Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Memburu Old Trafford di Manchester

21 Desember 2016   10:08 Diperbarui: 21 Desember 2016   14:16 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu cara untuk bisa jalan-jalan di kota-kota seputaran Inggris dengan aman dan murah adalah dengan mengikuti Day Trip yang dirancang oleh kampus. Day Trip ini biasanya diprakarsai oleh Birmingham International Academy yang khusus mengolah segala sesuatu berhubungan dengan mahasiswa internasional terutama yang menyangkut dengan bahasa mereka.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Jadi Day Trip merupakan salah satu program yang diharapkan mampu mendongkrak bahasa Inggris mahasiswa dari negara di luar Inggris. Sebenarnya ada banyak Day Trip yang diselenggarakan pihak ketiga, saya pernah mengikuti salah satunya tetapi lebih mahal dan tidak serapi jika diolah oleh kampus, terutama tempat bertemu yang sangat dekat serta pulang diantar ke titik terdekat dengan tempat tinggal.

Trip pertama yang saya ikuti dalam program ini adalah perjalanan menuju Manchester. Beriringan dengan Birmingham, Manchester juga merupakan kota terbesar di Inggris setelah London. Memiliki bangunan-bangunan modern, Manchester sebenarnya adalah surga bagi para penggila bola. Sedangkan saya yang memiliki pengetahuan sangat minim tentang bola datang kemari hanya demi sebuah bangunan bernama Old Trafford. 

Tujuan kesana juga bukan dilandasi kepentingan pribadi, melainkan membawa misi mulia atas nama anak-anak bangsa yang menantikan saya berada dekat dengan klub kesayangan mereka. Aha di balik semua misi tersebut, ada sederetan nama murid, adik, teman, kerabat yang ingin saya menginjakkan kaki lalu menyebut nama-nama mereka hingga mereka bisa berada di sini. Misi yang aneh sekaligus penuh perjuangan jika menyangkut sesuatu yang saya tidak paham.

Berangkat dari kampus jam 8.30 tepat waktu, kami tiba di kota besar dan ramai ini sekitar pukul 11. Saya berangkat bersama dengan segerombolan teman berasal dari Jepang. Berawal dari menjelajahi Christmast German Market, yakni sebuah pasar dadakan menjelang Chrismast yang berada ditengah-tengah kota. 

Oh ya, market ini sangat populer di Inggris raya meski label pasarnya adalah German. Menurut pengamatan saya, pasar ini diadopsi dari apa yang ada di German untuk kemudian dilestarikan oleh orang-orang sini. Sebenarnya pasarnya mirip pasar malam di Indonesia kurang lebih. Jadi setiap kota di Inggris akan menggelar lapak-lapak, semacam rumah-rumah dari kayu, dan menjual beragam pernak pernik, berbagai jenis coklat, dan perlengkapan musim dingin tentu saja. Dan pasar yang ada di Birmingham adalah yang terbesar terbukti dengan lengkapnya wahana yang ada disana. Ah, saya harus menceritakannya dalam episode yang berbeda.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setelah kedinginan di pasar terbuka dan saya yang salah memakai kostum, yakni memilih coat yang tidak terlalu tebal, well saya selalu lupa mengecek cuaca. Dengan asumsi bahwa Birmingham cerah maka saya dengan pede hanya memakai sweater dan coat berbahan tipis. Saya dan Naomi tanpa sengaja terpisah dari rombongan lainnya. 

Setelah mencari-cari namun tidak ketemu, kami akhirnya memutuskan mengeksplorasi kota ini berdua saja. Berbekal google, kami mencari spot-spot menarik yang bisa dikunjungi dari yang paling dekat hingga terjauh. Tujuan pertama jatuh ke National Football Museum. See, tempat ini adalah gedung bertingkat dengan segala hal tentang bola dari zaman dahulu kala hingga sekarang. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ada sejarah bola pertama kali hingga bentuknya yang sekarang, kisah-kisah menarik piala dunia, kostum-kostum bola dari berbagai klub ternama, foto-foto pemain terkenal, serta beragam permainan interaktif juga video-video tentang bola ada disini. Penyuka bola atau yang akan menulis riset tentang bola akan betah berlama-lama disini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kemudian, kami memutuskan untuk singgah makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju tempat menarik lainnya. Setelah hompimpa tentang apa yang harus dimakan, pilihan makanan jatuh kepada restoran Jepang yang banyak dibuka disini. Saya kadang berpikir alangkah indahnya jika ada banyak pilihan makanan nusantara yang lezat-lezat itu. Hampir setiap kali harus makan diluar, maka kemungkinan pilihan selalu jatuh ke resto Asia terdekat, entahkah itu Jepang, Vietnam, Thailand atau Cina yang bertebaran di mana-mana. 

Tentu saja dengan pilihan makanan berlogo V alias Vegetarian jika tidak ada lambang halal di depan resto. FYI, di kota-kota di Inggris sudah banyak resto yang memberikan lambang resmi (halal) meski tidak selalu mudah ditemukan di kota tertentu. 

Meski teman-teman saya yang dari Jepang selalu mengatakan bahwa makanan Jepang disini itu sudah terlalu banyak modifikasi hingga rasanya sudah tidak terlalu Jepang. Mungkin maksudnya tidak berapa gurih, tapi setidaknya menurut saya masih jauh lebih baik daripada harus makan roti isi hambar dan kadang juga mahal.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setelah itu, kami menuju sebuah perpustakaan yang di Google terlihat sangat amat menawan, namanya The John Rylands Library. Perpustakaan yang menyimpan koleksi buku-buku sangat tua dan antik. Setelah kesana, beruntunglah kami bahwa tempat tersebut dibuka untuk umum dan for free hingga kami bisa sempat melihat semua bagian gedung dan buku. Perpustakaan ini ramai dikunjungi pengunjung meski ada juga bagian yang terlarang bagi pengunjung yang tidak berniat membaca. 

Hingga akhirnya kami memutuskan segera menuntaskan misi menuju Old Trafford. Pada awalnya kami begitu yakin bahwa tempat tersebut dekat karena Gmap menunjukkan estimasi waktu 30 menit baik itu berjalan maupun menggunakan publik transportasi. Ternyata kami salah karena tidak menghitung bahwa kami bisa saja nyasar atau salah jalan hingga perjalanan kesana kurang lebih mencapai satu jam dari pusat kota dengan menggunakan tram. 

Sejauh yang kami lihat publik transportasi yang bisa dipilih adalah tram berwarna kuning yang berseliweran ditengah kota. Akhirnya setalah membeli tiket seharga 3.30 pound return, dengan semangat tinggi Old Trafford seperti sudah digenggaman. Ternyata, lagi lagi, pemberhentian tram terakhir cukup jauh dari stadion populer dengan klub berwarna merah membara tersebut. Setengah ngos-ngosan, Naomi baru menyadari bahwa kami salah jalan, what? Gmap yang jadi andalah ternyata dibaca salah oleh yang memegangnya, tapi insiden nyasar ini malah membawa kami pada sebuah bangunan yang mengingatkan bahwa saya belum sholat. 

Dengan meminta ijin Naomi biar mau digeret ke masjid, saya singgah ke Manchester Central Mosque dan sempat mengikuti asar berjamaah. Setelahnya kami melanjutkan perjalanan mencari dimana Old Trafford berada sambil sesekali Naomi bertanya tentang beberapa hal terkait ibadah orang muslim yang sempat ia saksikan sebelumnya. 

Setelah berputar-putar, akhirnya sang pujaan hati pun terlihat, menyapa ramah dari kejauhan. Jadilah kami jeprat jepret didepan stadion dan sempat masuk ke toko merchandise yang sangat luas, penuh dengan barang-barang berwarna merah berlogo MU. Oh ya, beberapa teman saya sempat mengikuti tur kedalam stadion yang harus direservasi sejak lama.

Setelah puas, kami baru sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 4 yang berarti masih ada satu jam untuk segera mengejar tempat parkir bus biar tidak ketinggalan. Di sini tidak ada namanya toleransi jika menyangkut waktu. Sebelumnya pihak penyelenggara sudah mewanti-wanti agar kami berkumpul 5 tepat atau ditinggal. 

Gosh, banyangan jauhnya perjalanan menuju titik pertemuan menghantui kami berdua. Sambil berlari-lari dan berhitung bahwa waktu yang kami habiskan menuju kemari hampir sejam membuat makin frustasi. Ditambah pula jam 4 memasuki musim dingin berarti langit kian gelap, dingin makin mencekik. Kami terus berlari menuju stasiun tram sambil sesekali Naomi berkata jika memang kita ketinggalan, kita naik kereta saja pulang. 

Ahhh, menyebalkan sekali, situasi makin kacau saat masuk tram, handphone saya dan Naomi habis hingga kami kehilangan Gmap sebagai andalan. Kami sama-sama tidak mengingat jalur dari stasiun awal ke tempat parkir bus karena sudah berkeliling sana sini. Jadilah akhirnya mengandalkan insting yang juga mulai tidak karuan karena dingin, kami bertanya kesana kemari. Parahnya beberapa bule yang kami tanya juga tidak tahu dimana tempat yang kami maksudkan karena pelataran gedung tersebut tidak begitu populer. 

Akhirnya kami menemukan dua orang polisi ditengah keramaian, saya berinisiatif menanyakan dimana National Football Museum karena menurut saya dari situ akan lebih mudah mengingat jalan. Setelah bertanya, sang polisi pun malah bilang, "sorry, it's already closed." Ya iyalah udah hampir jam 6, mana ada museum buka. Kemudian saya menjelaskan situasi kami yang mendesak, sang polisi pun terlihat khawatir sambil menunjukkan jalan yang ternyata sangat jauh. 

Setelah berterima kasih, kami lagi-lagi berlari, sempat beberapa kali ragu di persimpangan karena semua nampak mirip, kami akhirnya menemukan beberapa teman yang juga dari bus yang sama. Hingga tersisa lima belas menit, Naomi pun mengajak saya minum kopi dan bersulang dengan tertawa lelah tentang betapa gilanya perjalanan hari ini. Dibandingkan memiliki tour dengan guidance, sepertinya pengalaman ini tidak akan pernah bisa saya lupakan mengingat sepanjang jalan pulang saya tak sadarkan diri karena kelelahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun