Aku mengenalnya ketika dia mahasiswa Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon. Ugp sangat berjauhan dengan UGM di Yogja. Tapi keduanya memakah kata "Gajah".
Saat itu, puluhan tahun lalu, aku meliput aksi demo masyarakat Kecamatan  Bintang yang memblokir jalan ke Kampung mereka. Dengan tuntutan perbaikan jalan
Syukran, saat itu ketua Himpunan Mahasiswa Islam. Mengenakan jaket almamater berwarna hijau, Syukran, lantang berteriak. Meminta aspirasi warga Bintang untuk di tindaklanjuti. Demo sempat bentrok saat di Dprk setempat. Saat seorang penyusup, masuk ditengah demo.
...
Kini, mantan ketua HMI dengan Slogan Yakusa ( Yakin Usaha Sampai ) Â lelaki tiga putra dan putri ini , sudah menjadi pengusaha kopi.
Syukran mengkhususkan usahanya pada kopi dengan cara oleh natural fermentasi. Cara oleh ini adalah memfermentasi buah kopi dalam plastik. Selama satu bulan.
Kemudian kopi fermentasi aerob ini dijemur hingga kering. Hasil kopi fermrnted ini, sangat berbeda dengan kopi yang diolah semi washed ( Cara olah Gayo) atau fullwashed, natural dan honey.
Letak signifikasinya adalah pada aroma yang kuat menyengat dan rasa ( Taste and Flavour).
Kopi ini, harga green beansnya dibandrol diatas Rp.100 ribu perkilo.
Syukran yang kini jadi jutawan, mengirim kopinya ke Uni Emirat Arab dan antero Indonesia.
Sampai di titik ini, Syukran telah melewati berbagai keadaan dan usaha. Jatuh bangun. Syukran melewati proses ikhtiar yang panjang.