Pemikiran Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yang selaras dengan alam dan masyarakat. Pemikiran tersebut menggarisbawahi budi pekerti sebagai fokus utama yang ingin dikembangkan oleh sebuah proses pendidikan. Hal ini tentu saja sejalan dengan pemerintah yang telah menggaungkan pengembangan karakter sebagai bagian yang harus mendapat perhatian dalam proses kegiatan belajar di sekolah.
Pembentukan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan cara membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif ini sendiri merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai dan keyakinan yang disepakati dan diterapkan oleh warga sekolah. Budaya positif sangatlah penting di kembangkan di sekolah. Sekolah sebagai wadah pencapaian tujuan pendidikan haruslah menyediakan lingkungan yang mendukung agar setiap warganya dapat membangun karakter positif dan mengembangkan potensi akademik dan non akademik dengan optimal. Untuk itu diperlukan kondisi sekolah yang aman dan nyaman tempat dimana budaya positif dapat tercipta. Budaya positif yang dicerminkan dari perilaku warga sekolah setiap harinya merupakan hasil dari pembiasaan akan keyakinan yang disepakati bersama.
Melihat kondisi tersebut dikembangkanlah kegiatan pembiasaan baik lewat keyakinan kelas yang bertujuan untuk:
*Menciptakan budaya positif di sekolah sebagai implementasi mengikuti program Guru Penggerak.
*Mewujudkan peserta didik yang memiliki karakter profil pancasila.
*Berkolaborasi dengan tripusat pendidikan yang ada di sekolah (sekolah, orangtua, masyarakat).
Tentu saja pengenalan serta implementasi teori menuju praktik mengenai budaya positif ini tidak dapat dilakukan tanpa dukungan berbagai pihak, yang meliputi:
*Kepala sekolah dalam memberikan izin dan dukungan progran aksi nyata budaya positif.
*Guru sebagai tim kolaborasi dalam mendukung dan menciptakan keyaninan kelas bersama siswanya.
*Peserta didik sebagai sasaran program aksi nyata budaya positif.
*Orang tua sebagai pendukung implementasi keyakinan kelas dalam mewujudkan budaya positif di sekolah.
Dalam upaya mencapai tujuan menciptakan budaya positif sekolah, tindakan yang dilakukan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan linimasa berikut:
1. Berkoordinasi dengan kepala sekolah sehubungan dengan aksi nyata yang akan dilakukan Guru Penggerak tentang budaya positif dan sosialisasi bersama rekan guru.
2. Melakukan sosialisasi sekaligus langsung membuat keyakinan kelas di kelas percontohan yakni X4.
3. Melakukan Sosialisasi kepada wali kelas dan guru-guru mata pelajaran mengenai budaya positif dan keyakinan kelas.
4. Berkolaborasi dengan para walikelas dalam perumusan keyakinan kelas.
Kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tolak ukur keberhasilan yang diingkan yakni:
*Pemahaman warga sekolah mengenai budaya positif.
*Terbentuknya keyakinan kelas X di sekolah.
*Terwujudnya budaya positif di sekolah.
Namun, tentu saja budaya positif yang telah terbentuk harus terus diupayakan karena sejatinya keyakinan kelas yang telah disepakati dapat menjadi budaya positif jika setiap warga sekolah menjalankannya dengan baik.
Aksi Nyata Budaya Positif di Sekolah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H