejut mamanya langsung mematikan kompor dan mengusap perut anaknya yang sedang hamil. "Coba, kita pergi ke bidan aja, Tan..." Ujar ibunya sambil menutupi rasa paniknya dengan sekuat tenaga. Sebagai seorang ibu, ia tidak mau kepanikannya tergambar jelas di wajahnya hingga terbaca oleh anaknya.

***

Sepulang dari Bali, aku mendapatkan kabar yang sangat aneh tentang saudaraku. Intan, saudaraku sedang hamil 4 bulan setelah menikah pada Maret lalu. Ia mengandung anak pertamanya. Sejak ia tahu tentang kehamilannya, ia selalu memeriksakan kandungannya ke bidan yang praktek di dekat rumahnya. Saat itu pagi hari, ketika Intan menyadari perutnya tiba-tiba kempis, seolah tak ada tanda-tanda kehidupan. Ia langsung pergi ke bidan itu, dan sang bidan pun sangat heran, saat ia melihat perut pasiennya yang sedang hamil itu tiba-tiba kempis. Memang tidak ada bayi di dalam perutnya. Kejadian ini memang sangat aneh. Sampai-sampai sang bidan berkata kepada Intan bahwa ia sangat penasaran mengapa hal seperti ini bisa terjadi. "Intan, jangan sungkan-sungkan ya kalau mau memeriksakan kandunganmu. Meskipun kamu harus bolak balik ke sini, tidak apa-apa. Ibu siap membantu kamu..." Begitu ujar Ibu Bidan menawarkan dirinya kepada Intan yang sedang kesusahan. Adalah kakak ipar Intan, seorang ustadz. Ia boleh dibilang bisa berkomunikasi dengan makhluk alam gaib. Segera ia melakukan mediasi. Dan ternyata, janin yang dikandung oleh Intan memang sudah tidak ada di rahimnya. Janin itu telah dibawa oleh makhluk astral itu. Tak tanggung-tanggung. Makhluk itu membawanya ke Gunung Kidul! Singkat kata, setelah dilakukan 'negosiasi' dengan makhluk gaib, maka selang tiga hari kemudian, sang janin itu dikembalikan lagi ke dalam rahim Intan. Namun, Intan kembali heran dengan bayi yang dikandungnya. Detak jantungnya dirasakan sangat lemah, sementara sebelumnya, ia bisa merasakan detak jantung anaknya itu lumayan kuat. Apalagi ia secara intesif memeriksakan kandungannya ke bidan. Kembali sang ustadz mengadakan perbincangan dengan makhluk gaib itu. Ternyata, makhluk gaib itu salah mengembalikan janin itu. Janin yang kini ada di rahim Intan usianya lebih kecil daripada janin yang dikandung oleh Intan. Usut punya usut, ternyata makhluk gaib itu telah 'mencuri' janin orang-orang hamil sebanyak 3 janin. Kembali 'bernegosiasi' maka makhluk gaib itu pun akhirnya mengembalikan janin yang dikandung oleh Intan. Janin yang memang milik Intan.

***

Kejadian demi kejadian yang ada di semesta raya ini memang beragam. Namun, saat kita dihadapkan pada kenyataan yang sungguh aneh, di luar akal pikiran kita, maka kita pun merasakan hal yang tidak nyata. Tidak percaya, tetapi kenyataan yang berbicara. Bisa dilihat, diraba, dan diterawang dengan mata telanjang kita. Mau percaya, masakan hal seperti itu bisa terjadi. Hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa membolak balikkan umatNya. Daya pikir manusia yang terbatas, namun Tuhan senantiasa memberi petunjukNya lewat sesama kita. Hidup kita memang selaras dengan alam. Maka seyogyanya kita menyelaraskan pula dengan bagian dari alam itu sendiri. Memang, dunia fana ini senantiasa menyimpan misteri. Dimensi yang ditawarkan dunia ini sungguh sangat penuh kejutan dengan pernak perniknya yang terkadang membuat jantung serasa copot. Siapkah kita menghadapinya?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun