Armiyadi, seorang Petani kopi di Takengon, berhasil merubah image Petani, dari miskin menjadi bergengsi.
Menurut pemilik usaha Asa Kopi Ini, menjadi Petani kopi bisa hidup mewah dan kaya. Menjadi Petani kopi, bukan lagi pilihan terakhir. Setelah tidak diteima menjadi pns, tentara atau polisi.
Armiyadi berhasil membuktikan dirinya. Dari Petani kopi bisa memiliki usaha perdagangan kopi.
Gayo. Armiyadi memilih keluar dari koperasi kopi ternama di Takengon , lalu mengelola kebun kopi serta usaha mandiri.
Dari kopi mentah hingga kopi siap saji. Sampai eksport kopiSalah satu perkebunan kopi Armiyadi, terletak di Atu Gajah, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah.
Kebun Ini berada di ketinggian 1650 mdpl. " Empat tahun lebih saya mencari kebun seperti Ini," tentang Armiyadi.
Kebun Armiyadi Ini, kini menjadi pusat perhatian warga. Karena menerapkan penanaman kopi sistem pagar. Seperti kopi di kawasan Amerika Latin.
Sistem pagar Ini, menurutnya, Akan hasilkan produksi kopi lebih tinggi, dengan luasan yang sama. Dibandingkan penanaman konvensional.
Kebun terlibat rapi dan tertata dengan baik. Lalu kenapa Armiyadi memilih kebun di ketinggian diatas 1400 m dpl?
Armiyadi membocorkan satu rahasia, kenapa dia kerap kali memenangkan kontes kopi nasional Indonesia, maupun diluar negeri.
Rahasia itu terletak pada ketinggian tempat tumbuh kopi. "Kopi yang tumbuh diatas 1400 mdpl memiliki gula kopi yang tinggi. Kopi Ini biasanya memiliki skor yang tinggi," rincinya.
Gula pada kulit buah kopi matang disebut juga lendir atau getah. Umumnya dikenal dengan mucilage.
"Kopi saya adalah kopi kontes," katanya tertawa. Karena sering memenangkan kontes kopi, kopi Armiyadi yang memenangkan kontes pernah dijual diatas satu juga. Harga Green beannya.
Armiyadi mengajak generasi muda di Tanoh Gayo untuk menjadi Petani kopi bergengsi. Karena dia membuktikan menjadi Petani kopi bisa hasilkan cuan ratusan juta pertahun.
"Kalau penghasilan Petani kopi pertahun hanya di bawah 50 juta. Itu bulan Petani modern. Itu berempas, bukan berempus", ujarnya.
Berempas artinya, Petani masih miskin. Padahal potensi hasil kebunnya bisa mencapai lima ratusan juta.
Argumen Ini dibangun jika dalam waktu satu tahun, perbatang kopi hasilkan 2 kilogram saja. Dikalikan 3000 pohon kopi perhektar. Diperoleh hasil 6000 kilogram atau 6 ton kopi.
Dengan harga kopi rata rata 70 ribu/kilogram rupiah. Petani mendapati penghasilan 420 juta rupiah per tahun. Angka Ini masih bisa naik. Tergantung cara bertani.
Ini berarti pendapatan Petani perbulan sekitar 35 juta rupiah.
Itulah sebabnya , Armiyadi menjamin Petani kopi Gayo bisa hidup sejahtera. Apabila.menerapkan sistem bertani modern dan komersial. Salah satu caranah, dengan bertanam kopi sistem pagar.
Sistem pagar yang diterapkan Armiyadi adalah jarak tanang 80 cm dalam baris. Dengan jarak baris kopi, 3.7 meter.
"Saya terus meneliti berbagai parameter lainnya. Agar didapat produksi yang maksimal", pungkasnya.
Karena memilih lahan diatas 1400 mdpl. Kopi di ketinggian Ini kaya rasa manis dari mucilage
Mukhlis Mango, salah seorang Petani yang berkebun di Kampung Kenawat, Kecamatan Luttawar Takengon. Mengaku tertarik dengan sistem pagar yang dikalikan Armiyadi.
Mukhlis Mango yang juga seorang pns Ini. Akan mencoba sistem Ini di lahannya. Dengan harapan menambah produksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H