Pencemaran lingkungan merupakan salah satu permasalah yang besar di negara ini. Pencemaran lingkungan sendiri secara umum adalah masuk atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi atau komponen komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan akibat kegiatan manusia atau proses alam. Pencemaran lingkungan dibagi menjadi 3 jenis yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air. Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara yang terjadi di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh faktor manusia. Seperti yang terjadi di daerah Banyumas, para warga mulai terganggu dengan polusi udara akibat polutan yang dihasilkan oleh salah satu pabrik. Gas gas beracun yang dilepaskan pabrik dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit seperti penyakit jantung, kanker paru paru, dan berbagai kondisi lainnya.
Ketika zaman semakin modern kita akan semakin sering menemukan aktivitas-aktivitas manusia yang menimbulkan polusi udara. Saat ini pemerintah menggunakan jaringan pemantau kontinyu otomatis untuk memantau kualitas udara di Indonesia. Namun, cara ini dinilai kurang efektif dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, diperlukan alternatif lain yang lebih sedeharna untuk memantau kualitas udara di Indonesia yaitu menggunakan lumut kerak atau biasa disebut dengan lichenes.
Lumut kerak atau lichenes merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin sel-sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Berdasarkan bentuk talusnya, lumut kerak dibedakan menjadi 4 jenis yaitu crustose, foliose, fructicose, dan squamulose. Lumut kerak jenis crustose ini memiliki talus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat di permukaan batu, kulit pohon ataupun di tanah. Tidak seperti crostose, lumut kerak jenis foliose ini memiliki bentuk talus yang datar, sedikit lebar dan terdapat banyak kerutan. Lumut kerak jenis foliose ini sering ditemukan di ranting atau melekat pada bebatuan. Selanjutnya lumut kerak jenis fructicose memiliki bentuk talusÂ
seperti semak dengan banyak cabang dengan bentuknya seperti pita dan dapat ditemukan pada batu, cabang pohon atau dedaunan. Terakhir lumut kerak jenis squamulose memiliki lobus-lobus seperti sisik dengan ukuran yang kecil dansaling bertindih.
Lumut kerak yang termasuk dalam kelompok fructicose merupakan salah satu kelompok lumut kerak yang paling sensitif terhadap polutan. Karena itu lumut kerak ini dapat digunakan sebagai indikator dalam pemantauan kualitas udara. Dengan cara melakukan pengamatan terhadap lumut kerak di suatu wilayah . Setelah semua data tersebut terkumpul data tersebut kemudian dikonversi dan dianalisis sehingga kita dapat diketahui kualitas udara di daerah tersebut.
Saya berharap dengan adanya lumut kerak sebagai indikator dalam pemantauan pencemaran udara mayarakat dapat dengan mudah mengetahui kualitas udara di lingkungan mereka. Dampak pencemaran udara ini tidak hanya dirasakan oleh lingkungan saja, tetapi  manusia bisa merasakan juga. Jika dirasa bahwa kualitas udara disekitar buruk maka mulailah menjaga kesehatan diri sendiri seperti menggunakan masker, rajin berolahraga dan juga konsumsi makanan yang mengandung antioksidan. Selain menjaga kesehatan tubuh menjaga lingkungan dari polusi udara juga perlu dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, tidak membakar sampah dan menanam pepohonan. Dengan ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran udara yang ada karena menjaga kualitas udara agar tetap sehat merupakan tanggung jawab kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H