Bila kita cermati, paradigma rasialis terhadap etnis Tionghoa yang tertanam dalam benak penduduk pribumi tersebut, yang pada akhirnya memunculkan stereotipe dan sentimen dengan segala prasangka itu, terbentuk melalui memori kolektif dari dan sebagai warisan budaya kolonial, serta masa revolusi fisik di Indonesia.
Waktu mengalir, lautan perubahan pun berpadu mengubah wajah negeri ini yang tak lama lagi menuju 78 tahun kemerdekaannya. Namun, ada satu hal yang tetap abadi dalam jejaknya; kesenjangan ekonomi yang teguh berdiri dan tak tergoyahkan meski waktu terus berputar. Sungguh sebuah realita yang meratap, sekaligus menohok hati.
Referensi:
Hidayat, A. A. (2014). Kerusuhan Anti Cina di Kota Garut Tahun 1963. Universitas Indonesia.
Padiatra, A. M. (2015). Introduction To Malari: Dari Situasi, Aksi, Hingga Rusuh Pada Awal Orde Baru 1970 – 1974. Criksetra, 4(8), 103–119.
Pangestu, D. A., Kumalasari, D., & Aman. (2021). Anti-Chinese Incident in West Java in 1963. Paramita: Historical Studies Journal, 31(1), 93–103. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v31i1.23428
Rakhmaniar, E. N. (2021). Kerusuhan rasial anti-Tionghoa di Bandung 5 Agustus 1973. UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Sadikin, F. I. (2010). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter 1997: Suatu Pendekatan VAR. Universitas Indonesia.
Sjamsuddin, H. (2002). Rusuh di Bandung: Peristiwa 5 Agustus 1973 dalam Liputan Media Massa. HISTORIA:Jurnal Pendidikan Sejarah, 6(3).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H