Mohon tunggu...
Ni PutuWinda astuti
Ni PutuWinda astuti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Menari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ngaben Kremasi sebagai Opsi Simple Masyarakat Bali dalam Pelaksanaan Upacara Ngaben

7 Juli 2023   15:48 Diperbarui: 7 Juli 2023   16:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap uparaca dalam Agama Hindu tentu tidak terlepas dari bagian gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempersiapkan segala sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melangsungkan upacara tertentu. Upacara ngaben, masyarakat Bali menganggap upacara ngaben sebagai upacara yang besar dan tentu membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit. 

Saat ini, Desa Adat telah banyak mencanangkan upacara ngaben massal untuk warga desanya. Ini merupakan salah satu cara untuk meringankan pihak keluarga yang memiliki kerabat atau saudara yang telah meninggal akan tetapi belum cukup persiapan dalam pendaan untuk melangsungkan upacara ngaben. 

Desa Adat melakukan sistem ngaben massal dimana jika ada warga desanya yang meninggal akan dikubur terlebih dahulu di setra (kuburan) Desa Adat setempat sampai dengan waktu pelaksaan ngaben ditentukan. Sehingga disini pihak keluarga mendapatkan waktu untuk mempersiapkan segala keperluan yang diperlukan dalam prosesi ngaben, seperti alat-alat banten, alat untuk proses pembakaran, serta dana untuk melaksanakan kegiatan. Ngaben massal di setiap Desa Adat berbeda-beda waktu pelaksanaannya, bisa setiap tiga atau lima tahun sekali sesuai dengan kesepatakan Desa Adat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat, terutama kalangan generasi muda saat ini lebih banyak memikirkan mengenai prosesi ngaben massal ini lebih "ribet", hal ini dikarenakan dari segi persiapan upacara ini bisa saja dilakukan dari tiga bulan sebelum dilaksanakannya upacara ngaben, bahkan ada yang sampai enam bulan sebelum upacara ngaben dilakukan. Hal ini mulai dipikirkan oleh masyarakat, terutama yang bekerja kantoran, dan kerja yang mengharuskan mereka bekerja fulltime dalam membagi waktu mereka. Mereka akan memikirkan kewajiban mereka di Desa Adat untuk selalu hadir dalam setiap rangkaian persiapan sehingga ha lini membuat mereka sering mengajukan cuti (libur) kepada kantor atau perusahaan tempat mereka bekerja. Sehingga dari ha lini timbul pemikiran untuk melaksanakan ngaben secara individu melalui ngaben kremasi. 

Ngaben kremasi adalah upacara ngaben yang dilaksanakan oleh satu keluarga dimana keluarga yang telah meninggal tidak dikuburkan di kuburan Desa Adatnya, melainkan langsung di Aben di tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Upacara ini biasanya dilakukan karena dari pihak keluarga atau dari almarhum sendiri yang meminta agar jenasahnya langsung diaben ketika ia telah tiada. Salah satu tempat kremasi di Bali yakni Krematorium yang terletak di Denpasar Utara. Adanya crematorium ini sangat membantu masyarakat yang ingin melaksanakan upacara ngaben dan mendapatkan keringanan biaya. 

Adanya crematorium kini menjadi pilihan alternative selain dengan persiapan untuk upakara yang disiapkan langsung disana, tetapi juga dari segi biaya yang terjangkau disesuaikan dengan dana yang kita anggarkan. Disini terdapat beberapa tingkatan yadnya yang dapat menjadi pilihan sesuai dengan dana yang dianggarkan. Akan tetapi, dari tingkatan yang berbeda ini, dari kelengkapan dan prasarana upakara tidak ada yang begitu membedakan. 

Dengan adanya crematorium ini, pihak keluarga hanya perlu memikirkan uang yang akan dikeluarkan tanpa memikirkan kita harus melakukan persiapan untuk proses upacaranya, sehingga ngaben kremasi menjadi pilihan alternative sekarang ini. Karena dengan alternative ini sangat berpengaruh terhadap pengeluaran dari pihak keluarga, karena mereka hanya perlu menyediakan prasmanan untuk pihak keluarga besar atau keluarga terdekat saja, lain halnya dengan pelaksanaan ngaben massal, pihak keluarga akan disibukan dengan kegiatan "ayah" yang harus dilakukan di desa atau banjar adat, sehingga ini lebih banyak mengeluarkan waktu, dan pihak keluarga juga harus menyediakn prasmanan di rumah mereka untuk menyambut tamu atau warga desa yang datang untuk berkunjung. Hal ini membuat banyak yang memilih alternatif lain tetapi upacara yadnya tetap terlaksana. Akan tetapi, upacara ngaben massal tetap ada terlepas dari banyaknya cara alternatif lain.

KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan untuk melaksanakan ngaben secara massal ataupun itu individu, itu kembali ke pihak keluarga agar mencari titik nyamannya. Karena dari keduanya terdapat kelebihan dan kekurangannya masing. Sehingga segala keputusan akan dikembalikan kepada pihak keluarga untuk menentukannya. Karena dari segi biaya, upacara apa yang tidak membutuhkan biaya, disini keikhlasan dari masyarakat dalam melaksanakan upacara itu sangat diperlukan. Karena apapun yang dilakukan pasti akan mendapatkan balasan yang sepadan dengan apa yang telah dikeluarkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pitana, I. G. (2020). Modernisasi dan Transformasi Kembali ke Tradisi: Fenomena Ngaben di Krematorium bagi Masyarakat Hindu di Bali. Jurnal Kajian Bali, 364-370.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun