Mohon tunggu...
Winda Widia
Winda Widia Mohon Tunggu... -

bantuin sampe gue sukses yah guys, lulus S1 mei 2016, jadi guru bahasa inggris, PNS, lanjutin gelar s2. aamiin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kunang-kunang yang Entah Dimana Lagi

25 Juni 2014   05:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:10 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu malam ketika aku (putri) jalan-jalan menyusurikeramaian kota Yogyakarta, bersama Jani, Sandra, Briggita. Aku adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, kakakku Putra namanya. Mereka adalah korban broken home keluarganya. Sejak orangtuanya bercerai Putri menjadi nakal dan membenci ibunya. Tetapi Putra, rupanya ia telah dewasa, ia berusaha keras untuk kuliahnya meskipun ayahnya tidak membiayainya lagi. Mereka berdua tinggal bersama ibunya, sedangkan ayah menikah lagi dengan wanita lain yang usianya tidak jauh dari Putri.

Suatu pagi, kriing.. krriing... kriiing...alarm menujukkan pukul 06.45 berrbunyi. “Putri , Putri bangun, nak!” Perintah ibunya. “aahh... aku gak mau bangun... kenapa sih ibu ini, aku lagi enak-enak tidur diganggu” Bantah putri. “sudah siang nak, nanti terlambat sekolah” Saran ibu.

Ia melihat jam wekkernya dan malah menyalahkan ibunya kenapa tak membangunkannya dari pagi. Hampir setiap pagi, kejadian ini berulang. Karena putri sering keluar malam harinya. Ia berangkat kesiangan, kena marah gurunya.Jam pertama ulangan fisika. Putri tidak menghapal, bahkan ia baru ingat, hasilnya jeblok. Teman-temanya Sandra, Briggita dan Jani pun ikut mengucilkannya tanpa alasan yang jelas.

Banyak kesialan yang Putri alami sehari ini. Ia ingat hari ini tanggal 17, itu berarti bulan depan hari ulang tahun mamanya .Tapi ia mengacuhkannya. Ia langsung pulang menuju rumah.

Putra, kakaknya datang kerumah bersama Adrian teman karibnya. Putri yang sifatnya acuh tak acuh pada Adrian, tidak menanggapi siapa saja yang datang kerumah. Adrian adalah calon psikolog yang diminta tolong oleh Putra agar meluruskan kembali sifat putri seperti dulu lagi.

“ put.. put.. sini sebentar, Ini kak Adrian” panggil putra.

“terus ada urusan apa sama gue?” tangkas Putri.

“Oh gak kok cuma pengen kenal aja!” balas adrian sembari melemparkan senyum manisnya.

Beberapa hari terakhir ini ada hal yang aneh, Adrian selalu mendekatinya dimana saja ia berada tiba-tiba Adrian muncul,Ia terus mendekatinya. Adrian memberi ia boneka, bunga mawar, kata-kata romantis dan Putri fikir, adrian suka padanya. “emang sih Adrian ganteng, tapi apa gue bakal suka ama dia?” Pikir Putri

Adrian selalu menuliskan kata-kata romantis dan berisi nasihat atas sikap ia pada ibunya . lama-lama Putri pun jatuh cinta pada Adrian. Karena setiap saat ia tidak pernah lepas dari kata-kata romantis, bunga mawar, boneka dari Adrian.

Pada surat terakhirnya, Ia menuliskan “jika aku pergi, sanjunglah ibumu, hormati kakakmu dan juga ayahmu”. Hanya satu kalimat. Sejak saat itu ia menghilang dari Putri. Cahaya-cahaya penyemangat Putri pun entah kemana lagi. Putri merindukannya.

Ia terbangun di pukul 05.00. Ia tidak tahu apa semuanya ini mimpi. Tak pernah ada kesialan apapun, tak ada Adrian, tak ada kata-kata romantis, tak ada bunga mawar, apapun. Lalu ia ingat mamanya, hari ini ulang tahun mamanya. Ia menuju ruang makan, “ma... mama... happy birthday.. I love you dan maafkan aku ma..” tiba-tiba Putri berkata.

Tak ada hadiah apapun dari Putri. Tapi Putri punya satu, ia mencium tangan dan kemudian pipi mamanya itu.

Mamanya terharu ia memeluk Putri dengan eratnya. “Terima kasih, Tuhan” Syukur mamanya. Putri telah kembali pada sifatnya yang dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun