Ketika orang mendengar kata cinta, pasti akan terpikir tentang kebahagiaan ketika mereka memaknai cinta karena mereka menganggap berbahagia ketika mencinta, namun tidak sedikit juga yang berpikir kecewa ketika memaknainya karena mereka kecewa sebab atas nama cinta yang tidak sesuai ekspektasi.Â
Cinta yang sebenarnya pada dasarnya  merupakan suatu ekspresi dari manusia yang perasa sebab Tuhan menciptakan manusia dengan akal dan budi sehingga perasaan itu bersemi dalam diri manusia. Berbicara tentang cinta pasti akan beragam pandangan dari setiap orang dalam menanggapinya karena cinta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia.Â
Mencintai dan dicintai merupakan timbal balik yang pasti diharapkan semua orang tetapi setiap insan harus sadar bahwa tidak selamanya ekspektasi sesuai dengan realita karena cinta yang sebenarnya tidak bisa dipaksakan.Â
Esensi dari cinta yang sebenarnya ialah rasa bersyukur karena telah merasakan cinta itu sendiri terlepas dari apa respon baliknya.
Pada Kenyataannya banyak orang salah kaprah dengan apa makna sebenarnya dari cinta. Apabila kita merujuk dengan data WHO, dimana setiap 40 detik satu orang di suatu tempat di dunia meninggal karena bunuh diri. Jika melihat angkanya, lebih dari 800 ribu orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, bunuh diri juga menjadi penyebab utama kematian pada anak yang masih berusia 15-19 tahun.Â
Peristiwa ini terjadi karena berbagai faktor tetapi pada kenyataannya problematika salah dalam menanggapi cinta itu sendiri juga menjadi salah satu penyebab, pada anak berusia 15-19 tahun  kebanyakan mereka akan masuk kedalam proses bagaimana cinta menurut defenisi mereka dan mereka memaknainya dalam arti yang sempit.Â
Orang dewasa saja suka salah dalam mengartikan cinta itu sendiri, apalagi bagi anak usia dini. Maka solusi yang tepat dalam persoalan ini ialah mengajarkan apa defenisi cinta yang sebenarnya.Â
Cinta itu ialah ungkapan rasa syukur dan bagaimana kita mengelolanya, bersyukur dengan perasaan yang kita miliki dan bagaimana mengelolanya sehingga nuansa kebahagian juga keharmonisan perasaan yang melekat pada diri sehingga tidak salah dalam memaknai cinta itu sendiri.Â
Serta satu hal yang menjadi penting untuk diingat bahwasanya cinta itu konotasi nya luas, bukan seperti generasi milenial hari ini yang salah besar dalam memaknai cinta sebagai satu arah terhadap satu sosok dan memaksakan perasaan terhadap sosok tersebut tanpa melihat cinta itu sendiri secara luas.
Jadi, cinta adalah rasa syukur dan bagaimana mengelola perasaan itu menjadi suatu harmonisasi dalam kehidupan.Â
Bagaimana memaknai cinta dengan keikhlasan dan menguatkan batin, cinta yang tidak membuat kita menjadi manusia yang sempit pikiran tetapi membuat kita sadar bahwasanya Tuhan menciptakan kita dengan perasaan yang luar biasa sehingga kita selalu bersyukur dengan cinta itu sendiri dan mengelola perasaan sebagai suatu vitamin hidup yang membuat kita selalu tegar dalam mengarungi kehidupan.
 terlebih selalu menyampaikan pesan keharmonisan perasaan yang membuat kita selalu ingin melakukan yang terbaik dalam kehidupan demi menyebarnya harum semerbak cinta itu sendiri terlebih bagi sekitar sehingga cerita galau tidak menjadi bagian yang terdengar setiap hari tetapi bagaimana harmonika cinta itu tersemi meski tidak semua selalu sesuai dengan keinginan hati sanubari setiap manusia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H