Mohon tunggu...
winda rumbadini
winda rumbadini Mohon Tunggu... Guru - guru

Menyukai kegiatan menulis dan berpergian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Atraksi Wisata Fosil Manusia Purba Bumiayu Sebagai Geowisata Berbasis Pemanfaatan Sumber Daya Alam

13 Februari 2023   08:09 Diperbarui: 13 Februari 2023   08:13 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Teori of Africa, manusia modern yang hidup di zaman sekarang berasal dari Afrika (Nailufar, 2020). Teori tersebut menyatakan bahwa Homo erectus berimigrasi dari Afrika ke Sangiran terjadi pada 1,5 juta tahun lalu. 

Ditemukannya fosil Homo erectus di Bumiayu menggoyahkan teori tersebut (Anonim, 2020). Lebih lanjut, ditemukannya fosil manusia purba Homo Erectus di Bumiayu akan mengubah banyak sekali literatur pendidikan baik nasional maupun internasional dan hal ini akan menjadi lebih menarik lagi jika dikembangkan menjadi suatu atraksi geowisata 

Dahulu, daerah Bumiayu merupakan jembatan yang memungkinkan proses migrasi dari daratan Asia ke Jawa dan merupakan situs paleontologi tertua di Jawa Tengah yang berumur sekitar 2 juta tahun yang lalu, yaitu pada masa Pliosen sampai Plistosen (Semah dkk., 1990). Pusat inventarisasi koleksi situs Bumiayu-Tonjong terletak di Desa Kalierang, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Jejak-jejak purbakala banyak di temukan di sekitar Kaliglagah, Bumiayu sampai daerah Tonjong. 

Jejak purbakala tersebut contohnya fosil vertebrata. Fosil- fosil vertebrata yang ditemukan antara lain Cervus problematicus, Antilope saantensis, Mastodon bumiajuensis, Muntiacus bumiajuensis, dan Stegodon trigonocephalus yang berumur Pliosen Akhir (Sondaar, 1984). 

Selain itu, telah ditemukan kembali bagian fosil gajah purba, Stegodon. Saat ini fosil tersebut sudah diekskavasi oleh Balai Pelestarian Situs Manusi Purba (BPSMP) Sangiran. Fragmen fosil yang diekskavasi tersebut diyakini berusia ratusan ribu tahun (Tayubi, 2019).

Selain fosil hewan purba, di Bumiayu, khususnya di situs Bumiayu-Tonjong juga ditemukan artefak berupa beliung, kapak perimbas, kapak genggam dan bola batu. Penemuan artefak tersebut semakin menguatkan dugaan terdapat potensi ditemukannya fosil purba lainnya. Selain itu, di Kawasan Bumiayu juga ditemukan situs berupa Candi yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha. 

Situs tersebut diantaranya Situs Watubelah di Dukuh Pungkuran dan Dukuh Karangjati, Desa   Kalierang, Watu Jaran di Desa Laren, Arca di Wanatirta Paguyangan, Batu Wali di Desa Jatisawit, dan Batu Lingga di Candi Pangkuan Dukuh Karanggandul, Desa Cilibur, Kecamatan Paguyangan. Seiring berjalannya waktu, jejak purbakala yang ditemukan di Bumiayu semakin banyak. Hal ini menjadikan Bumiayu menjadi potensi tempat wisata situs purbakala.

Saat ini, pengeloaan fosil-fosil purbakala yang ditemukan di Bumiayu masih dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun demikian, melihat besarnya potensi temuan fosil purbakala tersebut, maka wilayah Bumiayu atau Brebes Selatan bisa dijadikan destinasi wisata baru yang menarik, yang mengandung nilai sejarah dan pendidikan yang sangat tinggi di kancah nasional dan internasional. Temuan ini akan mengubah pandangan international perihal sejarah perkembangan manusia sekaligus sebagai sumber pengembangan atraksi wisata berbasis Geowisata yang memanfaatkan sumber daya alam setempat.

Temuan fosil ini akan memicu perkembangan pariwisata yang sedang digalakkan oleh pemerintah Kabupaten Brebes. Pada tahun 2017 pemerintah Kabupaten Brebes telah melakukan kajian potensi pariwisata dan telah menetapkan daerah Bumiayu sebagai area wisata alam dan peristirahatan (Sutarmin, dkk., 2018). 

Ditemukannya fosil-fosil manusia purba dan artefak purbakala ini akan semakin meningkatkan daya tarik atraksi wisata di Bumiayu dan sekitarnya (Brebes Selatan), karena mengandung nilai sejarah peradaban tinggi dimasa lampau dan bertaraf internasional. Di tangan para generasi milenial, neomilenial dan generasi alpha diharapkan temuan tersebut mengawali proses pencapaian puncak kejayaan siklus 700 tahunan nusantara pada abad 21 yang sebelumnya tercapai pada masa kerajaan nusantara Sriwijaya (abad 7) dan Majapahit (abad 14).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun