Mohon tunggu...
Winda Sulistiyani
Winda Sulistiyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

maaf kalau banyak kesalahan dalam merangkai tulisan

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengembangan Industri Kimia dalam Era Revolusi Industri 4.0

4 Desember 2021   19:21 Diperbarui: 4 Desember 2021   19:25 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia mendesak anggota FIKI untuk terus mengupayakan efisiensi, inovasi dan pengembangan produk, serta mencari terobosan agar industri kimia Indonesia tetap efisien dengan menggunakan sumber daya yang unik. "Salah satu terobosan yang bisa dilakukan adalah biorefinery dan karet," katanya.

Selain itu juga, Fajar Budiyono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Aromatik Indonesia (Inaplas), mengatakan industri kimia Indonesia memiliki posisi yang kuat di ASEAN. Dia mengatakan penggunaan industri berat telah lama membuat industri kimia siap bersaing dengan industri lain di ASEAN.

Menurut Fajar, tingkat utilisasi industri kimia sebelum tahun 2014 sekitar 80%. Namun, krisis ekonomi  2008  tidak mengoptimalkan ketersediaan dan industri kimia  tertinggal.

Pemulihan industri kimia terjadi secara besar-besaran pada tahun 2014 dan berdampak besar pada kinerja industri. Setelah pemulihan, menurut Fajar, utilisasi dan kapasitas produksi industri kimia menjadi sangat efektif.

Hal ini membuat Fajar optimistis industri kimia  di kawasan ASEAN mampu mengejar ketertinggalannya. Menurut dia, daya saing ini bisa ditingkatkan dengan mengganti bahan baku  impor.

"2014--2018 recovery bagus, mulai ancang-ancang ekspansi, banyak proyek pengembangan baru. Pada 2023 kita akan berlari mengejar ketertinggalan, [dengan] menurunkan ketergantungan impor," ujar Fajar kepada Bisnis, Selasa (29/01/2019).

Menurutnya, persaingan itu penting, mengingat negara-negara ASEAN akan fokus pada pengembangan Industri 4.0 tahun ini. Menurutnya, industri  kimia sebagai salah satu sektor pembangunan industri 4.0 prioritas pemerintah harus didorong secara optimal.

Disamping itu juga, Kementerian Perindustrian semakin mendorong pengembangan industri kimia  dalam negeri dengan mengedepankan penggunaan teknologi terkini dan penguatan kegiatan litbang. Upaya tersebut sejalan dengan implementasi Peta Jalan Making Indonesia 4.0 untuk membantu industri kimia menjadi lebih efisien, inovatif dan produktif saat kita memasuki era Revolusi Industri Generasi ke-4 saat ini.

"Pemerintah telah menetapkan industri kimia sebagai salah satu dari lima sektor yang akan menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, selain industri tekstil, otomotif, elektronika, serta makanan dan minuman," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartato saat melakukan kunjungan kerja di PT Pupuk Kaltim, Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (7/7).

Menurut Menteri Perindustrian, pengembangan industri kimia tanah air difokuskan pada peningkatan daya saing global. Hal ini dikarenakan sektor ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan berperan penting sebagai penghasil bahan baku untuk kebutuhan produksi industri lainnya. "Pada  2017, industri kimia menjadi salah satu sektor  utama produk domestik bruto sebesar Rp236 triliun" ujarnya.

Untuk itu, Menperin mengucapkan terima kasih kepada seluruh industri petrokimia  di Kompleks Industri Cartim (KIE) yang berjanji akan mendukung perkembangan industri tanah air selama 30 tahun sejak berdirinya PT. Pupuku Cartim pada tahun 1977.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun