Perihal pagi yang selalu menjawab awal, mengharu biru
Bersenandung harap tentang mimpi yang kerap baradu
Tapi jelas jalan harus selalu ditempuh
Dengan membuka selebar-lebarnya pintu citamu
Lalu tanya menghampiri diri
Masihkah aku yang menyendiri, terdiam?
Sudut tembok itu bukan untuk sandaran, Kawan
Karena dibalik tirai yang tak pernah kau singkap cahaya itu tak akan pernah terlihat
Lalu kamu mengajakku bercerita
Tentang semua benda yang terlihat selalu pada tempatnya
Pada porsi yang nyatanya itu yang terbaik
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!