Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengambil Keputusan Perlu Tahapan Pemikiran

10 Mei 2022   08:25 Diperbarui: 10 Mei 2022   08:30 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengambilan keputusan bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran sejalan dengan sistem among yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara yakni dengan menerapkan prinsip asah, asih, dan asuh yang mengutamakan kepentingan yang berpihak pada murid. Lebih rincinya dalam Pratap Triloka dijelaskan bahwa:

(1)Ing Ngarsa sung Tuladha bermakna bahwa seorang guru menjadi teladan bagi muridnya.
(2)Ing Madya Mangun Karsa bermakna bahwa seorang guru menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya, dan
(3)Tut Wuri Handayani bermakna bahwa seorang guru merupakan motor penggerak yang memotivasi serta mendorong murid untuk terus berkembang sesuai potensinya.

Dalam Pratap Triloka tersebut disebutkan bahwa seorang guru haruslah mampu menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya. Disamping itu, saat mengambil keputusan, guru tetap harus mampu menjadi teladan dan memberikan dorongan kepada murid. 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki visi untuk selalu berpihak pada murid, guru dihadapkan pada banyak persoalan yang mengandung dilema etika ataupun bujukan moral. Agar dapat menerapkan Pratap Triloka diatas, seorang guru harus mengetahui dan memahami konsep pengambilan keputusan itu sendiri.

Konsep pengambilan keputusan ini juga berkaitan erat dengan peran guru sebagai seorang coach yang mampu melakukan kegiatan coaching baik bagi murid, guru, dan warga sekolah lainnya. Coaching skill dapat melatih kemampuan komunikasi asertif yang memiliki dampak besar bagi guru dalam melakukan langkah-langkah pengambilan keputusan yang akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.  

Dalam hal ini, konsep pengambilan keputusan melibatkan 4 paradigma yang menjadi landasan awal. Paradigma pertama dikenal dengan individu lawan masyarakat (individual vs community), yang melibatkan pertentangan kepentingan individu melawan kelompok kecil ataupun besar dimana individu tersebut juga masuk didalamnya. 

Selanjutnya, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Paradigma ini melibatkan dilema antara taat terhadap aturan tertulis maupun tidak tertulis dengan melakukan pengecualian karena alasan kemanusiaan, kasih sayang terhadap manusia lain karena alasan yang dikemukakan memang layak diterima.

Paradigma ketiga ialah kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Nilai-nilai jujur dan setia kadang bisa saja saling bertentangan. Ada masanya kita dihadapkan pada situasi untuk membuat pilihan antara jujur atau setia terhadap aturan atau atasan (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. 

Pertanyaannya apakah kita akan jujur menyampaikan informasi sesuai fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat. Terakhir ialah paradigma jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term). Paradigma ini menjelaskan keadaan untuk memilih antara mana yang dianggap terbaik untuk saat ini atau  masa yang akan datang.

Selanjutnya pengambilan keputusan mengikuti 3 prinsip dasar yakni (Berfikir berbasis hasil Akhir (Ends--Based Thinking), Berfikir berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berfikir Berbasis Rasa Peduli (Cares-Based Thinking). Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) maksudnya pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip mengutamakan kebaikan untuk banyak orang. Mengikuti aliran ulitarianism, yakni mengerjakan sesuatu yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk banyak orang. 

Lalu, berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Prinsip ini mengutamakan peraturan yang telah ditetapkan sebagai hal yang paling penting. Prinsip ini mengikuti filsafat deontologi dari bahasa yunani "deon" yang berarti tugas atau kewajiban. Terakhir berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) yang mengutamakan rasa peduli dan kasihan sebagai landasan dalam menyimpulkan sebuah keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun