Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Guru dan Riset: Belajar dari University of Birmingham School

22 Maret 2017   05:37 Diperbarui: 22 Maret 2017   16:00 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

University of Birmingham adalah satu dari dua kampus besar di UK yang punya sekolah sendiri. Masih tergolong baru, sekolah setingkat Secondary School ini dibuka pada tahun 2015. Kalau tidak salah ingat, satu lagi kampus yang punya sekolah adalah Cambridge dengan tingkat Primary School. Meski sudah pernah mendengar nama sekolah ini dan sudah beberapa kali observasi sekolah-sekolah di Birmingham, saya belum pernah ke UoB School. 

Hari ini, setelah mendaftar di salah satu Rush Hour Research yang bertema: 'Emotions, Aggression and Antisocial Behaviour’ -  yang disampaikan salah seorang doktor dari School of Psychology yakni Dr Jack Rogers, saya baru sadar bahwa lokasi acara terletak di UoB School. Berharap tempatnya dekat, saya mulai mencari di gmaps andalan dan menemukan fakta bahwa sekolah tersebut ternyata cukup jauh, lumayan 40 menit jalan kaki. Sambil menerka-nerka dimana, saya memutuskan jalan menempuh hujan salju (yang tiba-tiba muncul lagi di musim hampir semi ini). Toh naik bus juga harus jalan dulu.

Timing yang pas karena sesampai di depan gedung sekolah, hp pun mati karena lupa di cas. Sembari memperhatikan ramainya anak-anak yang berhamburan keluar karena sudah saatnya pulang, saya menuju resepsionis. Sambil tersenyum ramah, sang resepsionis menanyakan ID dan memberikan kalung visitor seperti sekolah-sekolah lainnya. Saya datang dengan bawaan segunung buku di dalam ransel yang membuat jalan tertatih karena langsung berangkat dari perpus. Sempat merasa malu pasalnya saya lupa kalau di sekolah di sini guru-guru selalu berpakaian super rapi ala pengusaha muda. Lah saya sudah gotong ransel besar dengan tas tangan penuh buku tanpa baju formal, untung berjilbab jadi tidak kentara saya memakai blouse seadanya.

Saya menuju refreshment yang disajikan dengan malu (karena merasa saltum) di tengah bapak-bapak ber-jas dan ibu-ibu dengan kostum tidak kalah resmi. Namun sambutan salah satu guru yang menanyakan saya dari mana berhasil membuat percaya diri kembali. Setelah mengambil secangkir English tea dan sebuah cupcake coklat saya menemukan seorang teman ngobrol di pojokan yang juga mahasiswa UoB. Oh ya, yang datang selain guru-guru UoB School, juga ada guru dari sekolah lain, saya satu-satunya yang berwajah Asia. Sempat kaget karena biasanya ada banyak, mungkin kali ini yang lain sedang fokus ke tugas. 

Mengobrol bersama calon guru yang mengambil jurusan early years education sangatlah menyenangkan. Dia yang berasal dari London pun segera jatuh cinta dengan Birmingham yang merupakan kota besar tapi tidak seramai London. Kami kemudian menuju School Hall. Setelah sambutan singkat dari kepala sekolah yang bilang welcome, singkat dan padat (tidak pakai sederet sambutan panjang) moderator langsung mengundang pembicara. Tema yang diangkat seperti yang saya tuliskan diatas, sangatlah menarik. Tentang perilaku menyimpang anak baik itu yang offensive maupun defensive. 

Yang membuat saya terpesona adalah rush hour research ini diadakan rutin, sebenarnya lebih untuk internal guru namun kadang-kadang mengundang kalangan lain yang tertarik. Karena ini adalah sekolah yang terintegari dengan kampus, maka guru-guru selalu mendapatkan ilmu tentang riset terbaru dari para ahli dibidangnya. Ah ya, soal riset ini, di sekolah lainnya guru-guru juga pernah menyinggung bahwa mereka tetap melakukan riset dalam menyelesaikan masalah di sekolah. Saya cemburu, karena di sekolah saya, persoalan riset memang benar-benar masih sangat baru dan sulit. Misi pemerintah untuk mendorong guru menulis nampaknya masih butuh usaha dan kerja sama yang super maksimal. Riset dan guru kadang masih dilihat sebagai dua hal yang terpisah jauh. Dan lagi, persoalan tulis menulis ini menjadi rumit karena kurangnya akses ke buku-buku dan riset terbaru hingga kebanyakan tulisan (PTK umumnya) masih mengangkat tema-tema serupa. 

*Mengingatkan diri sendiri untuk tetap konsisten riset dan menuangkan ide setelah pulang nanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun