Mohon tunggu...
wince wince
wince wince Mohon Tunggu... Guru - guru

membaca adventure penulis buku pendar cahaya rumah di tepi ngarai. Hidup adalah sebuah pembelajaran I am not the best but i want tobe the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak dalam Pandangan Islam

18 Juni 2024   20:47 Diperbarui: 18 Juni 2024   21:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Setiap manusia pasti mendambakan keturunan (anak). Karena anak adalah tempat tumpuan semua harapan, anak menrupakan salah satu perhiasan dunia yang membuat manusia menjadi bahadia dan tidak sedikit manusia juga merasa kecewa dengan tingkah laku anak. Allah menciptakan keturunan dari bani Adam sebagai pewaris masa depan dan penerus dakwah Islam.

            Seperti apakah Islam memandang seorang anak? Bagaimanakah anak dalam pandangan Islam? Anak dalam pandangan Islam memiliki pengertian yang beragam dan bermacam macam. Anak sebagai "ziinatun" (perhiasan), anak sebagai "Qurrata a'yun" (penyejuk hati), anak sebagai "fitnah (ujian dan cobaan), dan anak sebagai 'aduwwun (musuh).         

Pertama, anak sebagai "ziinatun" (perhiasan).

Allah berfirman dalam Alqur'an QS. Al- Kahfi, 18: 46

(46 )

Artinya: "Harta dan anak- anak  adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahfi, 18:46).

            Anak adalah perhiasan dunia (ziinatun) yang setiap orang tua merasa bangga dengan anak-anak mereka dengan prestasi yang dimiliki oleh anak-anaknya. Ketika seorang anak sukses dengan prestasinya. Orang tua merasa senang dan bangga sehingga menjadi sebuah kebagahagiaan yang tak ternilai.

 

Kedua, anak sebagai "qurrata a'yun" (penyejuk hati)

Allah berfirman QS  Al furqan, 25: 74

(74)

Artinya: Dan orang-orang yang berkata " Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al Furqan, 25:74)

            Anak merupakan penyejuk hati orang tua (Qurrata a'yun) anak yang shaleh yang selalu  menjadi penyejuk hati orang tua karena mereka selalu taat kepada orang tua karena ketaatan mereka kepada Allah swt. Mereka selalu memperlakukan orang tua sesuai tuntunan Allah swt dan mengharap ridha Allah semata. Anak yang selalu menyenagkan hati orang tua merupakan dambaan setiap orang tua yang ada di dunia ini.

Ketiga, Anak sebagai "fitnah" (ujian dan cobaan)

Allah berfirman QS At-Taghabun, 64:15

(15)

Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah pahala yang besar. ( At-Taghabun, 64:15)

            Anak adalah amanah yang ditipkan Allah kepada kita sebagai orang tua, jangan sampai kita sebagai orangtua terlena dengan titipan Allah sehingga kita terlena dengan bujukan anak yang membuat kita melanggar perintah Allah swt. Tidak sedikit orang tua yang shaleh mendapatkan anak yang durhaka karena anak merupakan ujian yang diberikan Allah kepada setiap orang tua, apakah kita sebagai orang tua lebih mencintai Allah swt atau anak sebagai titpan Allah swt.

Keempat, anak sebagai 'aduwwun (musuh).

Allah berfirman QS At-Taghabun, 64:14

(14)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka). Maka sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang. ( QS At-Taghabun 64: 14)

            Tidak sedikit anak yang menjadi musuh bagi orang tua, karena anak banyak membuat orang tua lalai dengan melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah swt. Anak banyak mendesak orang tua berbuat maksiat dengan alasan bentuk cinta dan kasih sayang. Anak tanpa sengaja menjadi musuh bagi orang tua karena anak membuat orang tua jauh dari nilai-nilai sosial dan agama. Tugas kita sebagai orang tua memaafkan mereka dan tetap mendo'akan semoga mereka diberi hidayah oleh Allah swt.

            Demikianlah kedudukan anak di dalam pandangan Islam kita sebagi orang tua hanya bisa berusaha menjadikan anak sebagai anak yang shaleh yang akan menjadi penyejuk hati. Orang tua harus berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan anak yang shaleh karena bagaimanapun seorang anak akan meniru dan mencontoh apa yang dilakukan orang tua. Pada umumnya anak merupakan cerminan dari orang tua. Ketika orang tuanya shaleh dan baik maka anak juga akan baik. Walaupun ada kejadian orang tua saleh dititipi Allah anak yang durhaka karena anak bagian dari sebuah ujian dan cobaan.

            Tetap pada umumnya setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci orang tua dan lingkunganlah yang membuat anak menjadi nakal, temperamen dan durhaka. Sebagaimana rasululah pernah bersabda dalam sebuah hadis yang artinya  "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).

            Setiap anak dilahirkan memiliki potensi baik orang tua dan lingkunganlah yang menuntun anak dalam mengasah potensi tersebut, apakah potensi baik yang berkembang dominan atau potensi buruk. Semoga kita sebagai orang tua bisa menuntun putra putri kita menampilkan potensi yang terbaik yang ada pada diri mereka sebagai bekal kehidupan dikemudian hari. Sehingga anak-anak kita benar- benar menjadi qurrata a'yun ( penyejuk hati).           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun