Aku hidup dari setetes air,
yang tak ada kerelaan tumpah dari ibuku.
Mati berhadap-hadapan,
jatuh satu aliran bersama sungai-sungai bumi.
Konkordansi riwayat hulu-hilir hidupku,
dibacakan pada demonstrasi-demonstrasi mahasiswa.
Alih-alih mengisi teriakan dalam perut,
suara mereka kubakar habis menganga.
Menghormat barisan cokelat yang Tuan kirim,
takut mereka menerobos palang besi.
Prasangka apa semalam Tuhan kirim,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!