Mohon tunggu...
Wina Sulistiana
Wina Sulistiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

cinta dan selalu ingin tahu tentang filsafat, psikologi, dan pengembangan diri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Hidup Hanya Sebatas Bertahan: Paradigma Survival

26 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 26 Februari 2024   07:27 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu berat. Suatu paradigma yang sebagian dari kita mengakuinya dan mempercayainya. 

Alasan mengapa hidup itu berat terletak pada besarnya kesenjangan antara kemampuan dan keinginan, yang sering kali sulit atau bahkan tidak mungkin tercapai dan pada akhirnya meninggalkan rasa kecewa dan frustrasi. 

Tapi, pernahkah kita memikirkan bagaimana rasanya tidak menginginkan apa pun? Seperti, tidak menginginkan kekayaan, kepopuleran, cita-cita yang tinggi atau keinginan besar lainnya. Hanya sebatas menginginkan untuk bisa bertahan hidup hari demi hari. Mari namakan mereka dengan sebutan seorang survival.

Keinginan seorang survival yang tampaknya sangat sederhana ini pun anehnya masih sulit tercapai karena sarat akan hambatan dan tantangan. Dimata seorang survival, mereka, saya ataupun Anda secara tidak sadar meangkatifkan naluri "fight or flight". Ini adalah keadaan dimana insting respon seseorang saat merasakan bahaya, sehingga tubuh secara otomatis bersiap untuk melawan ancaman tersebut atau melarikan diri darinya. Ancaman disini adalah kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam hidup.

Seorang survival memandang segala sesuatu di sekitar mereka sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan mati-matian untuk menjaga kelangsungan hidup mereka atau melarikan diri untuk melindungi diri atau merasa aman. Namun apakah ini satu-satunya pilihan yang ada?

Tentu saja tidak. Setiap individu yang hidup termasuk para survival memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk merangkul lebih banyak alternatif-alternatif yang bisa dipilih. Tentunya alternatif yang dipilih diharapkan dapat meringankan atau menghilangkan beban hidup dan mengubah cara pandang hidup mereka.

Terinspirasi oleh jawaban penuh inspiratif dari Israel, akun pengguna Quora. Dalam pertanyaan mengapa hidup itu berat meski sekedar untuk bertahan hidup, ia menjawab bahwa tujuan seseorang hidup itu lebih dari sekedar bertahan hidup; seseorang hidup untuk benar-benar HIDUP. 

Meski hidup memiliki banyak kesulitan, kekurangan, masalah dan penderitaan, seorang survival harus tahu bahwa hidup bukan hanya tentang menyelesaikan masalah yang ada, tapi realitas yang harus benar-benar dialami. Seperti yang dikutip oleh Soren Kierkegaard, "Life is not problem to be solve, but reality to be experienced"  Itu berarti seorang individu sepenuhnya menjalani dan menikmati setiap moment yang terjadi dalam hidup. Seperti bekerja sama dengan rekan kerja, menjalin hubungan yang bermakna, bertemu orang baru, mengerjakan proyek yang membosankan, tertawa, menangis, dll. 

Jika benar-benar ingin mengubah hidup dari paradigma bertahan hidup menjadi sepenuhnya menjalani hidup, survival harus belajar bagaimana caranya bersyukur dan menerima atas segala sesuatu sebagaimana adanya. 

Kemampuan mensyukuri dan menghargai momen saat ini dan semua hal kecil yang sudah dimiliki, seorang survival akan menemukan kegembiraan bahkan dalam hal yang paling sederhana sekalipun. Seperti sekedar jalan kaki menuju kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun