Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bimbingan Karier Sebagai Media Menyelaraskan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

25 Maret 2013   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:16 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling


Pada tulisan sebelumnya, saya membahas mengenai sinergi dan harmonisasi menuju penyelarasan dunia pendidikan dan dunia kerja. Beberapa poin penting yang saya tekankan adalah pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dunia serta peran aktif calon lulusan dalam menggali potensi diri dan memersiapkan skill dan kemampuan untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif. Masih sejalan dengan ide dan pemikiran di atas, peran aktif calon lulusan tersebut, bagaimana pun harus di bawah bimbingan pihak-pihak terkait, misalnya orang tua, sekolah, pemerintah hingga dunia usaha. Oleh sebab itu, pada tulisan ini, saya akan fokus kepada peran bimbingan karier sebagai media untuk menjembatani dan menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja.

Ketika masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di tahun 1997, untuk pertama kalinya saya mengenal bimbingan karier yang dikelola oleh bagian Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling (BP/BK). Ketika duduk di kelas satu, salah seorang guru BP/BK seminggu sekali masuk ke kelas untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan, termasuk mengenai karier. Saya masih ingat, materi yang diberikan mencakup mengidentifikasi potensi diri dan kemudian merencanakan karier. Guru tersebut menjelaskan bahwa salah satu fungsi bagian BP/BK adalah sebagai wadah konseling dan konsultasi, termasuk dalam bidang rencana karier.

Tetapi, mungkin karena jumlah murid yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah guru, jadi sesi yang disampaikan lebih cenderung hanya formalitas dan rutinitas satu kali pertemuan dalam seminggu saja. Selain itu, persepsi yang berkembang di kalangan siswa adalah bagian BP/BK adalah tempat bagi murid yang nakal atau bermasalah. Persepsi tersebut ternyata juga berkembang ketika masuk ke jenjang pendidikan SMA. Jadi, fungsi dan Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling di sekolah-sekolah seperti terpendam.

Berkaitan dengan bimbingan karier, institusi pendidikan sejatinya memiliki peran dan tanggung jawab dalam mengelola dan member bimbingan karier untuk siswa-siswanya. Sedari jenjang SMP, siswa-siswa sudah perlu diarahkan dan dibimbing dalam karier mereka, terutama memilih jurusan sekolah yang disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing. Mengapa di jenjang SMP? Sebab, ketika akan menyelesaikan studi jenjang pendidikan pertama, siswa-siswa harus diperhadapkan pada pilihan yang cukup sulit dan kadang membingungkan, yaitu apakah akan melanjutkan sekolah di sekolah umum (SMA) atau sekolah kejuruan (SMK).

Persoalan pemilihan jurusan bagi siswa-siswa menjadi persoalan tersendiri. Banyak kejadian di sekeliling kita yang seringkali memaparkan bagaimana para siswa kecewa dan merasa salah dengan jurusan yang dipilih. Hal itu terjadi karena tidak adanya informasi yang akurat dan relevan atau mereka hanya ikut-ikutan teman. Karena jurusan yang diambil tidak sesuai dengan minat, bakat dan botensi, akibatnya bakalan merugikan bagi siswa tersebut. Oleh karena itu, peran bimbingan karier di sekolah-sekolah yang perannya dimainkan oleh bagian Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling harus lebih dioptimalkan, dengan tujuan untuk menyelaraskan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.

Optimalisasi Peran dan Fungsi Bimbingan Karier


Jika merujuk pada pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karier berarti perkembangan dan kemajuan dlm kehidupan, pekerjaan, jabatan. Jadi, karier lebih menekankan pada proses. Oleh sebab itu, dalam merencanakan karier pun semestinya harus berdasarkan proses dan tidak bisa dilakukan secara dadakan. Itulah esensi dari bimbingan karier.

Dalam konteks yang lebih luas, banyak pihak yang bertanggung jawab atas karier seseorang. Di keluarga, orang tua turut terlibat dalam karier anak-anaknya. Di sekolah, para guru juga tidak kalah penting dalam membimbing murid-muridnya dalam mengidentifikasi potensi dan minat mereka. Dalam hal ini, pihak Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling memegang peranan penting. Terkait dengan ide menjembatani gap antara dunia pendidikand an dunia kerja, pemerintah dan dunia usaha perlu juga dilibatkan dalam bimbingan karier. Keterlibatan mereka perlu disinergikan dengan cara bekerjasama dengan pihak institusi pendidikan, misalnya dalam bentuk konsultasi.

Selain itu, sinergi antara dunia pendidikan, pemerintah dan dunia usaha dalam kaitannya dengan bimbingan karier bisa dilakukan dalam bentuk sharing informasi. Secara aktif, pihak dunia pendidikan dapat menghubungi dunia usaha dan pemerinyah untuk menginformasikan berbagai kebutuhan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Kerjasama yang saling menguntungkan tersebut perlu dibina dan ditingkatkan sebagai media untuk menyelaraskan dunia pendidikan dengan dunia usaha.

Dalam kolaborasi tersebut, pelatihan-pelatihan sangat penting dilakukan untuk membekali calon lulusan. Dengan sumber daya yang melimpah baik dari dunia pendidikan, dunia usaha dan pemerintah (dalam hal ini dinas tenaga kerja), semestinya kolaborasi tersebut dalam membuahkan hasil, terutama dalam penyediaan informasi yang relevan dan akurat bagi calon lulusan. Pelatihan-pelatihan seperti pengenalan potensi diri, prosedur dan tahap-tahap seleksi dan rekruitmen di dunia kerja serta bagaimana menghadapi wawancara kerja, perlu dilakukan sedari dini. Banyak yang belum tahu mengenai informasi-informasi tersebut sehingga mereka menjadi takut dan cemas manakala menghadapi tes seleksi dan wawancara. Namun, diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai prosedur-prosedur yang penting tersebut, calon pelamar kerja bisa lebih paham dalam menghadapi wawancara kerja.

Jika kolaborasi antara ketiga elemen di atas berjalan, maka dengan sendirinya jejaring antar lembaga akan lebih luas. Manfaatnya tidak saja untuk lembaga itu sendiri, namun juga bermanfaat bagi para calon lulusan dan calon pelamar kerja. Networking/jejaring tersebut bisa dilakukan dalam bentuk job fair, yaitu selain membuka peluang untuk rekruitmen dan seleksi, juga sebagai wadah untuk bertukar informasi mengenai kondisi ketenagakerjaan terkini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun