Mohon tunggu...
Winda Lutfiana
Winda Lutfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030064 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

individu yang gemar menyendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

UMKM Angkringan, Menggerakkan Ekonomi Lokal dan Melestarikan Budaya Jawa di Tengah Tantangan Modernisasi

15 Juni 2024   21:09 Diperbarui: 15 Juni 2024   21:33 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM berkontribusi sekitar 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja. Dengan peran signifikan ini, pengembangan dan pemberdayaan UMKM menjadi krusial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Salah satu bentuk UMKM yang khas dan memiliki nilai budaya tinggi adalah angkringan. Angkringan merupakan salah satu jenis usaha kuliner tradisional yang sangat populer, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Angkringan pertama kali muncul pada awal abad ke-20 di Yogyakarta. Kata "angkringan" berasal dari kata dalam bahasa Jawa "angkring" yang berarti duduk santai atau nongkrong. Nama ini mencerminkan fungsi utama dari tempat ini sebagai tempat berkumpul, bersantai, dan menikmati makanan sederhana bersama teman atau keluarga. Awalnya, angkringan dikenal sebagai "warung HIK" (Hidangan Istimewa Kampung) atau "wedangan" di Solo. Penjual angkringan menggunakan gerobak dorong yang dilengkapi dengan tungku kecil untuk memasak atau memanaskan makanan. Gerobak ini biasanya dilengkapi dengan terpal atau payung sebagai atap pelindung.

Salah satu angkringan yang rame di daerah Klaten, yaitu Angkringan "Galmas" atau biasa dikenal dengan sebutan "Angkringan Galmas kulon Bangjo Kaliworo" (Angkringan Galmas barat lampu merah Kaliworo). Angkringan ini merupakan milik Sulistya, salah satu warga Cawas, Klaten. Omset yang dihasilkan dari angkringan sangatlah lumayan.

"Dalam satu Minggu kurang lebih mendapatkan omset 3 juta, tetapi tidak menentu (naik turun) karena adanya kondisi pasar dan cuaca" ucap Sulistya saat itu.

Angkringan tidak hanya sekedar tempat makan, tetapi juga bagian dari budaya Jawa yang sarat dengan nilai-nilai sosial. Tradisi berkumpul dan bercengkerama di angkringan mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Di angkringan, tidak ada sekat antara orang dari latar belakang yang berbeda. Semua pelanggan duduk bersama, berbincang tentang berbagai hal, dari topik ringan hingga diskusi serius.

Melalui angkringan, generasi muda dapat belajar dan merasakan langsung kekayaan budaya lokal. Bagi para wisatawan, angkringan menawarkan pengalaman autentik yang tidak bisa ditemukan di restoran modern. Dengan demikian, angkringan berperan penting dalam melestarikan budaya dan tradisi Jawa di tengah arus modernisasi.

Usaha angkringan tidak selalu berjalan mulus. Disetiap usaha pasti pernah mengalami naik turunnya pendapatan. Sama halnya dengan UMKM angkringan Galmas ini. Saat terkena dampak proyek jalan, Angkringan Galmas sempat mengalami penurunan dalam penjualan yang derastis. Tidak hanya sampai disitu, ketika Covid-19, Angkringan Galmas juga sempat mengalami penjualan yang menurun.

"Penjualan menurun drastis terjadi pada tahun 2017 karena terkena dampak proyek jalan sehingga harus berhenti jualan selama 4 bulan. Selain itu, penjualan menurun drastis selama covid 19, karena harus berhenti berjualan dan setelah buka terkena adanya aturan berjualan maksimal jam 9 (pernah didatangi polisi karena melebihi jam 9)" ucap Sulistya, pemilik Angkringan Galmas.

Sebagai bagian dari UMKM, angkringan memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal. Beberapa kontribusi tersebut antara lain:

Penciptaan Lapangan Kerja: Angkringan membantu menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang, baik sebagai pemilik usaha, karyawan, maupun pemasok bahan baku.

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Dengan modal yang relatif kecil, banyak orang dapat memulai usaha angkringan. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun