Mohon tunggu...
Ni PutuWinda astuti
Ni PutuWinda astuti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Menari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ngaben Kremasi sebagai Opsi Simple Masyarakat Bali dalam Pelaksanaan Upacara Ngaben

7 Juli 2023   15:48 Diperbarui: 7 Juli 2023   16:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

NGABEN KREMASI SEBAGAI OPSI "SIMPLE" MASYARAKAT BALI DALAM PELAKSANAAN UPACARA NGABEN

Ni Putu Winda Astuti / 2214101031

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha

E-mail: winda.astuti@student.undiksha.ac.id

Abstrak

Dalam Agama Hindu, upacara agama sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Mulai dari kelahiran sampai kematian memiliki rentetan upacaranya sendiri. Seperti upacara ngaben, upacara ngaben adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat hindu dengan tujuan untuk melepaskan ikatan keduniawian dan mempercepat pengembalian roh atau unsur Panca Maha Butha kembali ke asalnya. Ngaben kremasi kini sudah menjadi alternatif di masyarakat, dimana sebelumnya masih menjadi pro kontra di masyarakat. Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif yang mencari analisis data sesuai dengan kenyataan di lapangan guna mengetahui efektivitas adanya crematorium bagi masyarakat Hindu, Bali. Terlepas adanya pro kontra tersebut, masyarakat masih tetap melaksanakan ngaben masal di desa atau banjar adatnya. Sebagian masyarakat yang memilih ngaben kremasi ini beralasan karena tidak ribet dan tetap sesuai dengan sastra Bali. Sehingga ngaben di crematorium menjadi alternative bagi masyarakat yang ingin melaksanakan upacara ngaben yang lebih sederhana tanpa harus repot mempersiapkan sarana upakara.

 

Kata kunci: Ngaben; Krematorium; Alternatif

Abstract

 In Hinduism, religious ceremonies have become part of people's daily lives. From birth to death has its own series of ceremonies. Like the ngaben ceremony, the ngaben ceremony is a ceremony performed by the Hindu community with the aim of untying worldliness and speeding up the return of the spirit or element of the Panca Maha Butha back to its origin. Cremation has now become an alternative in the community, where previously it was still a pro and con in the community. This article uses qualitative research that seeks data analysis in accordance with reality in the field to determine the effectiveness of the existence of crematorium for the Hindu, Balinese community. Despite these pros and cons, the community still carries out mass ngaben in their villages or traditional banjars. Some people who choose to do cremation are reasoned because it is not complicated and still in accordance with Balinese literature. So that ngaben in the crematorium becomes an alternative for people who want to carry out a simpler ngaben ceremony without having to bother preparing upakara facilities.

 

Keywords: Ngaben; Crematorium; Alternative

PENDAHULUAN

Kelahiran dan kematian memang dua yang tidak dapat dipisahkan. Adanya kelahiran tentu juga ada kematian, upacara yang digunakan juga akan berbeda tergantung kepada tingkatan yadnyanya. Selain upacara kelahiran yang dibuatkan banten, uacara kematian juga memiliki hal yang sama. Upacara Ngaben adalah upacara yang dilakukan oleh umat Hindu yang bertujuan untuk melepaskan ikatan keduniawian orang yang telah meninggal. Upacara ini dilakukan untuk mempercepat pengembalian roh atau unsur Panca Maha Butha kembali ke asalnya. Pada dasarnya ngaben ini dapat dilakukan oleh individu atau dilakukan secara massal. Ngaben yang dilakukan secara massal biasanya dilakukan berkisar tiga sampai lima tahun sekali, ini kembali lagi pada musyawarah masing-masing desa adat. Di era modern ini, ngaben ini telah digantikan dengan "Kremasi", ini dikarenakan dari pihak keluarga yang berangkutan memiliki kesibukan atau pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk bekerja fulltime, sehingga mereka memilih opsi ini untuk meringankan beban "Ayah" di banjar atau desa Adat untuk melangsungkan upacara ngaben secara massal. Sehingga kremasi menjadi jalan yang dipilih karena beberapa perhitungan. Artikel ini akan membahas bagaimana upacara ngaben yang mulai tergerus dengan zaman yang semakin sibuk sehingga masyarakat terutama generasi muda mencari opsi simple untuk meringankan beban dan upacara ngaben juga sesuai dengan adat dan tradisi Bali. Fenomena ngaben di krematorium ini sangat menarik untuk diulas lebih dalam dilihat dari perspektif masyarakat adat, serta kaiatnnya dengan berbagai tradisi yang ada di ada di masyarakat.

METODE

Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana penelitian ini mengarah pada analisis sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Sehingga saya selaku penulis mengambil data pada salah satu narasumber yang akan saya jadikan perbandingan pada topik pembahasan yang akan saya bahas. Melalui wawancara langsung ke lapangan dan pengumpulan data dari beberapa literatur diharapkan artikel ini bisa menambah informasi untuk orang banyak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap uparaca dalam Agama Hindu tentu tidak terlepas dari bagian gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempersiapkan segala sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melangsungkan upacara tertentu. Upacara ngaben, masyarakat Bali menganggap upacara ngaben sebagai upacara yang besar dan tentu membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit. 

Saat ini, Desa Adat telah banyak mencanangkan upacara ngaben massal untuk warga desanya. Ini merupakan salah satu cara untuk meringankan pihak keluarga yang memiliki kerabat atau saudara yang telah meninggal akan tetapi belum cukup persiapan dalam pendaan untuk melangsungkan upacara ngaben. 

Desa Adat melakukan sistem ngaben massal dimana jika ada warga desanya yang meninggal akan dikubur terlebih dahulu di setra (kuburan) Desa Adat setempat sampai dengan waktu pelaksaan ngaben ditentukan. Sehingga disini pihak keluarga mendapatkan waktu untuk mempersiapkan segala keperluan yang diperlukan dalam prosesi ngaben, seperti alat-alat banten, alat untuk proses pembakaran, serta dana untuk melaksanakan kegiatan. Ngaben massal di setiap Desa Adat berbeda-beda waktu pelaksanaannya, bisa setiap tiga atau lima tahun sekali sesuai dengan kesepatakan Desa Adat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat, terutama kalangan generasi muda saat ini lebih banyak memikirkan mengenai prosesi ngaben massal ini lebih "ribet", hal ini dikarenakan dari segi persiapan upacara ini bisa saja dilakukan dari tiga bulan sebelum dilaksanakannya upacara ngaben, bahkan ada yang sampai enam bulan sebelum upacara ngaben dilakukan. Hal ini mulai dipikirkan oleh masyarakat, terutama yang bekerja kantoran, dan kerja yang mengharuskan mereka bekerja fulltime dalam membagi waktu mereka. Mereka akan memikirkan kewajiban mereka di Desa Adat untuk selalu hadir dalam setiap rangkaian persiapan sehingga ha lini membuat mereka sering mengajukan cuti (libur) kepada kantor atau perusahaan tempat mereka bekerja. Sehingga dari ha lini timbul pemikiran untuk melaksanakan ngaben secara individu melalui ngaben kremasi. 

Ngaben kremasi adalah upacara ngaben yang dilaksanakan oleh satu keluarga dimana keluarga yang telah meninggal tidak dikuburkan di kuburan Desa Adatnya, melainkan langsung di Aben di tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Upacara ini biasanya dilakukan karena dari pihak keluarga atau dari almarhum sendiri yang meminta agar jenasahnya langsung diaben ketika ia telah tiada. Salah satu tempat kremasi di Bali yakni Krematorium yang terletak di Denpasar Utara. Adanya crematorium ini sangat membantu masyarakat yang ingin melaksanakan upacara ngaben dan mendapatkan keringanan biaya. 

Adanya crematorium kini menjadi pilihan alternative selain dengan persiapan untuk upakara yang disiapkan langsung disana, tetapi juga dari segi biaya yang terjangkau disesuaikan dengan dana yang kita anggarkan. Disini terdapat beberapa tingkatan yadnya yang dapat menjadi pilihan sesuai dengan dana yang dianggarkan. Akan tetapi, dari tingkatan yang berbeda ini, dari kelengkapan dan prasarana upakara tidak ada yang begitu membedakan. 

Dengan adanya crematorium ini, pihak keluarga hanya perlu memikirkan uang yang akan dikeluarkan tanpa memikirkan kita harus melakukan persiapan untuk proses upacaranya, sehingga ngaben kremasi menjadi pilihan alternative sekarang ini. Karena dengan alternative ini sangat berpengaruh terhadap pengeluaran dari pihak keluarga, karena mereka hanya perlu menyediakan prasmanan untuk pihak keluarga besar atau keluarga terdekat saja, lain halnya dengan pelaksanaan ngaben massal, pihak keluarga akan disibukan dengan kegiatan "ayah" yang harus dilakukan di desa atau banjar adat, sehingga ini lebih banyak mengeluarkan waktu, dan pihak keluarga juga harus menyediakn prasmanan di rumah mereka untuk menyambut tamu atau warga desa yang datang untuk berkunjung. Hal ini membuat banyak yang memilih alternatif lain tetapi upacara yadnya tetap terlaksana. Akan tetapi, upacara ngaben massal tetap ada terlepas dari banyaknya cara alternatif lain.

KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan untuk melaksanakan ngaben secara massal ataupun itu individu, itu kembali ke pihak keluarga agar mencari titik nyamannya. Karena dari keduanya terdapat kelebihan dan kekurangannya masing. Sehingga segala keputusan akan dikembalikan kepada pihak keluarga untuk menentukannya. Karena dari segi biaya, upacara apa yang tidak membutuhkan biaya, disini keikhlasan dari masyarakat dalam melaksanakan upacara itu sangat diperlukan. Karena apapun yang dilakukan pasti akan mendapatkan balasan yang sepadan dengan apa yang telah dikeluarkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pitana, I. G. (2020). Modernisasi dan Transformasi Kembali ke Tradisi: Fenomena Ngaben di Krematorium bagi Masyarakat Hindu di Bali. Jurnal Kajian Bali, 364-370.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun