"Kira-kira kalau Bapak-Ibukku hadir dan melihat anaknya lulus senang apa tidak ya? Kira-kira kalau aku tidak lulus nasibku gimana?" Pertanyaan-pertanyaan itu mulai muncul dan perlahan aku sapu dengan logika.Â
"Halah, senang tidak senang ya Ibukku belum pulang, Bapakku pasti hadiahi pukulan" hal-hal membosankan itu yang terus menyeimbangkan otakku di dalam lamunan. Melalui selembar kertas yang dipegang kepala madrasah, pengumuman kelulusan mulai dibacakan.
"Selamat kalian Dinyatakaaaaaannnn Lulus 100%" Kamad dengan suara khas bass nya mulai lantang tersalur melalui tumpukan speaker di lapangan.Â
Jerit tangis, sujud syukur, dan rangkulan menghiasi lapangan upacara madrasah di pagi menjelang siang itu.Â
Dua puluh lima menit berselang, kami membubarkan diri dan bersalaman dengan para ustadzah. Sesampainya dihadapan Us. Hafidzah guru BK ku berkata.
"Nduk, selamat nggeh. Selepas seremonial ini datang ke ruangan Ibu. Ada kado istimewa buatmu" tatapan anggun Ustadzah Hafidzah dan suara lembutnya membangkitkan semangatku. Selepas seremonial aku datang ke ruang BK, ada amplop putih berlogo yayasan diserahkan.
"Alhamdulillah" sontak mulutku berucap. Secarik kertas dari amplop yayasan tertera namaku mendapatkan beasiswa ke Kairo Mesir Universitas Al-Azhar.Â
Dadaku tersentak, api kebahagiaan yang padam kembali membubung tinggi di dalam hati.Â
"Benar, benar kata Pak Kyai Ismail. Kamulyan bakal tak tompo dening pasrah e cobo" suara hatiku dengan tegas mengatakan.Â
Kairo mungkin tempat mengasingkan diriku yang baru, tanpa ucapan selamat apapun dari orang tuaku tak jadi soal. Entah esok jadi apa, Kairo menungguku menjemput cita-cita.Â
Masa kecil yang tidak bahagia, akan ditebus seorang gadis kecil bernama Shelomita dengan ribuan kebaikan di masa depannya.