Hidup itu berat. Suatu paradigma yang sebagian dari kita mengakuinya dan mempercayainya.Â
Alasan mengapa hidup itu berat terletak pada besarnya kesenjangan antara kemampuan dan keinginan, yang sering kali sulit atau bahkan tidak mungkin tercapai dan pada akhirnya meninggalkan rasa kecewa dan frustrasi.Â
Tapi, pernahkah kita memikirkan bagaimana rasanya tidak menginginkan apa pun? Seperti, tidak menginginkan kekayaan, kepopuleran, cita-cita yang tinggi atau keinginan besar lainnya. Hanya sebatas menginginkan untuk bisa bertahan hidup hari demi hari. Mari namakan mereka dengan sebutan seorang survival.
Keinginan seorang survival yang tampaknya sangat sederhana ini pun anehnya masih sulit tercapai karena sarat akan hambatan dan tantangan. Dimata seorang survival, mereka, saya ataupun Anda secara tidak sadar meangkatifkan naluri "fight or flight". Ini adalah keadaan dimana insting respon seseorang saat merasakan bahaya, sehingga tubuh secara otomatis bersiap untuk melawan ancaman tersebut atau melarikan diri darinya. Ancaman disini adalah kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam hidup.
Seorang survival memandang segala sesuatu di sekitar mereka sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan mati-matian untuk menjaga kelangsungan hidup mereka atau melarikan diri untuk melindungi diri atau merasa aman. Namun apakah ini satu-satunya pilihan yang ada?
Tentu saja tidak. Setiap individu yang hidup termasuk para survival memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk merangkul lebih banyak alternatif-alternatif yang bisa dipilih. Tentunya alternatif yang dipilih diharapkan dapat meringankan atau menghilangkan beban hidup dan mengubah cara pandang hidup mereka.
Terinspirasi oleh jawaban penuh inspiratif dari Israel, akun pengguna Quora. Dalam pertanyaan mengapa hidup itu berat meski sekedar untuk bertahan hidup, ia menjawab bahwa tujuan seseorang hidup itu lebih dari sekedar bertahan hidup; seseorang hidup untuk benar-benar HIDUP.Â
Meski hidup memiliki banyak kesulitan, kekurangan, masalah dan penderitaan, seorang survival harus tahu bahwa hidup bukan hanya tentang menyelesaikan masalah yang ada, tapi realitas yang harus benar-benar dialami. Seperti yang dikutip oleh Soren Kierkegaard, "Life is not problem to be solve, but reality to be experienced" Â Itu berarti seorang individu sepenuhnya menjalani dan menikmati setiap moment yang terjadi dalam hidup. Seperti bekerja sama dengan rekan kerja, menjalin hubungan yang bermakna, bertemu orang baru, mengerjakan proyek yang membosankan, tertawa, menangis, dll.Â
Jika benar-benar ingin mengubah hidup dari paradigma bertahan hidup menjadi sepenuhnya menjalani hidup, survival harus belajar bagaimana caranya bersyukur dan menerima atas segala sesuatu sebagaimana adanya.Â
Kemampuan mensyukuri dan menghargai momen saat ini dan semua hal kecil yang sudah dimiliki, seorang survival akan menemukan kegembiraan bahkan dalam hal yang paling sederhana sekalipun. Seperti sekedar jalan kaki menuju kantor.
Bahkan ketika hal buruk terjadi dan terasa seperti sebuah kegagalan, hal ini bisa dijadikan pembelajaran yang kemudian akan membentuk identitas dan menjadikan seorang survival lebih dewasa dan sehat dalam menjalani kehidupan. Ini bukan tentang ketidakmampuan mengatasi masa-masa sulit, ini tentang tumbuh dari masa-masa sulit tersebut. Jadi nikmati rasa sakitnya, belajar dari kesalahan-kesalahan, dan jadilah manusia yang lebih baik.
Ketika sudah terbiasa bersyukur atas apa yang terjadi setiap hari, survival akan mulai menyadari betapa pentingnya hal-hal kecil yang sebelumnya luput akan perhatian. Hal ini sama alaminya dengan bernapas, sesuatu yang biasanya secara otomatis dilakukan, namun kini survival dapat lebih menghargai dan mensyukurinya.
Survival tidak lagi melihat rasa sakit dari masalah yang dialami sebagai hal yang buruk. Dengan bersyukur, survival dapat mengontrol responnya terhadap apa yang terjadi dengan lebih tenang, tidak marah atau frustrasi. Jadi, pengalaman yang tadinya sangat buruk dan menakutkan bisa dilihat sebagai pelajaran yang dapat mendorong kearah kedewasaan dan kebijaksanaan.
Selain itu, kemampuan menerima segala sesuatunya juga sangat penting. Perlu disadari bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Baik tantangan, kegagalan, penderitaan, dan kebahagian terjadi karena suatu alasan. Termasuk semua individu yang hidup, ada untuk menjadi pribadi yang mereka inginkan.Â
Begitu mulai menghargai berbagai hal, menerima dan menjalani kehidupan dengan tangan terbuka, survival akan menjadi pribadi lebih kuat, lebih bijaksana, dan pada akhirnya lebih bahagia. Perspektif baru ini membebaskan para survival untuk benar-benar dapat menjalani dan menikmati setiap momen, alih-alih hanya bertahan hidup.
Ini tentunya memberikan survival kekuatan untuk mengendalikan hidup dan melihatnya sebagai perjalanan luar biasa di mana mereka dapat memutuskan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan mereka menjalani kehidupan yang mereka inginkan.
Meski tidak mudah mengubah kepercayaan atau perspektif lama menjadi perspektif baru yang berbeda dari sebelumnya, percayalah hal ini akan terbayarkan dengan ketenangan dan kebahagian dalam menjalani hidup.Â
Jadi apakah Anda juga termasuk dalam survival paradigma? Then let's LIVE your life.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H