[caption id="attachment_199953" align="aligncenter" width="512" caption="Kincir Angin di Zaanse Schans. Foto dokumentasi pribadi"][/caption]
Memasuki bulan Agustus dan bertepatan dengan libur musim panas, saya memiliki beberapa rencana untuk mengunjungi beberapa tempat yang menggambarkan kehidupan masyarakat Belanda tempo dulu. Ide ini muncul karena rasa penasaran saya mengenai kehidupan masyarakat di Belanda ketika di saat yang sama bangsa Belanda mulai memasuki wilayah Nusantara. Setelah bertanya ke beberapa kolega dan melakukan pencarian di Internet, Zaanse Schans yang terletak di Zaandam dekat Zaandijk North Holland adalah sebuah tempat yang direkomendasikan jika ingin menjelajah kehidupan masyarakat Belanda di abad 17-an. Wah, berarti ketika Pangeran Diponegoro memimpin perang di Jawa pada tahun 1825-1930 kan? Selain itu, tempat ini menjadi obyek wisata yang wajib untuk dikunjungi karena bisa melihat dari dekat beberapa kincir angin yang sudah berumur tua namun hingga kini masih bisa  beroperasi.
Berangkat dari Groningen Centraal Station pada hari Sabtu (11/08), kereta Nederland Spoorwagen mengantar saya ke Amsterdam Centraal Station. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan kereta tujuan Uitgeest dan hanya membutuhkan waktu 17 menit dengan melewati 3 station, Amsterdam Sloterdijk, Zaandam dan Koog- Bloemwijk. Begitu tiba di Koog-Zaandijk, di stasiun inilah saya harus turun, saya lantas membuka pintu kereta dan melihat aroma wilayah industri yang begitu kental.
[caption id="attachment_199955" align="alignnone" width="512" caption="Dari Amsterdam Centraal ke Koog-Zaandijk met de trein. Foto dokumentasi pribadi"]
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Belanda, di dekat Stasiun Koog-Zaandijk, tersedia beberapa peta yang memberikan petunjuk denah Zaanse Schans kepada wisatawan . Di depan stasiun juga terdapat sebuah mesin yang bisa mengeluarkan peta lokasi Zaanse Schans dan diberikan secara gratis. Jadi, dengan demikian, para pengunjung tidak perlu khawatir tersesat. Selain itu, sembari berjalan kaki dari stasiun ke Zaanse Schans, pengunjung sudah bisa mampir ke Historie Cacao de Zaan dan De Baars yang pada masa lalu adalah sebuah rumah pembuatan kertas.
Setelah berjalan kaki selama 10 menit, akhirnya sebuah kincir angin di dekat Julianabrug (Jembatan Juliana) menyambut. Kincir angin ini dijuluki dengan De Bleeke Dood MeelMoelen  yang berfungsi untuk mengolah tepung. Saya dan para pengunjung harus melewati jembatan yang begitu megah dan modern sebab salah satu bagian jembatan akan terangkat apabila sebuah kapal yang cukup besar lewat, Julianabrug, agar bisa sampai di lokasi "Desa Wisata" Zaanse Schans. Dari atas jembatan ini, pemandangan indah Zaanse Schans sudah bisa dinikmati. Saya cukup beruntung karena cuaca pada hari itu panas sehingga langit begitu biru dan cerah. Beberapa kali saya melihat pengunjung yang memakai kapal boat melintas di Sungai Zaan.
[caption id="attachment_199966" align="alignnone" width="512" caption="Dari Julianabrug. Foto dokumentasi pribadi"]
Untuk masuk ke Desa wisata Zaanse Schans, pengunjung tidak ditarik biaya alias gratis, kecuali jika ingin melihat dan masuk ke tempat-tempat tertentu, misal pengunjung ingin masuk ke salah satu kincir angin pengunjung dewasa diwajibkan membayar 3 euro sementara anak-anak 1.5 euro. Di sana dalam kincir angin, pengunjung bisa melihat bagaimana sejarah dan cara kerja kincir angin. Â Saat ini di Zaanse Schans, terdapat 6 kincir angin berukuran besar yang memiliki nama dan berfungsi yang berbeda-beda, De Huisman (pembuatan makanan mustard), De Kat (pembuatan cat), De Gekroonde Poelenburg & het Jonge Schaap (penggergajian kayu) dan De Zoeker Oliemolen & De Bonte Hen oliemolen (pembuatan minyak). Â Terdapat 2 kincir yang berukuran lebih kecil yaitu De Windhond biksteen en slijpmolen(mengasah batu) dan De Hadel weidemollen(memompa air).
[caption id="attachment_199961" align="alignnone" width="512" caption="Kincir angin di Zaanse Schans. Foto dokumentasi pribadi"]
Selain pesona kincir angin, di Zaanse Schans, wisatawan juga bisa menikmati bangunan-bangunan rumah kayu berarsitektur Belanda yang memiliki nilai sejarah. Rumah-rumah tersebut didominasi warnah hijau dan menjadi khas rumah warga di wilayah Zaandstad. Di Zaanse Schans, beberapa bangunan tersebut difungsikan sebagai museum yang menggambarkan dan menyimpan koleksi barang-barang tempo dulu masyarakat North Holland. Misalnya, terdapat museum supermarket tertua di Belanda, Albert Heijn, yang berdiri pada tahun 1887. Tidak jauh dari museum Albert Heijn, terdapat De Tinkoepel Tinnegieterij sebagai tempat kerajinan perak yang sudah ada ratusan tahun lalu dan  museum jam yang dikenal dengan nama Het Nederlandse Uurwerk.
Berkaitan dengan makanan, di Zaanse Schans terdapat museum pembuatan roti dan kue yang disebut dengan Bakkerij museum in de Gecroonde Duyvekater. Di Zaanse Schans, wisatawan juga bisa melihat demo secara langsung pembuatan keju sekaligus menjual beragam jenis keju di De Catherine Hoeve. Wisatawan juga bisa mampir di Restoran De Kraai yang menyediakan kue pancake tradisional Belanda (pannekoek). Selain itu, wisatawan bisa mengunjungi distillery museum & tasting room di atau tempat penyulingan minuman sekaligus mencicipinya di De Tweekoppige Phoenix.
[caption id="attachment_199960" align="alignnone" width="512" caption="Demo membuat klompen. Foto dokumentasi pribadi"]
Jangan lupa juga masuk ke tempat pembuatan sepatu kayu/klompen di klompenmakerij woodenshoe workshop yang di depannya ditandai dengan sebuah sepatu klompen berukuran besar. Di sana para wisatawan terlihat antri untuk berfoto di sepatu klompen tersebut. Begitu masuk ke dalam, saya dan para pengunjung disuguhi jenis-jenis sepatu klompen ciri khas masing-masing daerah di Belanda. Ketika masuk lebih dalam lagi, pengunjung bisa menyaksikan demo pembuatan sepatu klompen yang berlangsung sekitar 10 menit. Seseorang akan menjelaskan proses pembuatan klompen dengan bantuan sebuah mesin. Jika berminat, pengunjung juga bisa membeli sepatu klompen dengan beragam corak, warna dan ukuran dengan harga mulai dari 25 euro. Aneka souvenir ciri khas Belanda juga bisa ditemui di sana, juga di toko-toko cinderamata seperti di Vrede Souvenirs & Gift, Souvenirs & Diamonds Saense Lelie dan Het Jagershuis.
[caption id="attachment_199964" align="alignnone" width="512" caption="tour menyusuri sungai Zaan. Foto dokumentasi pribadi"]
Banyak wisatawan dari berbagai negara berkunjung ke Zaanse Schans. Saya mendengar beragam bahasa yang digunakan pengunjung pada saat saya di sana seperti Bahasa Belanda, Spanyol, Inggris Jerman, Jepang, China dan Indonesia. Keindahan Zaanse Schans itu bisa dinikmati dengan berjalan kaki. Apabila tertarik, pengunjung juga bisa naik kapal wisata atau menyewa boat untuk menyusuri pesona Zaanse Schans melalui Sungai Zaan.
Beberapa foto lainnya: [caption id="attachment_199971" align="aligncenter" width="256" caption="De Bleeke Dood MeelMoelen. Foto dokumentasi pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H