Di sinilah letak permenunganku. Seperti seorang aryan di dalam berpikir dan bertindak. Tidak grasa grusu. Menyaring apa yang harus dipikir; apakah baik atau buruk untuk diri sendiri dan orang lain. Berpikir sebelum berucap. Berpikir sebelum bertindak. Di sini, Kangmas telah mengajarkan aku mengenai pengendalian diri.
Saat pasangan berada jauh dari pandangan mata fisik, pantaskah untuk berpikir negatif tentangnya?
Biarkan ia beraktivitas dengan tenang. Pahamilah ia sebagai pasangan yang bertanggung jawab kepadaNya dan bukan sebagai “playboy cinetron”. Pasangan wanita cukup beribadah di rumah dan di rumahNya, memasak dan melakukan aktivitas ibu dengan sepenuh hati.
Cinta menumbuhkan rasa dan kreativitas. Seperti Sang Awal Mula ketika menciptakan bumi dan alam semesta raya dengan unsur cinta. Maka saat cemburu melanda, kembalilah kepada rasa. Kenali diri sendiri. Apabila kita sudah mengatur pikiran dan mempertanggungjawabkannya dengan baik, maka cemburu akan menghilang bagai awan gelap tersingkap angin. Aku menyebutnya sebagai kebahagiaan sejati; kebahagiaan dari dalam; dariNya. Jangan sampai kita sudah lelah berpikir negatif tentang pasangan kita bahkan sampai menghabiskan waktu untuk menangis dan insomnia, namun ternyata pasangan kita sedang tertidur pulas. Rugi, bukan?
Mengingat dan merenungkan tentang kisahNya di dalam seri penciptaanNya adalah perbuatan kasih.