Mohon tunggu...
Winda Hendrianingsih
Winda Hendrianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

bermain tertawa tumbuh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak dari Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

15 Juli 2021   20:38 Diperbarui: 15 Juli 2021   20:59 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perkembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan direspon oleh Kementrian Pendidikan Nasional dengan memasukkan seluk beluk teknologi informasi kedalam kurikulum dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Adanya respon dari pemerintah menunjukkan bahwa Pemerintah Pendidikan Nasional meperhatikan dunia teknologi informasi yang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat, perkembanga teknologi informasi merupakan aplikasi dari sains.
Teknologi informasi diartikan diartikan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembanganya sangat pesat. Teknologi Informasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, email, dan sebagai berikut. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.

Dalam menyampaikan pelajaran disekolah, dunia pendidikan sudah banyak menggunakan taknologi informasi agar mempermudah murid untuk memahaminya. Alat-alat pengajaran telah mulai berkembang sejak orang membuat gambar atau diagram yang sederhana di tanah atau di gua pada zaman purbakala. Setelah gambar dikembangkan menjadi huruf, lahirlah buku pelajaran yang mencapai kemajuan yang pesat sesudah ditemukan alat cetak. Dan sekarang tak dapat dibayangkan lagi sekolah tanpa buku pelajaran. Di samping itu papan tulis juga menjadi popular.

Revolusi industri sebagai akibat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sejak akhir abad ke- 19 turut mempengaruhi pendidikan dengan menghasilkan alat pendidikan seperti fotografi, gramofon, film, filmstrip, radio, televisi, komputer, video tape dan sebagainya. Walaupun setiap guru menggunakan buku dan papan tulis, akan tetapi mereka tak pernah lepas dengan alat pengajaran. Mereka selalu menggunakan dan memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar.

Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat ini, pepatah yang menyatakan bahwa"Dunia tak selebar daun kelor" sepantasnya berubah menjadi "Dunia seakan selebar daun kelor". Hal ini disebabkan karena semakin cepatnya akses informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di daerah lain atau bahkan di negara lain, misalnya Amerika Serikat walaupun kita berada di Indonesia.

Salah satunya dalam bidang teknologi komunikasi seperti adanya smartphone dan internet, membuat manusia semakin meningkatkan cara komunikasinya. Berbagai macam media untuk berkomunikasi pun hadir untuk memudahkan manusia berinteraksi. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi internet sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, hal inilah yang melahirkan media sosial. Media sosial merupakan media online, yaitu media yang hanya ada dengan menggunakan internet dimana para penggunanya bisa menuangkan ide, mengekspresikan diri, dan menggunakan sesuai dengan kebutuhannya. Kehadiran media sosial memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan bersosialisasi.

Ada ekspektasi yang tak terduga terhadap film The Social Dilemma. Apalagi saat tahu sutradaranya adalah Jeff Orlowski. Jeff pernah memenangkan penghargaan Emmy untuk film dokumenter populer lainnya yaitu film Chasing Ice ditahun 2012 dan Chasing Coral ditahun 2017. Dan pada ajang Boulder Internasional Film Festival tahun 2020, The Social Dilemma mendapat penghargaan dalam kategori Impact Film Award.

Film ini diangkat dari kisah perjalanan bagaimana  aktivitas teknologi industri beroperasi dengan para pakar tekonologi yang mengeksplorasi sisi lain dari dampak penggunaan jejaring sosial bagi manusia. Film dokumentar ini secara keseluruhan menceritakan tentang dampak berbahaya atau sisi gelap dari media sosial dan dunia maya dengan berbagai platformyang mereka cipatakan sendiri. Para desainer telah mempengaruhi dan memantau psikologi pengguna sehingga segala hal negatif yang terjadi secara spontan bukanlah sebuah "bencana", tetapi memang telah diatur dan direncakan.

Film ini juga menggambarkan bahaya dari "kegilaan" masyarakat dalam menggunakan media sosial yang bisa mempengaruhi perilaku manusia, cara berpikir dan jati diri di dunia digital atau internet. Mereka merancangnya semenarik mungkin sehingga hal ini membuat manusia semakin terikat dengan dunia digital. Selain itu munculnya AI (Artificial Intelligence) dan machine learning membuat kinerja plaltform digital menciptakan "adiksi" yang membawa buih-buih persepsi sehingga memicu kecenderungan manusia teralihkan. AI mengetahui apa yang disukai oleh manusia, secara natural hal ini akan membuat manusia merasa lebih nyaman dan terus menatap layar. AI mampu memanipulasi perilaku manusia yang dibuat oleh perusahaan ini. Kini AI telah menjelma menjadi lebih cerdas dari manusia.

Sementara itu film ini juga memunculkan stigma baru yang menarik perhatian yaitu " if you're not paying for the product, then you are the product". Dalam pernyataan ini terdapat makna yang menunjukkan perubahan perilaku yang sebenarnya sudah terjadi saat ini. Media sosial bukanlah produk, kita adalah produknya. Jika kita tidak membayar untuk produk, maka kita sendiri adalah produknya.  Kebanyakan pengguna media tanpa disadari di setiap situs-situs atau layanan internet menganggap layanan yang disediakan itu gratis, padahal tidak. Terdapat iklan yang membayar situs tersebut. Iklan lah yang membayar situs. Peranyaan yang timbul, mengapa pengiklan membayar perusahaan atau situs tersebut? mereka membayar untuk menampilkan iklan kepada kita. Jadi kita dibayar oleh iklan untuk menggunakan teknologi. Dalam hal ini ada bisnis baru, yaitu sebuah bisnis yang menjual kepastian dan banyak data.

Teknologi yang dirancang seperti itu akan mengancam eksistensi kemanusiaan seperti yang diungkap oleh Tristan dan Lanier. Seluruh generasi ini merasakan lebih cemas, rapuh dan tertekan dan tidak siap dalam pengambilan keputusan. Selain itu media bukan hanya mempengaruhi pikiran manusia. Teknologi mulai mengancam negara yang menganut sistem demokrasi sehingga masuk ke dalam era terburuk dalam sejarah demokrasi. Teknologi industri telah menciptakan alat untuk mengacaukan dan mengikis stuktur masyarakat. Hal ini disebut polarisasi. Artinya angka ketidakpercayaan masyarakat yang satu dengan lainnya meningkat dan menimbulkan konflik berkepanjangan antar golongan masyarakat.

Di samping banyak sisi negatif yang kita dapat dari film ini, namun film ini juga memberi pesan positif  bahwa satu-satunya cara untuk mencegah kehancuran manusia lebih dalam lagi adalah menghentikan sistem yang merusak psikologi manusia. Karena kita tidak layak untuk diperlakukan sebagai sumber daya yang bisa diekstraksi. Alat yang sebenarnya diciptakan sudah tidak berjalan ke arah yang baik namun kita memiliki kewajiban memperbaiki kerusakan dan mulai mengatur lika-liku dalam bermedia sosial. "Matikan notifikasi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun