Mohon tunggu...
Winda Lutfiana
Winda Lutfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030064 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

individu yang gemar menyendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

UMKM Angkringan, Menggerakkan Ekonomi Lokal dan Melestarikan Budaya Jawa di Tengah Tantangan Modernisasi

15 Juni 2024   21:09 Diperbarui: 15 Juni 2024   21:33 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggerak Ekonomi Lokal: Angkringan umumnya menggunakan bahan baku lokal, sehingga turut menggerakkan ekonomi di sektor pertanian dan perikanan. Selain itu, keberadaan angkringan juga menarik banyak orang untuk datang dan berbelanja di sekitar lokasi angkringan.

Seperti UMKM lainnya, angkringan juga menghadapi berbagai tantangan dalam operasionalnya. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

  • Persaingan Ketat: Dengan banyaknya angkringan yang bermunculan, persaingan antar angkringan semakin ketat. Pemilik angkringan harus mampu menawarkan keunikan dan kualitas yang baik untuk menarik pelanggan.
  • Perubahan Gaya Hidup: Perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen, terutama di kalangan generasi muda, menuntut angkringan untuk terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tren yang ada.
  • Regulasi dan Perizinan: Terkadang, regulasi dan perizinan menjadi hambatan bagi pelaku usaha angkringan. Pemerintah perlu memberikan dukungan yang memadai agar UMKM seperti angkringan dapat terus berkembang.

Angkringan dikenal dengan menu makanan dan minumannya yang sederhana namun menggugah selera. Nasi Kucing: porsi kecil nasi yang dibungkus daun pisang atau kertas, biasanya disajikan dengan lauk sederhana seperti oseng tempe, teri, atau sambal. Sate usus, sate telur puyuh, dan Sate ati ampela atau sate-satean lainnya: aneka sate yang dipanggang dengan bumbu khas, menjadi favorit pelanggan. Gorengan: berbagai macam gorengan seperti tempe mendoan, bakwan, dan tahu isi. Aneka minuman hangat yang cocok dinikmati di malam hari seperti, wedang jahe, teh panas, jeruk panas, susu panas, dan lain sebagainya.

gambar milik pribadi
gambar milik pribadi

Makanan yang terdapat di angkringan tidak selalu dibuat sendiri oleh pemilik angkringan, akan tetapi biasanya juga ada yang mengambil dari orang lain. Sama halnya Angkringan Galmas ini, tidak semua menunya diproduksi sendiri, akan tetapi ada yang mengambil dari milik orang lain. "Yang produksi sendiri 70%, setoran dari luar 30%" ucap Sulistya.

Ciri khas angkringan lainnya adalah suasana santai dan harga yang sangat terjangkau. Hal ini membuat angkringan menjadi pilihan favorit bagi mereka yang ingin menikmati makanan enak tanpa menguras kantong.

Meskipun memiliki banyak tantangan, akan tetapi angkringan juga memiliki banyak manfaat. Terdapat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh UMKM angkringan, seperti:

  • Digitalisasi: Pemanfaatan teknologi dan platform digital dapat membantu angkringan dalam memasarkan produk dan menjangkau lebih banyak pelanggan. Contohnya, angkringan dapat bekerja sama dengan layanan pesan antar online atau memanfaatkan media sosial untuk promosi.
  • Inovasi Menu dan Konsep: Inovasi dalam menu dan konsep angkringan dapat menarik lebih banyak pelanggan. Misalnya, menawarkan varian makanan sehat atau mengadakan event tematik di angkringan.
  • Kerjasama dan Kemitraan: Kerjasama dengan berbagai pihak, seperti komunitas lokal, pemerintah, atau perusahaan swasta, dapat membantu angkringan dalam hal permodalan, pelatihan, dan promosi.

UMKM angkringan memiliki peran penting dalam melestarikan budaya, menyajikan kuliner khas, dan menggerakkan perekonomian lokal. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, angkringan memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan berkontribusi lebih banyak bagi masyarakat. Dengan dukungan yang tepat dari berbagai pihak, angkringan dapat terus menjadi salah satu ikon kuliner dan budaya Indonesia yang membanggakan.

UMKM angkringan memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melestarikan budaya, dan menyajikan solusi kuliner yang terjangkau bagi masyarakat. Berasal dari Yogyakarta dan Solo, angkringan telah berkembang dari tempat singgah sederhana menjadi pusat sosial yang dinikmati oleh berbagai kalangan. Menyajikan menu khas seperti nasi kucing, sate usus, gorengan, dan minuman hangat, angkringan menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan terjangkau.

Dari sisi ekonomi, angkringan berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan penggerakan ekonomi lokal melalui penggunaan bahan baku lokal. Meskipun menghadapi tantangan seperti persaingan ketat, perubahan gaya hidup, dan regulasi, angkringan memiliki banyak peluang untuk berkembang. Pemanfaatan teknologi digital, inovasi menu, dan kerjasama dengan berbagai pihak dapat membantu angkringan dalam meningkatkan daya saing dan keberlanjutannya.

Dengan demikian, angkringan tidak hanya menjadi bagian penting dari UMKM yang menggerakkan perekonomian lokal, tetapi juga sebagai penjaga tradisi dan budaya Indonesia yang harus terus didukung dan dikembangkan.

Angkringan bukan hanya sekedar tempat makan, tetapi juga ruang sosial yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat. Keberadaannya yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari menjadikan angkringan sebagai cerminan nyata dari semangat kebersamaan dan gotong royong yang merupakan inti dari budaya Indonesia. Oleh karena itu, menjaga dan mengembangkan UMKM angkringan adalah tugas bersama, demi keberlanjutan budaya dan perekonomian lokal.

gambar milik pribadi
gambar milik pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun