Jangan Abai, Pahami Gejala HIV/AIDS
Oleh: Winbaktianur
Email: winbaktianur1978@gmail.com
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lainnya. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi atau sindrom yang muncul akibat dari tahap lanjut infeksi HIV. Terdapat perbedaan utama antara HIV dan AIDS; HIV adalah virus yang menyebabkan infeksi, sedangkan AIDS adalah kondisi atau sindrom yang muncul akibat dari tahap lanjut infeksi HIV atau virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dapat menyebabkan munculnya AIDS atau stadium akhir dari sakit yang diderita. Maka, perlu dipahami bahwa HIV dan AIDS merupakan dua kondisi yang berbeda, walaupun saling berhubungan erat.
Perlu memahami tahapan awal infeksi HIV, kita dapat mengalami gejala flu seperti demam, sakit kepala, atau sakit tenggorokan. Namun, gejala tersebut tidak berlaku pada beberapa kasus, karena ada penderita tidak mengalami gejala apapun selama bertahun-tahun meski virus HIV terus melemahkan dan merusak kekebalan tubuhnya. Tahap akhir infeksi HIV, orang dengan HIV/AIDS akan mengalami berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuhnya di antaranya: diare kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak.
Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, maka ada masa inkubasi, selama adalah 2 hingga 4 minggu. Ini adalah jeda waktu atau masa yang diperlukan HIV yang masuk ke tubuh hingga kemudian muncul gejala awal dan telah terdeteksi melalui pemeriksaan. Dalam masa inkubasi ini, pemeriksaan HIV umumnya belum menunjukkan hasil yang positif atau mengindikasikan adanya infeksi HIV sehingga belum terdeteksi. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah window period, yang bisa saja berlangsung selama 6 bulan atau bahkan lebih.
Dibutuhkan kejelian untuk memahami gejala HIV/AIDS ini, dari beberapa referensi diperoleh gambaran bahwa gejala HIV dan AIDS pada setiap individi tidak sama. Ini terjadi karena variasinya bergantung pada tahapan perkembangan penyakitnya. Secara umum terdapat gejala yang mungkin saja muncul pada setiap tahapan itu;
Tahap 1: Infeksi HIV akut, pada tahap ini, gejala yang muncul ada kemiripan dengan gejala penyakit flu, di antaranya demam, muncul ruam kulit, muntah, sendi dan otot terasa nyeri, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, sakit perut, sakit tenggorokan, dan serangan sariawan.
Tahap 2: Infeksi HIV Kronis (Masa Laten), Pada tahapan ini,sebagian  penderita tidak merasakan gejala apapun. Namun, sebagian lainnya dapat mengalami berat badan menurun, berkeringat di malam hari, batuk, diare, mual dan muntah, herpes zoster, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, dan kelelahan.
Tahap 3: AIDS, di tahapan ini, sistem kekebalan tubuh sudah mengalami kerusakan parah yang dapat menyebabkan penderita lebih mudah terserang infeksi penyakit lain. Di antara gejala AIDS yang sering terjadi adalah: menurunnya berat badan tanpa diketahui sebabnya secara signifikan, keringat pada malam hari, muncul bercak putih di lidah, bagian mulut, kelamin, serta anus yang tidak bisa hilang, dan juga bisa bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang, demam yang berlangsung lebih dari 10 hari, muncul diare kronis, infeksi jamur di bagian mulut, tenggorokan atau vagina, muncul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak, leher dan selangkangan, serta gangguan saraf misalnya sulit untuk konsentrasi dan bahkan dapat lupa ingatan, mudahnya memar pada bagian tubuh atau berdarah, tubuh terasa sering lelah dan mudah terpancing amarah bahkan dapat muncul depresi.
Perlu dipahami bahwa infeksi HIV akan menyebabkan jumlah sel CD4 (sel T) dalam tubuh seseorang turun drastis yang mengakibatkan sistem kekebalan tubuh tidak sanggup lagi untuk melawan infeksi. Kapan seseorang itu menguidap AIDS? Salah satunya adalah dari pemeriksaan laboratorium untuk Sel CD4: Apabila jumlah sel CD4 dalam tubuh turun hingga di bawah 200 sel per 1 ml atau 1 cc darah. Perlu diingat bahwa pengobatan individu yang hidup dengan HIV tetap dapat hidup sehat, panjang umur dan kualitas senantiasa kehidupannya hampir sama dengan orang normal atau mereka yang tidak terinfeksi HIV.
Dibutuhkan kesadaran semua kalangan untuk mencegah penularan HIV/AIDS, dengan tindakan nyata seperti; Saat berhubungan seks senantiasa menggunakan kondom, dalam kondisi apapun tidak menggunakan jarum suntik bekas, tidak menggunakan alat suntik bersama-sama dengan orang lain menjalani tes HIV secara rutin.
HIV/AIDS menyebar melalui cairan sperma dan darah, sehingga faktor risiko HIV/AIDS berhubungan dengan kedua hal tersebut. Faktor risiko ini termasuk sering berganti pasangan, melakukan hubungan seksual yang berpotensi berbahaya, baik heteroseksual maupun homoseksual, menggunakan jarum suntik secara bersamaan, dan penularan HIV/AIDS dari ibu hamil ke janin melalui plasenta.Â
Jika Anda ingin melakukan tes HIV, disarankan untuk menghubungi rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk informasi lebih lanjut tentang layanan dan biaya tes HIV yang mereka sediakan, atau dapat menghubungi Yayasan Akbar Sumatera Barat.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H