Mohon tunggu...
Winda Aulia Rahmi
Winda Aulia Rahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Andalas

Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dalam Kepungan Plastik: Bagaimana Plastik Masih Menjadi Permasalahan Eksis di Era Saat Ini

1 April 2024   22:22 Diperbarui: 1 April 2024   22:32 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plastik, bahan serbaguna yang sebelumnya dianggap sebagai inovasi revolusioner, kini telah menjadi momok bagi keberlangsungan lingkungan kita. Meskipun kita telah mengetahui dampak negatifnya terhadap planet kita, plastik masih menjadi permasalahan eksis yang menuntut perhatian mendesak di era saat ini. 

Meskipun zaman telah berubah, masalah plastik tetap menjadi perhatian utama bagi lingkungan kita. Kita tidak dapat mengelak bahwa nyatanya sulit sekali untuk sama sekali tidak menggunakan produk industri satu ini. Di satu sisi, plastik sangat dibutuhkan bagi manusia, akan tetapi disisi lain ini menjadi momok menakutkan dikarenakan dampak yang ditimbulkannya akan berimbas terhadap keberlangsungan hidup bumi.

Alasan mengapa plastik masih eksis penggunaannya  dikarenakan plastik memiliki sifat yang unik dimana memiliki daya tahan yang luar biasa dan biaya produksi yang rendah, membuatnya menjadi bahan pilihan dalam berbagai  industri. Plastik telah menjadi nilai tambah yang ekonomis di berbagai sektor mulai dari dunia medis, industri peralatan rumah tangga, konstruksi dan lainnya. 

Dikarenakan multifungsi  inilah plastik sulit digantikan perannya dengan bahan lain yang ramah lingkungan. Namun, kekurangan dari penggunaan plastik ini tentu saja limbah plastik yang mencemari lingkungan contohnya saja pencemaran sampah plastik di lautan sebagai permasalahan yang membutuhkan perhatian masyarakat global serta sistem pengelolaan dan pengolahan sampah di Indonesia yang masih menyedihkan. 

Namun, jika plastik ini tidak didaur ulang , atau hanya dibakar dan disimpan di Tempat Pembuangan Akhir – maka sampah menjadi permasalahan utama bagi lingkungan .

Bahasan artikel ini ialah bagaimana sampah plastik terakumulasi di lautan. Dikutip dari data Our World in Data, dunia menghasilkan sampah plastik tiap harinya mencapai 350 juta ton per tahunnya. Dari keseluruhan akumulasi sampah plastik yang dihasilkan sekitar 80 juta sampah plastik tidak dikelola dengan baik dan berserakan dan sekitar 0,5 persen dari keseluruhan sampah plastik dunia berakhir di lautan. 

Tentunya akumulasi sampah plastik di lautan ini menjadi tidak hanya menjadi ancaman bagi ekosistem Laut tetapi juga kehidupan biota di dalamnya. Lalu, bagaimana sampah plastik ini dapat mencapai lautan? Jawabannya nya ialah, sekitar 70-80 persen sampah plastik yang berakhir di lautan ditransferkan dari imigrasi sampah plastik dari daratan melalui sungai atau garis pantai hingga akhirnya mencapai lautan. 

Dan sisanya berasal dari aktifitas manusia di laut seperti jaring , tali pancing dan lainnya. Indonesia merupakan peringkat kedua dengan negara tertinggi yang menyumbangkan sampah plastik ke lautan. Sekitar 1,29 juta sampah plastik  dan 10 miliar kantong plastik berakhir di lautan Indonesia.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang besar, memang menghadapi tantangan besar terkait masalah limbah plastik di laut. Sebagai negara peringkat kedua dengan produksi limbah plastik terbanyak yang masuk ke laut, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.

  •  Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan urbanisasi yang cepat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan konsumsi produk-produk plastik. Penggunaan plastik sekali pakai yang melimpah, seperti kantong plastik, botol minuman, dan bungkus makanan, menjadi umum di berbagai sektor
  • Kedua, kurangnya infrastruktur pengelolaan limbah yang memadai merupakan masalah serius di banyak wilayah di Indonesia. Sebagian besar daerah masih memiliki sistem pengelolaan sampah yang kurang efisien, termasuk kurangnya fasilitas daur ulang yang memadai dan kurangnya akses penduduk terhadap tempat pembuangan sampah yang aman.
  • Selain itu, kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah juga masih rendah di kalangan masyarakat Indonesia. Kurangnya pemahaman tentang bahaya limbah plastik bagi lingkungan dan kesehatan manusia menyebabkan perilaku pembuangan sampah yang sembarangan dan kurangnya partisipasi dalam program-program daur ulang dan pengurangan plastik.
  • Faktor lain yang berkontribusi adalah aktivitas industri yang berbasis plastik dan nelayan yang menggunakan peralatan plastik. Limbah plastik dari industri dan kegiatan nelayan dapat langsung masuk ke laut melalui sungai atau pembuangan langsung ke laut.

Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor ini menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan produksi limbah plastik terbesar kedua di laut. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif, termasuk peningkatan kesadaran masyarakat, perbaikan infrastruktur pengelolaan limbah, regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan plastik sekali pakai, dan promosi pengembangan alternatif ramah lingkungan untuk produk plastik.

Plastik yang terdegradasi menjadi mikroplastik jelas membahayakan kehidupan biota di dalamnya. Apabila mikroplastik ini tertelan oleh biota laut maka akan menyebabkan biota laut menjadi mati lemas secara perlahan . Selain itu tertelannya mikroplastik ini akan mengganggu siklus nutrisi, dan mempengaruhi reproduksi organisme laut. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekologis dan penurunan keanekaragaman hayati di lingkungan laut. Mikroplastik memiliki kemampuan untuk menyerap polutan kimia dari lingkungan sekitarnya. Apabila mikroplastik ini dimakan oleh biota laut dan hewan lainnya, polutan yang terkandung dalam mikroplastik dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh biota laut, meningkatkan risiko polusi kimia bagi makhluk hidup di lautan.

Selain itu partikel mikroplastik yang sangat kecil dapat masuk ke dalam pori-pori terumbu karang dan menghambat aliran air dan nutrisi ke dalam karang. Hal ini dapat mengganggu proses respirasi dan asupan nutrisi, menyebabkan terumbu karang perlahan mati. Mikroplastik dapat masuk ke dalam rantai makanan laut melalui organisme kecil seperti plankton yang mengonsumsinya. Ketika organisme ini dimakan oleh hewan yang lebih besar, mikroplastik dapat terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut. Hal ini mengganggu alur dan transfer energi dalam rantai makanan

Bahaya lain yang ditimbulkan dari peredaran limbah plastik di lautan ialah tentu menyebabkan air laut telah tercemar. Kemudian limbah plastik yang ada di lautan hingga bibir pantai akan menyebabkan kurangnya daya tarik wisatawan yang akan berdampak pada industri pariwisata dan perekonomian Indonesia. Selain itu , mikroplastik yang terurai masuk ke rantai makanan laut, kemudian dapat dikonsumsi oleh manusia melalui makanan laut, mengandung polutan kimia berbahaya, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan hormonal, reproduksi, dan kanker.

Kemudian apa solusi dari permasalahan ini? Berikut saya rangkum solusi serta tindakan nyata yang dapat dilakukan demi mengurangi peredaran limbah plastik terutama di lautan.

  •  Hal pertama tentunya ialah meningkatkan kesadaran masyarakat masing – masing tentang bahaya pencemaran plastik melalui pendidikan dan kampanye informasi berupa sosialisasi, termasuk melibatkan sekolah, organisasi masyarakat, dan media sosial untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya mengurangi penggunaan plastik dan membuang sampah dengan benar.
  •  Pemerintah mesti menetapkan regulasi yang jelas mengenai penggunaan plastik. Seperti larangan penggunaan kantong plastik di toko, supermarket, warung dan sebagainya. Dan mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan tas kantong belanja yang dapat digunakan berulang kali. Atau masyarakat harus membayar untuk kantong plastik saat berbelanja, dengan demikian tentu masyarakat akan menggunakan tas ketimbang kantong plastik yang harus mengeluarkan uang untuk penggunaannya.
  • Pemerintah harus menyediakan sistem pengelolaan limbah plastik yang layak. Alih-alih membuang semua jenis sampah di Tempat Pembuangan Akhir yang memakan tempat yang luas. Harus ada penyortiran terhadap sampah bergantung pada jenis- jenis sampahnya. Dengan demikian akan lebih muda untuk dikelola sesuai sifat- sifat atau karakteristik dari limbah tersebut.
  • Pemerintah mengembangkan, menyediakan dan  mendorong penggunaan inovasi teknologi dalam pengolahan limbah plastik, seperti teknologi daur ulang yang efisien dan teknologi pengurangan sampah plastik yang canggih, untuk mengurangi jumlah plastik yang masuk ke laut.
  •  Sosialisasi terhadap masyarakat bagaimana caranya mengelola dan mendaur ulang sampah di mulai dari rumah tangga. Dengan edukasi dan aksi berkelanjutan tersebut tentu akan memudahkan pengelolaan sampah saat di tahap akhir serta mengurangi limbah plastik dengan  konsep daur ulang 4R yang melibatkan Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), Recycle (daur ulang).


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun