Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Positif Action 5

18 Oktober 2021   17:24 Diperbarui: 20 Oktober 2021   07:13 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tebar Auramu

Semangattt pagiiiiiiii........,

mari kita lanjut, go....

Setelah kita berhasil merubah Mindset Negatif menjadi Mindset Positif dan konsisten melakukan tindakan positif serta mengabaikan kerikil yang jadi HaTeGeEr (Hambatan, Tantangan, Gangguan dan Rintangan), maka kini saatnya kita menyebarkan "AURA"  kebaikan yang ada pada diri kita.

Dalam berbagai literatur, Aura diartikan sebagai pancaran sinar atau energi gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan diri kita. Gelombang elektromagnetik Aura berhubungan dengan emosi, kesehatan fisik dan mental serta spiritual kerohanian seseorang.

Ciri-ciri kita mempunyai Aura Positif, jika :

  1. Hidup kita selalu bersemangat.

  2. Kita suka berkreasi.

  3. Kita selalu berempati kepada orang lain.

  4. Kita memiliki intuisi yang tajam.

  5. Kita mempunyai rasa sensitivitas atau kepekaan yang tinggi.

  6. Kita selalu ceria.

  7. Kita punya rasa Optimistis.

  8. Kita selalu ingat Bersyukur.

  9. Dan hal-hal kebaikan lain.

Seorang yang mempunyai Aura Positif akan disenangi banyak orang yang bertemu dan berhubungan dengan dirinya, baik langsung bertatapan (onside) maupun tidak langsung (online). 

Sejatinya semua orang punya sifat Positif dan Negatif karena itu fitrah manusia. Hanya saja kadang keseimbangan kedua sifat tersebut tidak terjaga dengan baik sehingga jika yang lebih dominan sifat negatifnya, maka yang terpancar adalah Aura Negatif (keburukan). Begitu juga sebaliknya jika sifat positif yang lebih dominan, maka gelombang elektromagnetik yang terpancar adalah Aura Positif (kebaikan) diri manusia.

Bagaimana caranya kita memupuk sifat positif agar Aura yang terbias kepermukaan diri juga Positif?

  1. Lakukanlah aktivitas yang bisa membunuh Aura Negatif, seperti : 

  • Berjemur di bawah sinar matahari.

  • Melihat pemandangan alam.

  • Melakukan olahraga.

  • Berendam air wangi bunga.

  • Berada diantara orang-orang yang berenergi positif.

  • Menyatu dengan alam dan aktivitas kebugaran lain.

  1. Lakukanlah peremajaan Aura Positif, seperti :

  • Relaksasi.

  • Terlentang di alam terbuka sambil memejamkan mata dan mendengarkan musik instrumental yang tenang.

  • Bagi yang Muslim/Muslimah, rutinkan untuk melantunkan atau Tadarus Al-Qur'an.

  • Bermuhasabah dan introspeksi diri dengan memperbanyak Zikir dan Do'a kepada Allah SWT.

  • Menghilangkan penyakit hati, seperti iri, dengki, hasut, prasangka buruk, fitnah, dendam kesumat dan penyakit hati lainnya.

  • Mema'afkan kesalahan diri sendiri dan orang lain.

Dari beberapa usaha yang bisa kita lakukan di atas, ternyata yang lebih berat dilaksanakan adalah melawan hawa nafsu sendiri untuk menghilangkan segala hal yang negatif, termasuk penyakit hati. 

Betapapun kuat  konsistensi kita melakukan kebaikan, jika masih belum kuat melawan hawa nafsu untuk membuang penyakit hati, maka akan sulit bagi kita memupuk Aura Positif.

Penyakit hati yang paling  berbahaya adalah iri-dengki. Kalau iri-dengki sudah bercokol dalam hati, apapun yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan selalu membuat diri kita resah, gelisah, tidak tenang, susah tidur, tidak selera makan, sedih, sakit hati bahkan bisa jadi depresi.

Semua akibat dari iri-dengki tadi akan menutupi Aura Positif dan tentu saja menimbulkan gelombang elektromagnetik yang Negatif. Gelombang elektromagnetik Negatif akan menarik hal-hal buruk pada diri sendiri dan alam sekeliling kita.

Cara mendeteksi apakah kita masih menyimpan penyakit hati adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :

  1. Apakah kita masih suka membandingkan rezeki kita dengan rezeki orang lain?

  2. Apakah kita senang menghitung dan meneliti darimana rezeki orang lain di dapat?

  3. Apakah kita Susah Melihat orang Senang dan Senang Melihat orang Susah?

  4. Apakah kita sudah  bersyukur dengan apa yang kita punya.

  5. Apakah kita selalu merasa kurang dalam financial.

  6. Apakah kita merasa sering pusing, stress atau galau menghadapi segala dinamika hidup?

  7. Apakah emosi kita suka meledak-ledak tanpa sebab?

  8. Apakah kebahagiaan orang lain membuat kita cemburu membabi-buta bahkan sampai ingin melakukan niat yang tidak baik pada orang lain?

  9. Dan pertanyaan lain yang membuat kita cemas.

Segala pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi pshikis, biasanya muaranya karena kita masih punya penyakit dalam hati.

Lalu apa hubungannya penyakit hati tersebut dengan Aura Positif? Sudah pasti sangat berkorelasi karena semua penyakit yang ada di hati kita otomatis akan berpengaruh langsung pada kondisi mental atau kejiwaan (pshikis) manusia. Seorang yang kondisi jiwanya tidak stabil tentu saja akan mengeluarkan Aura Negatif dan itu bisa terlihat kasat mata, seperti muka yang cemberut, senyum kecut, tatapan mata yang kosong, raut wajah muram (sedih) dan berbagai ekspresi suntuk (tidak enak dilihat) lainnya.

Nah......kalau kita sudah terdeteksi punya penyakit hati yang belum sembuh, jangan coba-coba tebar pesona karena Auranya tidak mendukung kita untuk menarik kebaikan buat diri sendiri dan alam sekitar.

Kasus dalam kehidupan kita yang sering dijumpai, misal contoh seorang "Pengajar" baik Formal (Guru atau Ustadz-Ustadzah dan Dosen) maupun yang Non Formal (Instruktur, Mentor atau para Trainer) yang tugasnya mendidik dan menularkan (transfer) ilmu kebaikan, maka idealnya orang tersebut harus dalam kondisi ber-Aura Positif sehingga terjamin kesehatan fisik-mental dan spiritual-kerohaniannya. Bagaimana mungkin seorang yang "labil" (tidak stabil) kondisinya bisa mengajarkan ilmu kebaikan. 

Sumber hakiki segala kebaikan adalah Sang Maha 'Aalim (Maha Pemilik Ilmu atau Maha Mengetahui). Seyogyanya kita yang ingin mendapatkan kebaikan dan berharap mampu untuk menularkan kebaikan tersebut, "MAU" berusaha memantaskan diri dengan petunjuk-Nya dan ikhlas mengikuti apa yang sudah ditetapkan-Nya.

Sejatinya semua kita punya hak yang sama untuk mendapatkan kebaikan dari-Nya, hanya saja diri kita sendiri yang membatasi hak tersebut. Kita selalu berdalih dan punya berbagai alasan untuk tidak serius memohon petunjuk kebaikan dari Sang Pemilik Kebaikan itu. Kebaikan akan berkonotasi pada hal-hal positif. Hal-hal positif akan memupuk jiwa yang positif.

Seorang yang berjiwa positif akan punya Aura Positif dan orang yang ber-Aura Positif akan mudah menularkan kebaikan pada orang lain dan alam sekitarnya. Kebaikan yang ditularkannya akan kembali pada dirinya.

Jika orang yang punya Aura Positif itu menularkan rasa bahagia, maka orang lainpun dapat merasakan bahagia itu dan akhirnya rasa bahagia itu akan kembali pada dirinya sehingga dia bertambah bahagia. Itulah hukum alam (Sunnattullah) yang sudah ditetapkan-Nya.

Pertanyaannya, apakah kita mau mendapatkan rasa bahagia yang berlimpah itu? 

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun