Mohon tunggu...
Winda Syifa W
Winda Syifa W Mohon Tunggu... Mahasiswa - haloo, saya winda berprofesi sebagai mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia dengan prodi Pendidikan Sosiologi

saya orangnya pendiam, tidak suka keramaian, dan jarang sekali untuk berani menyapa orang duluan. saya senang menulis cerita-cerita dan artikel, saya juga senang berolahraga terutama olahraga voli dan badminton. saya membuat akun di kompasiana ini saat saya berada di awal semester 5. semoga kalian senang dengan tulisan saya :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik 7 Unsur Kebudayaan Kampung Budaya Sindang Barang di Kabupaten Bogor

26 Juni 2022   16:00 Diperbarui: 26 Juni 2022   17:15 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokasi dan Suasana Kampung

Kampung Budaya Sindang Barang berada di wilayah Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi dari kampung budaya ini sangat strategis tempatnya, sebab tidak jauh dari pusat Kota Bogor serta Stasiun Bogor. 

Akses jalan menuju Kampung Budaya Sindang Barang juga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, seperti angkot dan mobil pribadi. Angkutan umum yang mengarah ke kampung budaya saat ini lumayan banyak, jadi bagi kalian yang ingin ke Kampung Budaya Sindang Barang tidak perlu khawatir apabila yang tidak memiliki kendaraan sendiri, bisa naik kereta dulu menuju stasiun bogor dan lanjut ke kampung budaya menggunakan angkutan umum seperti angkot.            

Suasana di Kampung Budaya Sindang Barang sangat sejuk, asri, nyaman, sebab masih banyak pohon-pohon, rerumputan, dan juga masih adanya sawah milik masyarakat setempat. Sehingga, kampung tersebut sangat cocok untuk healing menyejukan pikiran, menenangkan hati, dan juga cocok untuk berfoto-foto karena kampung tersebut memiliki spot foto yang sangat menarik.

Pada kali ini, saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke salah satu Kampung Adat di Bogor, yaitu Kampung Budaya Sindang Barang. Dan tidak hanya itu, saya juga mewawancarai salah satu tokoh adat Kampung tersebut, beliau bernama Pak Ukad atau dikampung adat dipanggil Abah Ukad. 

img-20220626-wa0003-62b8304904282438fb4d0cf2.jpg
img-20220626-wa0003-62b8304904282438fb4d0cf2.jpg
Sejarah

Nah, berbicara mengenai sejarah atau latar belakang terbentuknya Kampung Budaya Sindang Barang itu awalnya adalah Kampung Adat Sindang Barang. Kampung Adat Sindang Barang didirikan abad 11-12 dan diakui oleh barang serang, barang bandung. Barang bandung sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan penelitian di Kampung Adat Sindang Barang. Pada abad 11-12 kampung ini dibawah naungan Pakuan Pajajaran.  

Upacara Adat, Sistem Religi dan/atau Upacara Keagamaan

Kampung Adat Sindang Barang terkenal sampai saat ini sebab adanya upacara adat mempertahankan budaya. Jadi, setiap tahun ada upacara adat atau dinamakan upacara “Seren Taun Guru Bumi”, upacara dilakukan selama seminggu. Hari pertama ada upacara adat “Ngadiukeun”, dilanjut upacara di hari kedua dan ketiga mengunjungi kokolot sindang barang ke makam-makam leluhur. 

Kemudian, pada pertengahan minggu ada perlombaan-perlombaan seperti main bakiak, egrang, boiboi, menyumpit, dan memanah. Kegiatan tersebut biasa dilakukan oleh kampung budaya, sekaligus menjadi paket wisata kunjungan wisata budaya.

Pada hari Jumat, upacara adat mengambil air yang di sakralkan atau disebut “Air Kukulu” yang artinya 7 mata air, ada cipamali, ciemi, cikubang, cimaeja, sumur jalatunja, dan masih ada 2 mata air lagi. 

Ketika sudah memasuki puncaknya atau hari Sabtu, upacara sedekah bumi di Kampung Adat Sindang Barang berbeda dengan di Jawa. Apabila di Jawa gugunungan untuk mensyukuri dibuat satu paket mulai dari padi, buah-buahan, dan sayur-sayuran, sedangkan di Kampung Adat Sindang Barang gugunungan tersebut dipisah.

Upacara adat mensyukuri hasil panen berupa sayur-sayuran dan kue-kue tradisional diadakan pada hari Sabtu dinamakan “Sedekah Kue”. Semua masyarakat sekitar diundang ke upacara tersebut, sekolah-sekolah kunjungan untuk melihat upacara tersebut. Lalu, masuk ke puncak acara atau disebut “Seren Taun” yang mana terdapat istilah “Macikeun Pare” yang artinya menyimpan padi kedalam lumbung padi.

Pada saat puncak upacara adat tersebut terdapat 8 kesenian yang mengiringi, 3 kesenian masih tradisional atau sangat kental dengan kebudayaan diantaranya rengkong, angklung gubrag, dan tutunggulan, sedangkan 5 sudah masuk kesenian modern yaitu ada tari jaipong, pencak silat cimande, reog, calung, dan angklung. 

Akan tetapi, dalam mengiringi prosesi memasukan padi ke lumbung padi hanya 3 kesenian yang mengiringi sebab masih sangat kental kebudayaan Kampung Adat Sindang Barang, yaitu rengkong, angklung gubrag, dan tutunggulan. 

Upacara adat seren taun lebih dikenal oleh masyarakat sebab pada upacara adat seren taun tersebut banyak masyarakat yang datang, bukan hanya masyarakat lokal namun juga ada Warga Negara Asing yang datang dan diundang untuk melihat upacara adat seren taun di Kampung Adat Sindang Barang.

Keagamaan yang dianut masyarakat di Kampung Adat Sindang Barang dulu adalah Sunda Wiwitan. Sunda Wiwitan percaya akan syahadat akan tetapi tidak melaksanakan sholat lima waktu. Dalam melaksanakan prosesi pernikahan, masyarakat Kampung Adat Sindang Barang tetap sesuai dengan syahadat. 

Namun, seiring berkembangnya zaman, pada abad ke 18 agama Islam sudah masuk ke Kampung Adat Sindang Barang dan sampai saat ini masyarakat sekitar Kampung Budaya Sindang Barang mayoritas beragama Islam. 

Hal tersebut dikarenakan sasaran dari syiar Islam itu adalah kampung adat, sebab ketika kampung adat sudah masuk ke Islam dan untuk mengembangkan keagamaannya keluar itu tidak sulit, karena orang adat menghormati, menghargai dan juga dihormati masyarakat.  

Kehidupan sosial masyarakat dan Organisasi kemasyarakatan

Pada zaman dulu, ketika membangun rumah hanya beberapa orang yang membantu menjadi tukang namun yang banyaknya adalah gotong royongnya. Apabila di adat daerah Banten, Sukabumi ketika jalan ingin melaksanakan seren taun sejauh 11 Km dan ada kerja bakti. 

Namun, apabila di Kampung Budaya Sindang Barang hanya beberapa melakukan gotong royong, bahkan 80% dari kampung budaya dan 20% dibantu oleh masyarakat. Organisasi kemasyarakatan yang terbentuk di Kampung Budaya Sindang Barang ada karang taruna, akan tetapi ormas tidak diperbolehkan dibuat di kampung tersebut.

Bahasa, Kesenian, dan Arsitektur Bangunan
           

Dokpri
Dokpri
Bahasa yang sehari-hari digunakan masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang adalah bahasa Sunda Bogor. Kemudian, kesenian yang menjadi ciri khas Kampung Adat Sindang Barang ialah berupa seni sunda pada umumnya seperti tari jaipong, pencak silat, dan lain-lain yang tidak ada bedanya dengan di Bandung.                      

Struktur bangunan yang ada di Kampung Sindang Barang yakni ada lumbung padi dan rumah. Bangunan lumbung padi bermodelan badawang sarat, sedangkan model rumahnya disebut gedebangko atau memiliki moncong diatasnya.

  • Mata pencaharian, Teknologi dan/atau peralatan
    Dokpri
    Dokpri

Masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang bermata pencaharian petani dan saat ini sudah berkembang home industry membuat sepatu dan sandal. Kampung Adat Sindang Barang juga memiliki alat senjata tradisional dan peralatan untuk masak, diantaranya alat senjata isir peso kujang, keris, sumpit dan panah serta lisung untuk menumbuk padi. 

Pada Kampung Budaya Sindang Barang dahulu memiliki bangunan museum untuk menyimpan alat-alat tersebut, namun dikarenakan bangunan tersebut bnayak yang bocor jadi alat-alat tersebut diamankan. Pihak Kampung Budaya Sindang Barang akan membangun ulang bangunan tersebut akan tetapi banyak yang harus dipertimbangkan, sebab bangunan tersebut sangat disakralkan disebut Imah Gede. 

Beberapa pertimbangan untuk membangun kembali Imah Gede yaitu apakah ketika membangun Imah Gede atapnya tetap menggunakan atap ijuk atau akan merubahnya menggunakan genteng, yang mana apabila menggunakan genteng maka struktur bangunan Imah Gede juga harus diubah sebab genteng memiliki bobot yang berat sehingga harus memiliki sanggahan yang kokoh agar tidak mudah roboh.

Perubahan sosial ekonomi

Kampung Adat Sindang Barang sudah berubah menjadi Kampung Budaya Sindang Barang yang saat ini telah menjadi desa wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat baik lokal maupun asing. 

Perubahan sosial di Kampung Budaya Sindang Barang tidak begitu terlihat sebab masyarakatnya masih memiliki rasa gotong royong untuk mempertahankan Kampung Budaya Sindang Barang tetap ada dan berdiri. Walaupun zaman sudah berubah, akan tetapi masyarakat di Kampung Budaya Sindang tetap mempertahankan dan melaksanakan tradisi atau upacara adatnya sesuai dengan waktunya. 

Sedangkan perubahan ekonomi masyarakatnya dapat terlihat sebab dulu hampir semua masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani ya walau saat ini juga masih ada masyarakat yang menjadi petani, namun seiring berkembangnya zaman dan adanya Kampung Budaya Sindang Barang menjadikan masyarakat memiliki mata pencaharian lain yaitu home industry membuat sandal dan sepatu.

Video dan Foto di Kampung Sindang Barang

Kampung Sindang Barang (1)

website kampung sindang barang

Kampung Sindang Barang (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun