Meskipun demikian, Keraton Kasunanan Surakarta tidak sepenuhnya tertutup dari pengaruh modernitas bangsa Eropa, mengingat sejarah berdirinya keraton yang melibatkan Belanda dalam pembentukannya. Belanda berperan penting dalam pendirian Keraton Kasunanan Surakarta, karena Sunan Pakubuwono II sempat meminta bantuan kepada Belanda dengan imbalan tertentu. Dalam konteks ini, tindakan Belanda tersebut bertujuan untuk memperkuat eksistensi sosial mereka sebagai bangsa penguasa yang memiliki wilayah jajahan.
Penampakan simbolis bergaya Eropa di Keraton Kasunanan Surakarta tercermin pada ornamen lampu-lampu hias yang digantung di beberapa bagian khusus keraton. Lampu-lampu kristal tersebut memberikan kesan mewah dan berbeda dari pola hidup masyarakat Jawa pada saat itu, yang cenderung sederhana dan menggunakan obor berbahan bakar minyak tanah untuk menerangi aktivitas di malam hari.
Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, Keraton Kasunanan Surakarta mengalami masa keemasan, baik secara ragam maupun kuantitasnya. Sunan Pakubuwono X banyak melakukan pembangunan di berbagai bidang, termasuk arsitektur bangunan keraton.Â
Meskipun tetap mengusung arsitektur Jawa, pada masa ini terlihat pula adanya perjumpaan dengan arsitektur bergaya Eropa. Pengaruh gaya Eropa tersebut tampak pada beberapa elemen bangunan yang menunjukkan adanya perpaduan budaya dan selera estetika yang berkembang pada masa itu.
Bahkan, Sunan Pakubuwono X memiliki hubungan yang erat dengan para penyewa tanah Eropa yang tergabung dalam Solosche Landhuurder Vereeniging di Surakarta dan para komandan tentara di Benteng Vastenberg pada abad ke-19. Mereka memberikan kontribusi besar, menciptakan perasaan saling hormat, dan memperdalam hubungan dengan raja.Â
Hubungan tersebut tidak hanya memperkuat posisi politik dan ekonomi keraton, tetapi juga mempengaruhi perkembangan budaya dan arsitektur, sehingga memperkaya warisan sejarah Keraton Surakarta dengan sentuhan gaya Eropa yang eksotis.
Pentingnya hubungan tersebut tercermin dalam pembangunan Gapura Gladag di utara alun-alun Keraton Kasunanan Surakarta sebagai gerbang keraton. Gapura tersebut menjadi persembahan khusus dari komunitas Eropa untuk Sunan Pakubuwono X, melalui lomba desain yang diselenggarakan oleh orang-orang Eropa pada tahun 1930.Â
Sunan Pakubuwono X kemudian memilih desain Tuan Schenkenberg van Nierop dari Surabaya sebagai pilihan utama untuk pembangunan Gapura Gladag. Hal tersebut menunjukkan bagaimana interaksi dan kolaborasi antara komunitas Eropa dengan Keraton Kasunanan Surakarta menghasilkan kontribusi signifikan dalam arsitektur dan simbolisme keraton.
Estetika Gaya Eropa-Jawa di Keraton Kasunanan Surakarta
Nilai estetika dalam bangunan Keraton Kasunanan Surakarta tampak dari ragam keindahan yang ditampilkan secara khusus pada tata ruang setiap bangunan serta berbagai variasi yang terdapat pada berbagai elemen dari bangunan tersebut.