Mohon tunggu...
Winbaktianur
Winbaktianur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Imam Bonjol

Penikmat Wisata dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bandara Mentawai, Harapan Baru Bumi Sikerei

17 Agustus 2023   12:17 Diperbarui: 19 Agustus 2023   19:09 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Bandara Mentawai, foto koleksi pribadi penulis

Bandara Mentawai, Harapan Baru Bumi Sikerei

#kitauntukIndonesia

Oleh: Winbaktianur

Berapa hari yang lalu saya berkesempatan mengunjungi Kabupaten Kepulauan Mentawai Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini terdiri atas 4 pulau besar dan pulau-pulau kecil (252 buah). Empat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pagai Selatan, serta memiliki 10 kecamatan, merupakan salah satu kabupaten yang masuk kategori daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP).

Salah satu tujuan saya selain urusan pekerjaan adalah untuk melihat langsung Bandara Mentawai yang rencananya akan diresmikan bulan depan. Pilihan transportasinya adalah menumpang kapal cepat Mentawai Fast 1, saya bersama seorang rekan menuju Pelabuhan Tuapeijat di Kecamatan Sipora Utara, dengan waktu tempuh 3,5 jam, dengan biaya Rp. 280.000/penumpang. Kapal cepat ini berangkat dari Pelabuhan Muaro di Kota Padang dengan rute Padang-Tuapeijat sebanyak 4 kali seminggu, Senin, Rabu, Jumat dan Minggu.

Seperti daerah lainnya di Indonesia, aktivitas pariwisata di Kepulauan Mentawai mengalami mati suri didera pandemi Covid-19. Saat ini, destinasi wisata yang berlokasi di tengah Samudera Hindia sebelah barat Pulau Sumatera kembali bersemi menjadi primadona turis mancanegara.

Kepulauan Mentawai sering mengalami gempa, namun menyimpan pesona yang membuat kita harus memasukkannya pada bucket list untuk destinasi liburan bahari dan budaya. Terkenal dengan keunikan budaya yang masih terjaga dengan baik, dan pantai-pantai yang eksotis dengan ombak yang sangat cocok untuk berselancar maupun pantai-pantai yang tenang dan cantik. 

Semua sisi wilayah Kepulauan Mentawai posisinya langsung menghadap Samudera Hindia yang membuatnya senantiasa memiliki ombak besar seolah-olah memanggil peselancar seluruh dunia untuk datang. Perlu dicatat, ombak di sini masuk dalam jajaran ombak terbaik di dunia.

Begitu mendarat di Pelabuhan Tuapeijat, bergegas kami menuju penginapan. Pilihannya adalah wisma Bintang, berjarak 50 meter dari Pelabuhan. Tuapeijat merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai yang berada di kecamatan Sipora Utara, pulau Sipora, termasuk salah satu dari empat pulau besar yang berpenghuni. 

Di Tuapeijat terdapat banyak penginapan dan hotel dengan harga sangat terjangkau, mulai Rp. 100.000 hingga Rp. 500.000/malam. Namun jika ingin menikmati suasana lebih tenang dengan deburan ombak yang senantiasa memanggil siapa saja, pilihannya adalah menginap di pulau-pulau kecil sekitaran pulau Sipora, tentu saja dengan harga yang jauh lebih mahal. Pulau-pulau wisata ini dapat ditempuh dengan kapal-kapal kecil, tapi ingat harus dipesan terlebih dahulu dan dijamin seolah-olah anda tidak berada di Mentawai, tetapi seperti di negara lain di luar benua Asia, karena didominasi oleh wisatawan mancanegara.

Sebelum mengunjungi Bandara Mentawai, kami sepakat untuk menyelesaikan pekerjaan dan berkeliling kota Tuapeijat. Ada beberapa pilihan tempat wisata pantai yang menarik yang mudah dijangkau dari tempat kami menginap. 

Sebetulnya, kami tidak harus pergi keluar dari penginapan karena lokasinya persis di bibir pantai berpasir putih dan air yang jernih, ditambah lagi dengan hilir mudiknya kapal penumpang yang menyinggahi Pelabuhan. Tetapi, kami tetap menuju beberapa pantai yang direkomendasikan, pantai Jati dan pantai Mapadeggat dengan menaiki sepeda motor pinjaman seorang kenalan. Sajian khas wilayah kepulauan tidak jauh-jauh dari makanan laut, ikan asam pedas, ikan gulai, ikan goreng balado, gulai udang, gulai cumi dengan bumbu khas Minang, dijamin segar, menggugah selera, dan pastinya halal.

Keesokan harinya, masih dengan menaiki sepeda motor kami menuju bandara Mentawai, berlokasi di desa Matobe, Kecamatan Sipora Selatan, berjarak 30 kilometer dari Pelabuhan Tuaipeijat. Bandara ini merupakan pengganti Bandara Rokot yang memiliki panjang lintasan atau runway 1.500 x 30 meter, dan dapat dilandasi pesawat ATR 72-600 atau sekelas dengannya. Saat ini, rute Padang-Sipora (Mentawai) hanya dilayani oleh pesawat jenis Cessna Grand Caravan berkapasitas 12 orang penumpang karena panjang runway lama hanya 850 x 23 meter.

Menuju bandara, di sisi kanan jalan kami seolah-olah di sambut oleh patung Sikerei. Bagi Masyarakat Mentawai, Sikerei adalah sosok yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual serta memiliki kedekatan dengan roh leluhur untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Seorang Sikerei senantiasa berperilaku sangat baik dalam kehidupan, disamping itu sebagai mediator yang bertugas menjaga kelancaran arus komunikasi antara penduduk suku dengan alam para arwah leluhur.

Begitu memasuki gerbang bandara, kami lanjut menuju halaman parkir kendaraan, yang dilengkapi apron berukuran 175 x 75 meter; Taxiway 75 x 15 meter yang mampu menampung 3 pesawat sejenis ATR 72 500/600; dan terminal penumpang berukuran 1600 m2 yang dapat menampung sebanyak 53.881 penumpang pertahun. Menariknya, konsep atap bandara diambil dari bentuk bangunan tradisional mentawai yaitu atap uma dan digabungkan dengan ombak Mentawai. Bandara ini langsung menghadap samudera Hindia, panorama yang sangat indah.

Gambar Bangunan Bandara Mentawai, foto koleksi pribadi penulis
Gambar Bangunan Bandara Mentawai, foto koleksi pribadi penulis
Hadirnya Bandara ini menambah cerahnya pariwisata Kepulauan Mentawai yang memiliki pesona bahari dan budaya yang menakjubkan. Ini akan mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan yang juga akan memberikan dampak pada berkembangnya usaha UMKM dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Masyarakat Mentawai. 

Data menunjukkan sepanjang tahun 2022, total penumpang dari dan menuju Mentawai melalui jalur udara sebanyak 1.354 penumpang dengan 219 pergerakan pesawat. Rute perintis selama ini dilayani oleh armada Susi Air dengan frekuensi penerbangan dua kali dalam seminggu.

Mari berkunjung ke Bumi Sikerei Kepulauan Mentawai, nikmati pesona laut dan budayanya yang mempesona, siap-siap mendarat di bandara Mentawai. Harapan cerah kado ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-78*

(Penulis adalah akademisi UIN Imam Bonjol Padang, penikmat wisata dan budaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun