Mohon tunggu...
WINDA NUR AZIZAH
WINDA NUR AZIZAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 PGSD

Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Kesadaran Anak terhadap Perilaku Kerja Keras

28 Juli 2023   21:39 Diperbarui: 28 Juli 2023   21:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya tinggal dilingkungan yang cukup aman, dimana banyak anak dalam rentang usia 8 hingga 16 tahun yang senang bermain handphone. Namun dengan penggunaan handphone yang berlebihan terkadang membuat anak menjadi kecanduan dan sulit lepas, sehingga terkesan masa depan mereka tergantung pada handphone yang dimiliki dan mereka menjadi apatis terhadap kehidupan disekitar. 

Zaman yang sudah sangat canggih, kemudahan dalam mengakses apapun membuat sebagian anak merasa bahwa kerja keras tidak terlalu penting dilakukan. Ditambah sistem sekolah yang menggunakan zonasi membuat para anak memiliki karakter yang tidak mau bekerja keras. Jika permasalahan ini tidak segera ditangani, hal itu dapat menyebabkan munculnya sifat yang tidak mampu berdaya saing. 

Selain karena hal itu, karakter tidak mau bekerja keras seorang anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal ataupun keluarga. Jika seorang anak kurang termotivasi atau tidak adanya motivasi/dorongan dari orang tua maka kemungkinan rasa malas dan tidak mau bekerja keras melekat dalam dirinya. Berbeda dengan anak yang mendapatkan motivasi atau dorongan untuk selalu bekerja keras, biasanya anak yang seperti itu sudah mengalami pembiasaan untuk selalu bekerja keras oleh kedua orang tua.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan. Kita tidak mampu menghentikan teknologi, namun dengan pendidikan kita dapat menyiapkan setiap anak untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia menggunakan perkembangan ilmu dan teknologi dengan bijak. 

Setiap anak harus diarahkan dalam mengembangkan dirinya, serta diajarkan untuk memiliki kesadaran untuk menjadi bagian dari pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa. Pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan secara tepat. Pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. 

Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk dalam lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan karakter diintregrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah. Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.

Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan lingkungan dalam pembentukan karakter. Salah satu lingkungan yang dekat dengan anak adalah lingkungan bermain. Lingkungan yang paling tepat bagi anak adalah bermain. 

Dalam dunia permainan, ada yang disebut dengan permainan tradisional dan ada yang digolongkan ke dalam permainan modern. Permainan tradisional anak merupakan unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Permainan tradisional mampu menanamkan nilai-nilai karakter pada anak. 

Permainan tradisional dapat menjadi salah satu upaya dalam menanamkan nilai karakter seperti karakter kerja keras. Dengan adanya kegiatan bermain permainan tradisional diharapkan setiap anak mampu mengaplikasikan nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamya. 

Salah satu permainan tradisional yang dapat dilakukan adalah Engklek. Melalui permainan tradisional Engklek, sang anak akan diajarkan tentang karakter kerja keras sejak dini. 

Sang anak dididik untuk terus melewati tahapan permainan dari awal hingga akhir. Semakin banyak tahapan yang dilewati, semakin sulit bentuk gerakan Engklek yang harus dilakukan oleh anak, sehingga membantu anak untuk belajar bekerja keras dan pantang menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun