Mohon tunggu...
Win Winarto
Win Winarto Mohon Tunggu... -

Berusaha untuk selalu bermanfaat dengan menjadi pemerhati politik, ekonomi dan perbankan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Alarm Bahaya bagi Jokowi-JK

3 Juli 2014   00:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:46 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SURVEI Roy Morgan Research menyiratkan alarm bahaya bagi pasangan Capres Joko Widodo-Cawapres Jusuf Kalla. Jika ingin memenangkan pertarungan dalam Pilpres, 9 Juli 2014, pasangan nomor urut 2 dan tim sukses, serta seluruh partai pendukung, harus bekerja ekstra keras.

Bukan apa-apa. Meski digambarkan tetap memenangkan Pilpres 2014, berdasarkan jajak pendapat yang digagas lembaga survei asal Australia itu, tetapi sesungguhnya juga menyembulkan ketidakpastian. Pasalnya, dalam survei yang menggambarkan tingkat keterpilihan atau elektabilitas kedua pasangan, Jokowi-JK meraih suara 52%, hanya terpaut 4% dari duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang dipilih 48% responden.

"Jokowi-JK hanya sedikit di atas Prabowo-Hatta berdasarkan polling terakhir Juni 2014. Kubu Prabowo-Hatta telah bekerja keras mengecilkan margin keterpilihan," ujar Direktur Roy Morgan Research, Irawati Soekirman, saat merilis hasil surveinya, di Menara Jamsostek, Jakarta, Selasa (1/7).

Survei Roy Morgan Research dilakukan di 34 provinsi di Tanah Air, selama Juni 2014. Itu ditempuh melalui wawancara tatap muka terhadap 3.117 responden. Sample diambil seimbang mewakili pemilih secara geografis maupun demografis.

Yang menarik dicatat, angka elektabilitas itu sudah termasuk pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters, sebanyak 9%. Roy Morgan mengasumsikan semua pemilih telah menentukan pilihan. Perhitungan dilakukan secara matematik. Meskipun, tidak dimasukkan dalam angka keterpilihan, pasangan Jokowi-JK, tetap di posisi atas, sekitar 47-48%. Duet Prabowo-Hatta, 43-44%.

Itu jelas alarm bahaya bagi kubu Jokowi-JK yang selama ini selalu diunggulkan, hampir dalam setiap jajak pendapat. Pasalnya, mengutip hasil surveinya, Irawati Soekirman mengungkapkan, masih sulit memprediksi siapa yang akan menang dalam Pilpres, 9 Juli 2014. Soalnya, jarak tingkat keterpilihan kedua pasangan kandidat terlalu dekat.

Itu berarti, dalam sepekan menuju hari pencoblosan, 9 Juli 2014, apapun masih bisa terjadi. Kondisi itu sangat dipengaruhi oleh hasil debat capres-cawapres, juga pilihan cara berkampanye dan lain sebagainya. Semuanya bertujuan menarik para undecided voters yang 9% itu, untuk menjatuhkan pilihannya.

Mengutip berbagai pandangan pengamat, kengototan kubu Prabowo-Hatta berhasil terus meningkatkan elektabilitas pasangan nomor urut 1 itu. Itu sudah termasuk munculnya sejumlah paket kampanye hitam, yang disebut-sebut dilakukan, meski belakangan semua dibantah dan sejauh ini belum terbukti, meski sudah dibawa ke pihak berwajib.

Termasuk beredarnya tabloid Obor Rakyat, yang bisa dibilang secara telak mempengaruhi minat pemilih menjatuhkan pilihan pada Jokowi-JK. Tabloid yang diluncurkan Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyossa itu, harus diakui berhasil menjadi kampanye hitam yang merusak citra Jokowi.

Termasuk mengganggu citra PDI Perjuangan, parpol pendukung utama pasangan Capres Jokowi-Cawapres JK. Uraian tulisan yang menggambarkan betapa PDIP anti-Islam, termasuk lewat media sosial, sedikit banyak telah mengurangi, atau bahkan mengurungkan niat orang memilih Jokowi-JK.

Ingat, Obor Rakyat dikirim dan disebar secara gratis, ke berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan lainnya, sungguh tepat sasaran. Para pembaca yang disasar --kalangan santri, ustaz dan para kiai-- sangat tepat, dengan isu yang juga tepat, lepas dari keakuratan fakta dan isi tulisannya.

Yang patut disesalkan, sejauh ini, tidak terlihat, atau belum maksimalnya upaya kubu Jokowi-JK dalam menjawab segala isu miring yang menyerang jagoannya itu. Tidak terlihat militansi dari para kader atau simpatisan partai pendukung dalam menepis kampanye hitam tersebut.

Celakanya lagi, juga tak terlihat, atau kalaupun ada, upaya dari kader dan simpatisan partai-partai pendukung Jokowi-JK, belum maksimal. Di berbagai daerah, lebih menonjol kerja para relawan Jokowi-JK dari pada kader dan simpatisan partai-partai pendukung.

Kalau kubu Jokowi-JK ingin memenangkan pertarungan dalam Pilpres, 9 Juli mendatang, dalam rentang sisa waktu sepekan ini, teruslah bekerja keras. Masih ada tempo, meski sedikit, untuk melawan berbagai kampanye hitam yang menyerang Jokowi. Bangun militansi untuk mengkonter semua isu miring yang menjatuhkan Jokowi, juga JK.

Jika tidak, yakinlah alarm bahaya yang dibunyikan Roy Morgan Research itu bakal terbukti. Itu berarti kemenangan yang sudah di depan mata, akan sirna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun