Eco Enzyme Salah Satu Bekal Praja IPDN Terjun Ke Masyarakat
Oleh: Winbaktianur
Akademisi Psikologi Islam UIN Imam Bonjol dan Penggiat Eco Enzyme
Medio April lalu, bersama dengan rekan-rekan Relawan Dunia Eco-Enzyme (RDEE) Propinsi Sumatera Barat kami dipertemukan dengan Direktur IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) kampus Sumatera Barat. Pertemuan singkat di salah satu kampus negeri di kota Padang ini mencapai kesepakatan bahwa RDEE akan memberikan pelatihan kepada praja IPDN.
Setelah beberapa kali rapat daring (online), persiapan pelatihan Eco-Enzyme matang dan siap di eksekusi. Mulai 04 Mei 2024, bertempat di kampus IPDN Sumatera Barat, Baso Kabupaten Agam, pelatihan di mulai. Pelatihan ini akan dibagi dalam lima sesi dan dilaksanakan setiap hari Sabtu hingga Praja melaksanakan Praktek Lapangan (PL). Bagi saya, kampus ini sudah sangat sering saya lewati, namun inilah kesempatan besar menjejakkan kaki, berbagi ilmu, dan bercengkarama dengan Praja kampus ikatan dinas ini.
Sebagai relawan, memang saya dan beberapa rekan-rekan RDEE senantiasa sangat terbuka berbagi ilmu pembuatan Eco-Enzyme. Bahkan jika sudah bergabung sebagai relawan, kesempatan belajar lebih jauh mengenai Eco-Enzyme dan produk turunannya terbuka sangat luas. Artikel ini akan membahas secara singkat mengenai eco-enzyme.
Apa itu eco-enzyme? Eco-enzyme merupakan cairan serbaguna yang terbuat dari fermentasi sampah dapur organik (kulit buah dan sayur). Secara garis besar, bahan-bahan yang diperlukan yaitu sisa buah dan sayuran, gula merah atau molase dan air. Cairan hasil fermentasi ini berwarna coklat gelap, ada juga yang berwarna kecoklatan dengan aroma fermentasi yang khas (asam atau segar yang kuat).
Eco Enzyme pertama kali ditemukan dan dikembangkan di Thailand oleh Dr. Rosukon Poompanvong (Pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand) yang aktif pada riset mengenai enzyme selama lebih dari 30 tahun. Beliau menerima penghargaan dari FAO PBB atas penemuannya tersebut. Sejak tahun 1980-an Rosukon melakukan penelitian mengenai eco enzyme. Pembuatan Eco Enzyme dilatar belakangi oleh banyaknya sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sampah organik. Sampah organik di TPA sudah pasti akan menimbulkan bau menyengat tidak sedap dan munculnya resiko terjadi ledakan akibat gas metan. Maka, eco enzyme merupakan alternatif pemanfaat sampah organik rumah tangga.
Enzim sendiri merupakan biokatalisator yang mempercepat reaksi biokimia di alam. Dengan proses fermentasi, sampah organik seperti sisa buah dan sayuran bisa diubah menjadi cairan yang kaya akan enzim. Kemudian, Rosukon memperkenalkan konsep eco enzyme ini secara luas. Seiring berjalannya waktu, eco enzyme mulai dikenal dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat tidak hanya di Thailand, tetapi juga di berbagai negara lainnya, termasuk Indonesia.
Pelatihan pembuatan eco enzyme bersama Praja IPDN kampus, di awali dengan pembukaan secara resmi oleh Direktur IPDN Kampus Sumatera Barat, Dr. Tun Huseno, M.Si yang mengungkapkan harapan bsear supaya praja dapat menyebarluaskan eco enzyme dimana saja saat terjun ke tengah masyarakat. Selanjutnya adalah pemaparan materi eco enzyme, perkembangan eco enzyme, manfaat, bahan-bahan dan alat yang diperlukan, dan cara membuat eco enzyme. Mengambil tempat di Gedung Krida Utama, pelatihan dilanjutkan dengan praktek bersama pembuatan eco enzyme. Semua Praja yang di damping oleh Mujaahadah dan Ridwan sangat antusias. Berbagai pertanyaan diajukan, misalnya apa saja kegunaan eco enzyme.